Pakar Teknik,

Rektor UR Kukuhkan Tiga Guru Besar

Rektor UR Kukuhkan Tiga Guru Besar
Rektor UR Prof Dr Ir Aras Mulyadi DEA, saat mengukuhkan Tiga Guru Besar UR, Rabu 8 Maret 2017

Riauaktual.com - Bertempat diaula lantai IV Gedung Rektorat Universitas Riau (UR), Rabu (8/3), Rektor UR Prof Dr Ir Aras Mulyadi DEA mengukuhkan Tiga Guru besar, yakni Prof  Zuchra Helwani ST MT PhD, Prof Edy Saputra ST MT PhD, dan Prof Amun Amri ST MT PhD.

“Zuchra Helwani, dikukuhkan sebagai Guru Besar di bidang Ilmu Teknik Kimia pada Fakultas Teknik  UR, sementara Edy Saputra dikukuhkan sebagai Guru Besar di bidang Ilmu Rekayasa Reaksi Kimia dan Katalis pada Fakultas Teknik  UR, dan Amun Amri dikukuhkan sebagai Guru Besar di bidang Ilmu Rekayasa Proses Sintesa Material pada Fakultas Teknik UR,” jelas Rektor.

Penambahan Guru Besar ini merupakan kontribusi dari Universitas Riau bagi pembangunan di Provinsi Riau. Dikukuhkannya tiga Guru Besar ini, menambah jumlah kepemilikan Guru Besar yang ada di UR menjadi 57 orang.

Rektor menyampaikan apresiasi kepada tiga orang guru besar yang sudah dikukuhkan. “Dengan dikukuhkannya tiga orang guru besar ini, UR kini telah memiliki 57 orang guru besar yang tersebar pada FKIP sebelas orang, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) tiga orang, Fakultas Ekonomi 10 orang, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (Faperika) 16 orang, Fakultas Pertanian lima orang, Fakultas Teknik lima orang dan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) tujuh orang,” ungkap Rektor.

Lebih lanjut, Rektor menerangkan untuk Fakultas Hukum dan Fakultas Kedokteran sampai saat ini masih dalam proses untuk menghasilkan guru besar. Jadi kami harapkan dengan pengukuhan guru besar ini, kepada Fakultas yang dimaksud dapat menjadi motivasi untuk segera memiliki guru besar.

“Guru besar bukan hanya sekedar simbol, melainkan sebagai peningkatan peran dalam peradaban bangsa dalam bidang keilmuan. Selain itu, gelar guru besar adalah penghargaan yang prestisius dan tidak semua orang mampu menyandang guru besar ini,” tanggapan Rektor.

Selain itu, Rektor juga mengingatkan kepada seluruh Tenaga Pendidik-Dosen yang ada di UR, agar terpacu untuk meningkatkan potensi diri dan dapat mempersiapkan pula segala bentuk unsur-unsur yang diperlukan untuk menjadi seorang Guru Besar, demi peningkatan mutu dan pengembangan pendidikan yang ada di Universitas Riau, tutup Aras.

Sementara, dalam orasi ilmiahnya, hasil penelitian Zuchra Helwani adalah tentang pengolaan produksi bio-briket dari limbah perkebunan dan pengolahan sawit memiliki keunggulan inovatif  yang  dapat beroperasi pada suhu yang relatif rendah, bahan baku yang banyak tersedia dan kualitas produk bahan bakar yang dihasilkan mendekati kualitas bahan bakar batu bara. Demikian pula dengan katalis yang disintesis dari limbah dengan perolehan biodiesel yang cukup baik.

“Dengan keunggulan inovatif yang dimiliki, proses produksi bio-briket tersebut memiliki keuntungan komparatif yang berpotensi menghemat biaya operasi khususnya dari sisi ketersediaan bahan baku yangcukup melimpah. Dari sisi investasi, dibandingkan dengan harga batu bara maka bahan bakar dari limbah perkebunan dan pengolahan sawit membutuhkan biaya investasi yang sangat rendah, efeisiensi energi yang tinggi serta potensi pengembalian investasi lebih cepat,” jelas Zuchra dalam pemaparan pidato Guru Besarnya di hadapan undangan.

