Inilah Beragam Bahaya Pernikahan Sedarah dari Sisi Medis, Semuanya Mengerikan

Inilah Beragam Bahaya Pernikahan Sedarah dari Sisi Medis, Semuanya Mengerikan
lustrasi foto : pixabay

Riauaktaul.com - Viralnya kasus dugaan pernikahan sedarah Lucen Aritonang dan adiknya Erlinda Aritonang tidak hanya mencoreng silsilah suku Batak Aritonang, tapi juga dilarang secara agama. Dan, bukan hanya itu saja, dari sisi medis pun perkawinan seperti ini hanya menimbulkan dampak negatif semata.

Dilansir dari situs Informasi Kesehatandan Kedokteran, Medicine and Health Science (http://gpyudha0305.blogspot.co.id), perkawinan sedarah atau berdekatan keluarga dalam bahasa medis disebut inbreeding (cosanguineus). Hal ini berlaku untuk dua individu yang melakukan hubungan pernikahan dalam suatu keluarga atau dengan keluarga terdekat.

ndividu hasil dari inbdreeding disebut indbred. Sedangkan lawan dari Inbreeding adalah outbreeding (perkawinan random). Derajat keparahan inbreeding tergantung dengan tingkat kedekatan keluarga. Jadi, semakin dekat ikatan keluarga, semakin memperbesar kesempatan mendapat keturunan yang memiliki gen resesif (kemungkinan besar cacat).

Semakin dekat hubungan keluarga, terdapat gen-gen penyusun individu yang semakin mirip. Nah, apabila dalam satu keluarga terdapat gen resesif (gen yang lemah), kemudian ada anggota keluarga yang melakukan perkawinan sedarah, maka kemungkinan besar persentase munculnya gen resesif semakin besar. Gen resesif muncul jikalau genotifnya homozigot (misalnya rr, kalau heterozigot misal Rr maka r resesif ditutupi R dominan).

Pengaruh inbreeding adalah :
– Kurangnya fraksi heterozigot secara keseluruhan (Hal itu dibuktikan G. Mendel pada percobaan tanaman kacang yang melakukan reproduksi sendiri).
– Maka fraksi homozigot akan bertambah ( pada manusia yang memiliki gen resesif homozigot menyebabkan banyak kelainan genetic dan kadang-kadang letal (mati)).

Perkawinan terdekat dalam satu keluarga disebut incest, contohnya antara orang tua dan anak maupun saudara laki-laki dengan saudara perempuan. Yang menjadi bahaya dalam melakukan inbreeding adalah pada faktor keturunan yang dihasilkan. Anak dari pasangan inbreeding memiliki risiko lebih besar dalam masalah kesehatan atau perkembangan dibandingkan dengan anak dari pasangan outbreeding.

Risiko inbreeding jika dipandang dari genetiknya :

-Jika orang tua memiliki hubungan darah yang dekat maka ada kemungkinan orang tua membagikan gena/gen resesif mutan kepada keturunannya

-Manusia mempunyai ± 30000 pasangan gena dalam setiap sel tubuh yang bertanggungjawab pada kesehatan umum & perkembangan.

-Setiap orang membawa beberapa gena yang oleh suatu sebab dpt mengalami mutasi dan membahayakan karena secara tidak langsung berpengaruh terhadap kesehatan individu tsb. Gena normal biasanya mampu mengatasi gena mutan (jika gena mutan adalah resesif)

-Pada umumnya 2 orang yang tidak mempunyai hubungan darah tidak mempunyai gena mutan yang sama, tidak seperti pada 2 orang yang mempunyai hubungan darah

-Terjadi peningkatan risiko untuk membawa gena mutan berbahaya(merugikan) yang sama di antara 2 orang yang mempunyai hubunan darah.

-Kemungkinan untuk mempunyai anak cacat pada pasangan inbreeding lebih besar daripada yang outbreeding

-Pada keturunan dari inbreeding mempunyai resiko 30% kematian bayi atau menderita abnomalitas berat.

-Retardasi mental tanpa kelainan fisik juga meningkat pada populasi inbreeding

-Pada inbreeding sepupu dari keluarga tanpa sejarah kelainan genetic dalam keluarga, mempunyai resiko 2 kali lebih besar daripada yang outbreeding

-Risiko total untuk munculnya abnormalitas bayi dari pasangan inbreeding sepupu adalah ± 5-6%

-Risiko kecacatan bayi dari inbreeding dengan hubungan darah yang lebih dekat semakin meningkat (www.genetics.com.au/Genetics2003)

-Pada umumnya kejadian peningkatan risiko tidak terjadi pada kelainan yang disebabkan oleh genaresesif X-linked atau autosomal dominan.

Bahkan dilansir dari situs Hello Sehat, mamalia, kebanyakan hewan lainnya, dan beberapa tanaman tertentu, telah berevolusi untuk menghindari perkawinan sedarah, alias incest, dalam bentuk apapun. Kebanyakan hewan gerombolan (seperti singa, primata, dan anjing) mendepak para jantan muda dari kumpulannya guna menghindari perkawinan sedarah dengan saudara betinanya. Bahkan lalat buah memiliki mekanisme penginderaan untuk menghindari kemungkinan perkawinan sedarah di kelompoknya, sehingga di populasi tertutup pun mereka mempertahankan lebih banyak keanekaragaman genetik dari yang seharusnya dengan perkawinan acak.

Mengapa makhluk hidup menghindari perkawinan sedarah, alias incest? Karena pada umumnya, hubungan sedarah berdampak sangat buruk bagi populasi atau keturunan dari hasil perkawinan tersebut. Keturunan dari perkawinan sedarah berpeluang sangat tinggi untuk lahir dengan cacat bawaan serius.

Incest dianggap sebagai masalah kemanusiaan karena praktik ini membuka kesempatan yang lebih besar bagi keturunannya untuk menerima alel resesif merusak yang dinyatakan secara fenotip. Fenotip adalah deskripsi karakteristik fisik Anda yang sebenarnya, termasuk karakteristik yang tampak sepele, seperti tinggi badan dan warna mata, juga kesehatan tubuh secara keseluruhan, riwayat penyakit, perilaku, serta watak dan sifat umum Anda.

Singkatnya, seorang keturunan dari perkawinan sedarah akan memiliki keragaman genetik yang sangat minim dalam DNA-nya karena DNA turunan dari ayah dan ibunya adalah mirip. Kurangnya variasi dalam DNA dapat berdampak buruk bagi kesehatan Anda, termasuk peluang mendapatkan penyakit genetik langka — albinisme, fibrosis sistik, hemofilia, dan sebagainya.

Efek lain dari perkawinan sedarah termasuk peningkatan infertilitas (pada orangtua dan keturunannya), cacat lahir seperti asimetri wajah, bibir sumbing, atau kekerdilan tubuh saat dewasa, gangguan jantung, beberapa tipe kanker, berat badan lahir rendah, tingkat pertumbuhan lambat, dan kematian neonatal. Satu studi menemukan bahwa 40 persen anak hasil hubungan sedarah antara dua individu tingkat pertama (keluarga inti) lahir dengan kelainan autosomal resesif, malformasi fisik bawaan, atau defisit intelektual yang parah.

 

Sumber : pojoksatu.id

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index