Tradisi Unik Ramadhan, Ngabuburit dengan Tasbih Raksasa Berusia 400 Tahun

Tradisi Unik Ramadhan, Ngabuburit dengan Tasbih Raksasa Berusia 400 Tahun
Ngabuburit dengan tasbih raksasa sepanjang 38 meter dan berusia 400 tahun. Foto/Kompas.com

Riauaktual.com - Warga Kecamatan Binuang, Polewali Mandar, Sulawesi Barat mempunyai tradisi ngabuburit dengan cara berzikir sambil menggunakan tasbih raksasa berusia 400 tahun di masjid selama Ramadhan.

Tasbih tersebut merupakan peninggalan tokoh penyebar Islam, Syekh Abdul Kadir atau Haji Mallawi dari Kerajaan Binuang. Tasbih sepanjang 38 meter ini memiliki 3.300 biji. 

Biasanya, tasbih itu dipegang para jemaah dengan cara melingkar di dalam mesjid. Seperti yang terlihat pada Minggu (20/5/2018) sore di Masjid Nurul Hidayah, Kelurahan Amassangan, Kecamatan Binuang, Polewali Mandar. 

Setiap jemaah, berzikir atau melafalkan asmaul husna 3.300 kali atau sebanyak biji tasbih raksasa tersebut.

Benda purbakala itu hanya dikeluarkan pada waktu-waktu tertentu. Namun selama Ramadhan, dimanfaatkan warga untuk berzikir sambil ngabuburit di masjid.

Berbagai kalimat suci, asmaul husna, dan puji-pujian kepada Allah ditasbihkan para jemaah dengan khidmat. Apalagi ketika hari Jumat, jumlah jemaah yang ikuy zikit lebih banyak. 

Imam Masjid Nurul Hidayah, Muslimin mengatakan, selama Ramadhan, tasbih peninggalan leluhurnya tersebut sengaja dikeluarkan untuk zikir berjamaah. 

"Sudah ratusan tahun ini pak. Saya mungkin yang menjadi generasi kelima dari Syekh Abdul Kadir," katanya. 

Menurut Muslimin, pengurus rumah adat Balla Lompoa, Gowa, Sulawsi Selatan pernah datang meminta untuk dimasukkan ke dalam museum.

Namun Muslimin dan keluarga turunan Syekh Abdul Kadir menolak karena alasan benda cagar budaya tersebut adalah warisan leluhur yang tetap dijaga keluarga.

Tasbih raksasa sebesar ukuran buah kemiri ini terbuat dari buah biji manjakani yang didatangkan langsung Syekh Abdul Kadir dari Tanah Suci Mekah.

Kini, tasbih raksasa tersebut masih tersimpan rapi di rumahnya di Kelurahan Amassangan, Kecamatan Binuang, Polewali Mandar.

Tasbih ini pun menjadi saksi peradaban agama Islam di Tanah Mandar. Sebab, tasbih ini dibawa Syekh Abdul Kadir dari tanah Arab saat menyebarkan agama Islam pertama kali di Kerajaan Binuang.

Tasbih ini biasanya digunakan warga untuk kegiatan atau hajatan tertentu, seperti khatam Al Quran, maulid, dan tahlilan.

Namun untuk menjaga kelestariannya, tasbih dikeluarkan saat Ramadhan. (Wan)

 

Sumber: Kompas.com

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index