Mitos Seks dan Penyakit yang Banyak Dipercayai Orang

Mitos Seks dan Penyakit yang Banyak Dipercayai Orang
Ilustrasi (Foto: Steemit)

Riauaktual.com - Bercinta menjadi salah satu kegiatan pasangan dua insan manusia yang pasti dilakukan rutin ataupun tidak. Efek menyenangkan akan didapat oleh mereka yang masih merasa sehat, namun bagi yang memiliki riwayat penyakit tertentu, berhubungan intim justru jadi bayang-bayang yang menakutkan.

Tidak heran, banyak pula orang-orang yang mempercayai mitos seputar seks terhadap penyakit mereka, bahkan orang yang cerdas sekalipun juga mempercayainya. Padahal, tidak semua mitos yang mereka dengar itu fakta dari keterkaitan antara seks dan penyakit. Berikut penjelasannya, seperti yang dilansir dari Daily Mail, Selasa (20/2/2018).

1. Seks berisiko bagi pengidap penyakit jantung

Periset melihat riwayat kesehatan dari 536 pasien penyakit jantung berusia 30 sampai 70 tahun, menemukan aktivitas seksual bukanlah faktor risiko dalam serangan jantung berikutnya.

Hanya 0,7 pasien yang melakukan hubungan seks dalam waktu satu jam sebelum mengalami serangan jantung, sementara 78 persen mengatakan mereka melakukan hubungan seks lebih dari 24 jam sebelum serangan jantung.

"Berdasarkan data kami, nampaknya tidak mungkin aktivitas seksual menjadi pemicu untuk serangan jantung," kata Deitrich Rothenbacher, penulis utama studi dan profesor dan ketua Institut Epidemiologi dan Biometri Medis di Universitas Ulm, Jerman.

Deitrich juga mengatakan pasien tidak perlu khawatir dan tetap bisa melanjutkan aktivitas seksual mereka yang biasa.

2. Seks adalah obat sakit kepala

Sebenarnya, dalam penelitian yang diterbitkan pada tahun 2013, sebuah tim ahli saraf dari Universitas Munster, Jerman menemukan, lebih dari setengah penderita migrain yang melakukan hubungan seks selama sebuah episode mengalami peningkatan gejala.

Hal yang mengejutkan, salah satu dari lima orang pengidap migrain selesai tanpa rasa sakit sama sekali, tapi peristiwa tersebut hanya terjadi pada pengidap migrain laki-laki khususnya.

Para peneliti berteori seks memicu pelepasan endorfin, obat penghilang rasa sakit alami tubuh, melalui sistem saraf pusat, yang bisa mengurangi atau menghilangkan sakit kepala, memang benar, tapi menurut Dr. Beverley Whipple, neurofisikawan dari Rutgers University yang menemukan G-spot pada akhir 70an (di dinding depan vagina, 5 cm dari pintu masuk), memiliki area ini yang dirangsang untuk orgasme meningkatkan ambang rasa sakit wanita sebesar 106 persen.

3. Orang sakit punggung harus hindari seks

Orang yang sakit punggung biasanya menghindari seks yang berat dan sering, karena khawatir punggung mereka sakit. Hal tersebut tidak sepenuhnya salah, karena menurut penelitian, jurnal Spine menemukan jika pengidap sakit punggung melakukan seks dengan posisi tertentu tidak akan menimbulkan masalah dan tergantung dari jenis sakit punggung yang Anda miliki.

Wanita yang mengalami nyeri punggung saat mereka melengkungkan punggung akan mengalami sedikit rasa sakit pada posisi misionaris, kata para peneliti. Bagi pria dengan nyeri punggung (terutama jika sakit saat menyentuh jari kaki atau duduk terlalu lama), doggy style adalah posisi terbaik.

Menurut fisioterapis Tim Allardyce dari Surrey Physio, gaya doggy memang merupakan posisi yang baik untuk nyeri punggung bawah pada pria, tapi dengan satu peringatan. "Mereka harus memastikan mereka berlutut dan bukannya berdiri," jelasnya. (Wan)

 

Sumber: Okezone.com

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index