Dokter Ungkap Bahaya Konsumsi Daging Babi Setengah Matang

Dokter Ungkap Bahaya Konsumsi Daging Babi Setengah Matang
Efek mengonsumsi daging babi setengah matang. (Foto: VT.co)

Riauaktual.com - Seorang dokter baru-baru ini membagikan hasil Computed Tomography Scan (CT Scan) yang mengerikan. CT Scan tersebut menunjukkan kondisi kaki pasien setelah mengonsumsi daging babi setengah matang. Tentunya kondisi ini menjadi pengingat akan pentingnya untuk memanggang daging babi hingga benar-benar matang.

Dokter Sam Ghali, yang memiliki lebih dari 630 ribu pengikut di X, membagikan foto hasil CT scan tersebut dan meminta pengikutnya menebak diagnosisnya. Dia menggambarkan gambar itu sebagai salah satu CT scan paling gila yang pernah dia lihat.

Setelah memberi waktu 24 jam untuk menebak, dr. Ghali mengungkapkan bahwa pasien tersebut menderita Sistiserkosis. Infeksi ini disebabkan oleh konsumsi kista larva Taenia solium, juga dikenal sebagai Cacing Babi.

Menurut Organisasi Nasional untuk Gangguan Langka (NORD), sistiserkosis terjadi akibat konsumsi telur cacing babi melalui kontaminasi feses sampai ke oral, yang menyebabkan perkembangan kista di seluruh tubuh, tetapi tidak di saluran pencernaan.

Dokter Ghali menjelaskan bahwa setelah telur tertelan oleh manusia atau babi, larva akan menembus dinding usus dan masuk ke dalam aliran darah melalui venula mesenterika, kemudian menyebar ke seluruh tubuh.

Area tubuh yang paling umum terkena adalah otak, mata, jaringan subkutan, dan otot rangka, di mana larva membentuk kista yang dikenal sebagai sistiserkosis.

CT scan yang dibagikan menunjukkan respons inflamasi tubuh terhadap sistiserkosis, yang membunuh larva dan menyebabkan kalsifikasi, dikenal sebagai kalsifikasi butiran beras karena penampilannya.

Dokter Ghali juga menyoroti risiko besar jika larva berpindah ke otak dan membentuk kista di jaringan otak. Kondisi ini, dikenal sebagai neurocysticercosis, dapat menyebabkan sakit kepala, kebingungan, kejang, dan masalah neurologis serius lainnya.

NORD menjelaskan bahwa kondisi ini bisa mempengaruhi siapa saja tanpa memandang usia, dengan dampak yang sama pada pria dan wanita. Meskipun sistiserkosis sering bersifat jinak dan tidak memerlukan pengobatan, ada obat untuk kasus yang lebih serius.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menambahkan bahwa neurocysticercosis (NCC) dapat menyebabkan kejang epileptik. WHO melaporkan bahwa Taenia solium adalah penyebab 30 persen kasus epilepsi di banyak daerah endemik di mana manusia dan babi yang berkeliaran hidup berdampingan.

Di komunitas dengan risiko tinggi, hingga 70 persen kasus epilepsi dapat terkait dengan kondisi ini.

NORD juga menambahkan bahwa pengobatan untuk sistiserkosis yang terletak di sistem saraf (neurocysticercosis) melibatkan terapi antiparasit, kortikosteroid, obat antiepilepsi, atau pembedahan, dengan pengobatan yang disesuaikan untuk setiap pasien.

"Pelajaran dari cerita ini adalah lakukan yang terbaik untuk menjaga kebersihan, selalu cuci tangan, dan jangan pernah makan daging babi mentah atau setengah matang," tutur dr. Ghali.

 

 

 

Sumber: Okezone.com

#Kesehatan

Follow WhatsApp Channel RiauAktual untuk update berita terbaru setiap hari
Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index