Riauaktual.com - Sebanyak 18 siswa kelas 1 di SDN 02 Desa Tanjung, Kecamatan Koto Kampar Hulu, Kabupaten Kampar, Riau belajar di ruangan bekas water closet (WC). Bahkan, sudah 5 tahun bangunan bekas WC itu digunakan untuk belajar.
Terkait hal itu, Penjabat (Pj) Gubernur Riau SF Hariyanto memminta Pj Bupati Kampar, Hambali untuk mengecek ke lokasi. Anto tak ingin generasi penerus bangsa tidak mendapat hak pendidikan yang layak, selayaknya sekolah yang lain.
"Saya minta Pj Bupati Kampar untuk cek kondisi sekolah itu, segera cari solusi yang cepat," ujar Anto Rabu (12/6).
Anto juga meminta anak buahnya di Dinas Pendidikan Provinsi Riau untuk berkoordinasi dengan Pemkab Kampar. Sebab, sekolah dasar adalah kewenangan kabupaten.
"Saya juga meminta Disdik Riau secepatnya koordinasi dengan Pemda dan Disdik Kampar," tegas Anto.
Anto tak ingin siswa SDN 02 itu berlama-lama belajar di ruangan bekas WC. Dia mengaku prihatin dan sangat menyayangkan hal itu terjadi di Riau.
"Bahkan saya dapat informasi ada juga SD tanpa dinding di Rantau Kasih. Saya usahakan CSR dari perusahaan untuk membangun sekolah itu," jelas Anto.
Sebelumnya diberitakan, sebanyak 18 orang siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) 002 di Desa Tanjung Kecamatan Koto Kampar Hulu, Kabupaten Kampar, Riau belajar di ruangan bekas Water Closed (WC). Jumlah siswa di sekolah itu sebanyak 223.
Kondisi bangunan bekas WC itu tak layak pakai. Jauh dari standar sekolah seperti biasanya. Apalagi atap bangunan sudah berkarat dan mulai keropos.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala SDN 002 Tanjung Apriwardi menyebutkan bahwa bangunan bekas WC itu sudah lama digunakan untuk kegiatan belajar mengajar.
"Iya Pak. Anak-anak belajar di ruangan bekas WC itu sejak lima tahun lalu. Ruangan itu dipakai siswa kelas satu," ujar Apriwadi saat dihubungi Selasa (11/6).
Apriwadi mengatakan bangunan yang jauh dari kata layak tersebut terpaksa diisi sebanyak 18 orang murid kelas 1. Sebab, tak ada lagi ruangan lain yang bisa dimanfaatkan untuk belajar anak-anak.
"Secara keseluruhan, SDN 002 ini ada 9 kelas, jumlah siswanya sebanyak 223 orang. Tapi karena kekurangan ruangan, jadi terpaksa bekas WC dijadikan tempat belajar anak-anak sebanyak 18 siswa," jelasnya.
Apriwadi menyampaikan dulunya bangunan bekas WC berukuran 4x6 berdinding beton itu dijadikan gudang. Namun, kini disulap menjadi tempat belajar belasan murid, karena kekurangan kelas.
Mirisnya, meski pihak sekolah sudah mengajukan proposal ke Dinas Pendidikan Pemkab Kampar untuk penambahan ruang kelas. Namun, sudah bertahun-tahun permintaan sekolah tak kunjung dikabulkan.
"Proposal ke Disdik sudah kita ajukan pada tahun 2022, untuk penambahan ruang kelas. Waktu itu orang dinas sudah datang meninjau. Katanya sudah oke, tapi entah apa masalahnya sampai sekarang tak ada hasil," keluh Apriwardi.
#Pendidikan