Sementara Edy Saputra, pada orasi ilmiah guru besarnya, mengangkat tentang aplikasi dalam Pengolahan Air Limbah Industri Untuk Pembangunan Berkelanjutanmaka telah dikembangkan suatu metode pengelohan air limbah industri yang sederhana, yang memodisikasi metode oksidasi kimia Fenton. Metode tersebut hanya mengganti oksidant yaitu Hidrogen peroxide yang sangat umum digunakan dengan Peroxymonosulphate dan Fenton reagent dengan katalis padat (manganese oxide based).

“Untuk tipe katalis yang memiliki struktur kristalin, ternyata lebih aktif dan dan stabil dibandingkan dengan katalis yang memiliki struktur porous, Katalis a-MnO2 one-dimension nanomaterials memiliki performance yang sangat baik dibandingkan ß-MnO2 dan ?-MnO2, Katallis a-Mn2O3 yang memiliki tingkat bilangan oksidasi surface area yang tinggi tidak dapat serta merta memiliki aktivitas yang besar pula, Karena bentuk katalis yang memiliki kristalis facets (001) lebih dominant mempengaruhi aktivitas katalis dibandingkan dengan kaltalis dengan facets (111 dan 001),” jelas Edy.

“Dari temuan series penelitian di atas terlihat beberapa type katalis manganese oxide yang menjanjikan untuk pengolahan limbah organic beracun yaitu a-MnO2 dan a-Mn2O3, Karena memiliki aktivitas yang tinggi dimana dapat mendegradasi organic beracun dalam waktu 15 menit dan konsentrasi limbah sampai 100 ppm, tapi masih memiliki kelemahan dalam reusable, pada tahap tersebut,” terang Edy.

Sementara itu,orasi ilmiah guru besarAmun Amri mengangkat tentang pengembangan teknologi solar selective absorber (ssa) berbasis sol-gel, upaya optimalisasi pemanfaatan energi matahari di indonesia. Indonesia memiliki potensi energi matahari yang sangat besar mengingat letak geografisnya yang berada pada daerah katulistiwa meskipun demikian pemanfaatan energi matahari di Indonesia masih sangat rendah.

“Pemilihan energi matahari sebagai sumber energi alternatif dan bahkan diprediksi menjadi salah satu sumber energi utama di masa depan untuk dikembangkan di Indonesia, sangatlah tepat. Optimalisasi pemanfaatan energi matahari untuk mengatasi krisis energi dewasa ini adalah hal yang seharusnya dilakukan. Disamping jumlahnya yang tidak terbatas dan aplikasinya tidak menimbulkan polusi lingkungan,” ungkap Amun.

“Dalam hal ini, metode sol-gel memiliki begitu banyak keunggulan. Dengan mengatur variable proses, maka parameter-parameter yang diinginkan seperti ukuran dan distrbusi partikel, homogenitas, komposisi kimia, ketebalan lapisan dapat dikontrol. Teknik ini juga dapat di-scale-up dengan mudah untuk produksi skala masal. Proses produksi dengan teknik sol-gel bersifat efisien dalam penggunaan raw material karena semua bahan baku relative habis terpakai sehingga tidak menimbulkan polusi, jelas Amun.

Lebih lanjut, berdasarkan penjelasan Amun, dapat dipahami bahwa teknologi SSA berbasis solgel sangat potensial untuk dikembangkan lebih lanjut khususnya di Indonesia dalam konteks optimalisasi pemanfaatan energi matahari yang parallel dengan pengembangan teknologi fotovoltaik. Upaya-upaya perbaikan dan inovasi-inovasi baru masih harus dikejar sampai layak untuk diaplikasikan yang bermuara pada kemandirian energy nasional. (rls/nik)

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index