RIAUAKTUAL (RA) - Harga Bitcoin terus mengalami tekanan dan kini berada di kisaran $80.000, mendekati titik terendah yang sempat tercatat pada akhir Februari lalu di angka $78.200. Penurunan ini menimbulkan kekhawatiran bahwa Bitcoin sedang memasuki fase koreksi yang serius.
Beberapa pelaku pasar menilai tekanan jual ini hanya bersifat sementara dan harga Bitcoin akan kembali stabil. Namun, kepanikan di pasar muncul setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan kebijakan pencadangan nasional mata uang digital. Kebijakan tersebut hanya mencakup penyitaan aset kripto dari kasus kejahatan sebelumnya dan tidak melibatkan pembelian agresif seperti yang diharapkan investor.
Dampak dari aksi jual ini terlihat pada perdagangan di Asia. Hingga Senin sore (10/3/2025), harga Bitcoin turun ke level $81.234. Sentimen negatif ini juga sedikit memengaruhi pergerakan pasar saham di kawasan Asia.
Indeks saham di Asia sempat mengalami tekanan akibat sentimen global, tetapi mampu bertahan di zona positif meski dalam kisaran yang terbatas. Kekhawatiran muncul setelah China melaporkan deflasi sebesar 0,7 persen pada Februari lalu, yang memperkuat kekhawatiran tentang kondisi ekonomi negara tersebut.
Beberapa indeks saham utama di Asia mencatat kenaikan tipis, antara lain:
- Nikkei 225 (Jepang): Naik 0,38 persen ke 37.028,27
- ASX 200 (Australia): Menguat 0,18 persen ke 7.962,3
- KOSPI (Korea Selatan): Bertambah 0,27 persen ke 2.570,39
Di Indonesia, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga mengalami tekanan di awal perdagangan dan sempat turun lebih dari 1 persen. Namun, indeks perlahan mampu mengikis pelemahan tersebut, meski tetap gagal berbalik ke zona hijau.
IHSG akhirnya ditutup melemah 0,57 persen di level 6.598,21, sedikit di bawah batas psikologis 6.600. Beberapa saham unggulan yang mengalami penurunan antara lain BBRI, BMRI, BBNI, TLKM, ASII, ADRO, PGAS, UNVR, PTBA, dan UNTR.
Sementara itu, beberapa saham yang masih bertahan di zona hijau adalah INDF, ICBP, SMGR, dan JPFA.