Kapolres Rohil: Festival Bakar Tongkang Berjalan Aman dan Lancar

Kapolres Rohil: Festival Bakar Tongkang Berjalan Aman dan Lancar
Festival Bakar Tongkang

Riauaktual.com - Sebanyak lebih dari 10.000 orang warga Riau dan wisatawan asing memadati lokasi Festival Bakar Tongkang di Kota Bagansiapiapi Kabupaten Rokan Hilir Riau Selasa (4/7). Masyarakat didominasi Tionghoa menyaksikan festival budaya yang turun temurun itu.

Kapolres Rohil AKBP Andrian Pramudianto mengatakan bahwa puncak Bakar Tongkang di Bagansiapiapi, berlangsung meriah. Hal tersebut tidak terlepas dari pengamanan 730 personel gabungan yang dikerahkan untuk pengamanan Festival Bakar Tongkang.

"Personel gabungan itu dari Polres Rokan Hilir sebanyak 250, Brimob 110 personel, Polda Riau 80, TNI 100, Satpol PP 150, dan Dishub 40 personel," ujar Kapolres Rohil AKBP Andrian Pramudianto Rabu (5/7).

Pengerahan personel dalam jumlah besar itu dilakukan untuk memastikan pelaksanaan event wisata berskala internasional ini berjalan dengan aman dan lancar. Dia bersyukur tim pengamanan kompak dalam bertugas.

“Alhamdulilah pelaksanaan bakar tongkang aman, tanpa gangguan kamtibmas,” kata Andrian.

Andrian menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang turut serta dan bekerjasama menjaga keamanan dan ketertiban selama pelaksanaan Festival Bakar Tongkang.

“Kami ucapkan terima kasih kepada masyarakat yang sudah tertib, dan mendukung kegiatan ini,” pungkasnya.

Gubernur Riau Syamsuar mengatakan Festival bakar tongkang ini biasanya kita laksanakan setiap tahun. Tapi karena tahun-tahun sebelumnya terjadi pandemi Covid-19, iven ini baru dilaksanakan tahun ini, setelah 3 tahun vakum. 

Syamsuar menyebutkan, iven budaya ini masuk dalam kalender wisata nasional. Sebab, festival khas warga Rohil ini selalu dikunjungi puluhan ribu orang.

"Festival bakar tongkang ini akan meningkatkan pendapatan UMKM di Rokan Hilir. Pemerintah menggerakkan wisata domestik, bahkan ada juga pengunjung dari mancanegara yang hadir," kata Syamsuar.

Pembakaran replika kapal tersebut diawali dari titik kumpul di Klenteng Ing Hok Kiong Selasa (4/7) sekitar pukul 12.00 WIB. Wisatawan yang datang pun ada yang langsung memulai prosesi sembahyang. 

Pantauan di lapangan, pengunjung dihibur dengan berbagai tampilan budaya, baik budaya lokal maupun dari China. Terlihat pemain reog ponorogo dengan ciri khas peserta yang kesurupan, barongsai dan kuda lumping. Jelang puncak acara, hadir pula tatung atau biasa dikenal masyarakat setempat pengusir roh jahat.

Selanjutnya, proses arak-arakan kapal tongkang dimulai pukul 16.00 Wib. Peserta berjalan dari klenteng menuju lapangan pembakaran tongkang sejauh 1,2 kilometer. Replika kapal besar itu dipikul belasan orang secara bergantian. 

"Terima kasih saya ucapkan kepada seluruh yang terlibat dalam menyukseskan pelaksanaan bakar tongkang ini," tutup Syamsuar.

Tak sendirian, Gubernur Syamsuar ditemani Bupati Rohil Afrizal Sintong dan Wabup Rohil Sulaiman, Wakapolda Brigjen Pol Rahmadi hingga Kapolres Rohil AKBP Andrian Pramudianto. Termasuk Kepala Dinas Pariwisata Riau Roni Rakhmat dan Anggota Komisi III DPR Arteria Dahlan hadir di lokasi.

Warga yang hadir juga tercatat datang dari berbagai perwakilan klenteng atau tempat ibadah di Rokan Hilir. Mereka membawa replika klenteng sebagai simbol tradisi nenek moyang. Bahkan, masyarakat dari kabupaten lain juga datang untuk menonton.

Iven budaya Tionghoa ini merupakan acara yang dilakukan untuk memperingati kehadiran masyarakat Tionghoa ke Bagansiapiapi pada tahun 1820 silam. Ketika itu, masyarakat Tionghoa juga berjanji untuk mengembangkan diri di kota yang punya julukan Hong Kong Van Andalas.

Proses Ritual Bakar Tongkang dimulai dari klenteng Ing Hok Kiong. Rumah ibadah umat Tionghoa itu merupakan klenteng tertua di Kota Bagansiapiapi.

"Klenteng ini merupakan tertua di Rohil," kata Syamsuar.

Replika kapal tongkang terbuat dari kayu dan kertas, dihiasi simbol-simbol khusus yang mengandung makna. Biasanya penyelenggara mempersiapkan replika kapal sejak beberapa bulan lalu.

Tradisi dari leluhur ini memiliki cerita yang sangat erat dengan kelompok imigran China pertama yang meninggalkan Tanah Air mereka, serta menetap di pulau Sumatera yang kemudian dikenal dengan nama Bagansiapiapi. 

Mereka memilih untuk hidup dan mencari nafkah di Bagansiapiapi Kabupaten Rokan Hilor. Kemudian, terlahir kegiatan budaya bakar tongkang berarti membakar kapal terakhir tempat mereka berlayar pada tahun 1826.

Dalam sejarahnya, diyakini bahwa leluhur Bagansiapiapi merupakan orang Tang-lang generasi Hokkien yang berasal dari Distrik Tong'an (Tang Ua) di Xiamen, Provinsi Fujian, China Selatan. Mereka disebut meninggalkan Tanah Air dengan kapal yang mempunyai pangkalan datar.

Kapal itu digunakan sebagai alat pengangkut pasir serta mineral yang ditambang, kemudian disebut tongkang. Awalnya ada tiga kapal tongkang saat ekspedisi tersebut, tetapi cuma satu kapal yang menggapai tepi laut Sumatera.

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index