Mengenal Trabas, Kopi Robusta Bercita Rasa Tinggi dari Bumi Rafflesia

Mengenal Trabas, Kopi Robusta Bercita Rasa Tinggi dari Bumi Rafflesia
Ilustrasi biji kopi (Foto: Shutterstock)

Riauaktual.com - BENGKULU yang dijuluki Bumi Rafflesia tak hanya memiliki kekayaan alam yang indah. Di provinsi yang terdiri dari 10 kabupaten/kota ini terdapat kopi unggulan. Patut dinikmati oleh kalangan pecinta kopi.

Kopi Tanah Hitam Trabas namanya. Kopi rosbusta biji petik merah ini berasal dari Desa Tanah Hitam, Kecamatan Padang Jaya, Kabupaten Bengkulu Utara. Manis, rasanya. Berbeda dengan kopi lainnya. Sekali coba bikin nagih.

Tanaman kopi itu berasal dari kebun petani masyarakat setempat. Bibitnya, londo atau biji kecil. Konon, bibit kopi tersebut berasal dari Belanda. Ketika menjajah Bengkulu. Kopi robusta cikari itu pun masih tumbuh subur di Tanah Hitam.

Untuk menghasilkan kopi robusta 'ciamik' dan sempurna, petani menggunakan tiga metode. Di mana biji kopi di pilih, petik merah. Biji kopi pun dipilih secara teliti. Proses selanjutnya full wash atau proses basah.

Tahapan ini biji petik merah di rendam dalam wadah atau bak. Tujuannya, mengambil biji petik merah yang tenggelam. Biji petik merah mengapung pun dipisahkan. Langkah selanjutnya, biji petik merah di cuci beberapa kali. Hingga lendir bersih.

Proses pengelolan dilanjutkan perendaman buah biji merah, 24 jam lamanya. Kemudian, di cuci kembali beberapa kali. Usai di cuci, langkah selanjutnya penjemuran di balai dump. Proses ini biji kopi tidak terkena sinar matahari secara langsung.

Kemudian, proses yang dinamankan honey process. Langkah ini biji kopi yang masih berlendir kembali di jemur hingga kelembaban 12 persen. Proses terakhir, natural. Biji petik merah di jemur hingga kering di dalam balai dump. Lalu, kopi di tumbuk menggunakan mesin kopi.

Salah satu petani Tanah Hitam, Putri Eka menyampaikan, pengelolaan kopi dengan tiga metode itu agar menghasilkan citra rasa kopi yang tinggi. Beda kopi robusta Cikari atau biji kecil, dengan robusta lainnya tidak memiliki rasa asam. Sementara, robusta sintaro memiliki sedikit rasa asam.

''Kopi tanah hitam berasal dari bibit londo Belanda. Belum ada diremajakan. Sehingga citra rasanya masih khas,'' kata Putri, belum lama ini.

Saat ini, kata Putri, masyarakat khususnya petani kopi di desa-nya mulai beralih dalam pengeloaan kopi biji merah, tiga metode . Sebelumnya, sampai Putri, pengelolaan kopi hanya diproses singkat. ''Kopi tanah hitam sudah menembus pasar di pulau Jawa,'' aku Putri.

Ditemui terpisah, Ketua Badan Pengurus Daerah Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (BPD AEKI) Bengkulu, Bebby Hussy mengatakan, penghasil kopi di provinsi Bengkulu per tahun mencapai 60 ribu ton.

Dari 60 ton kopi yang dihasilkan, terang Bebby, 30 ton di antaranya dipasarkan di dalam negeri. Kopi yang diekspor berkualitas tinggi dan terbaik. Ekspor tersebut salah satu untuk pemenuhan permintaan kopi di negara-negara Eropa.

Negara-negara yang menjadi sasaran ekpor, sampai Bebby, bukan hanya satu negara. Melainkan banyak negara. Rusia, misalnya. serta negara-negara lainnya. Kopi yang diekpor, terang Bebby, dari 500 ton, 20 ribu ton, 30 ribu ton hingga 40 ribu ton, tergantung permintaan negara tujuan.

''Kopi Bengkulu sudah layak dan sangat layak untuk di ekpor. Berapa pun jumlahnya kami ekpor. Itu akan diterima negara-negara yang membutuhkan,'' jelas Bebby, belum lama ini.

Plt. Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah menambahkan, produksi kopi Bengkulu mencapai angka 60 hingga 70 ribu ton per tahun. Angka itu nomor 3 nasional dalam hal produksi kopi. Selain itu, jika kopi di ekspor melalui pelabuhan pulau baai tentu akan meningkatkan harga di tingkat petani.

''Selama ini keluar lewat Lampung, lewat Sumatera Selatan ini semua akan dikelola dengan industri, pengolahan siap ekspor,'' sampai Rohidin, beberapa waktu lalu.

 

Sumber : okezone.com

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index