Perokok Anak-Anak di Indonesia Meningkat 12 Kali Lipat, Harga Rokok Kemurahan?

Perokok Anak-Anak di Indonesia Meningkat 12 Kali Lipat, Harga Rokok Kemurahan?
Ilustrasi (Foto: Express)

Riauaktual.com - Hari ini, Kamis (31/5/2018), diperingati sebagai Hari Tembakau Sedunia dan merupakan momen yang tepat untuk mengingatkan kembali bahaya dari kebiasan merokok yang ternyata cukup banyak dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Perlu diketahui, prevalensi perokok di Indonesia termasuk salah satu yang tertinggi di dunia dengan persentase perokok anak dan remaja tumbuh secara signifikan setiap tahunnya.

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), satu dari lima anak dan remaja Indonesia dikategorikan sebagai perokok, membuat negara kita menjadi negara dengan proporsi perokok muda terbesar di kawasan Asia Pasifik. Tingkat merokok di kalangan anak-anak usia 10-14 meningkat signifikan dalam beberapa tahun terakhir.

Pada tahun 2013 saja para perokok anak-anak meningkat dua belas kali lebih tinggi dibanding tahun 1995. Tidak hanya pada kalangan anak-anak, hampir dua dari tiga pria dewasa (berusia 15+ tahun) di Indonesia adalah perokok berat. Prevalensinya bahkan menjadi yang tertinggi di dunia.

Di sisi lain, rokok merupakan salah satu fakktor risiko Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah (PJPD) yang notabenenya merupakan penyakit pembunuh nomor satu di dunia. Sayangnya, pengetahuan masyarakat masih rendah akan bahaya penyakit ini. Menurut data yang dikeluarkan oleh WHO tahun 2018 , 65 persen dari seluruh kematian terkait rokok di Indonesia adalah kematian yang diakibatkan oleh Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah.

“Kebiasaan merokok menyebabkan inflamasi pada pembuluh darah termasuk arteri coroner, sehingga meningkatkan risiko terjadinya sumbatan mendadak pada pembuluh darah arteri pada jantung, atau yang sering kita sebut serangan jantung. Inilah yang menjadi faktor utama kematian perokok akibat penyakit jantung,” tutur Syahlina Zuhal, Ketua Umum Yayasan Jantung Indonesia, dalam acara Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2018 di Lippo Mall Kemang, Jakarta Selatan.

Berhenti Merokok

Oleh karena itu, kesadaran masyarakat akan bahaya merokok dan asapnya harus menjadi salah satu agenda pemerintah demi menyelematkan generasi mendatang. Bayangkan saja, secara global, epidemic tembakau telah membunuh lebih dari 7 juta orang setiap tahunnya, 900 ribu di antaranya adalah bukan bukan perokok aktif. Mereka meninggal akibat menghirup asap rokok bebas.

Hampir 80 persen dari lebih 1 miliar perokok di dunia tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah, yaitu negara-negara dengan beban penyakit terkait tembakau dan kematian terberat. Di Indonesia sendiri, penyakit jantung coroner menjadi penyebab kematian tertinggi dari seluruh kematian pada semua umur setelah stroke, yakni sebesar 12.9 persen mengutip data yang dikeluarkan oleh SRS tahun 2014.

Data Riskesdas tahun 2013 juga menunjukkan, prevalensi tertinggi untuk penyakit kardiovaskuler di Indonesia adalah penyakit jantung koroner. Menurut status ekonominya, yang terbanyak terdapat pada tingkat ekonomi bawah dan menengah bawah.

Tak heran jika pada peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2018, Komnas Pengendalian Tembakau dan Yayasan Jantung Indonesia merayakannya dengan mengusung tema “Bakar Uang Terus, Penyakit Jantung Menggerus”. Tema ini diambil berdasarkan kondisi terkini Indonesia, dimana begitu tingginya fenomena perokok yang semakin meningkat setiap tahunnya.

“Kerugian yang begitu besar akibat rokok sangat tidak sebanding dengan yang didapat bangsa Indonesia, baik secara kesehatan maupun ekonomi. Pemerintah harus benar-benar serius menangani masalah ini. Salah satunya dengan menaikkan harga rokok setinggi mungkin,” tukas Mia Hanafia, Ketua Harian Komnas Pengendalian Tembakau.

Dalam kesempatan yang sama, juga disampaikan pula Penghargaan Pengendalian Tembakau kepada tiga pihak yang telah berkotribusi dan membuktikan partisipasinya di tengah masyarakat dalam upaya pengendalian tembakau, yaitu:

1. Radio Pelita Kasih 96.30 FM.

2. Kampung Penas Tanggul, Jakarta Timur.

3. Tomy Patria Edwardy, S.T, M. Si, Lurah Serua, Tangerang Selatan. (Wan)

 

Sumber: okezone.com

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index