Rupiah Dibuka Ambruk Makin Parah, USD Meroket ke Level Tertinggi

Rupiah Dibuka Ambruk Makin Parah, USD Meroket ke Level Tertinggi
ils (int)

Riauaktual.com -  Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada awal perdagangan, Rabu (9/5/2018) dibuka ambruk semakin parah hingga menyentuh level Rp14.074/USD. Kejatuhan mata uang Garuda terjadi saat dolar terus meroket hingga ke posisi tertinggi dalam enam hari terhadap Yen Jepang.

Menurut kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI, rupiah pagi ini dibuka pada level Rp14.074/USD. Posisi ini memperlihatkan rupiah anjlok dibandingkan posisi perdagangan sebelumnya Rp14.036/USD.

Posisi rupiah berdasarkan data Bloomberg, pada sesi pembukaan berada di level Rp14.085/USD atau terjun bebas dari posisi perdagangan kemarin Rp14.004/USD. Pergerakan harian rupiah pada awal perdagangan ada di kisaran Rp14.085-Rp14.085/USD.

Berdasarkan data SINDOnews bersumber dari Limas, rupiah juga memperlihatkan tekanan di awal sesi untuk melaju ke level Rp14.080/USD. Posisi tersebut tidak lebih baik dari kemarin.

Data Yahoo Finance menunjukkan rupiah pada sesi perdagangan pagi berada pada posisi Rp14.043/USD atau justru sedikit membaik dari posisi penutupan sebelumnya di level Rp14.048/USD. Pergerakan harian rupiah di akhir pekan berada pada level Rp14.043-Rp14.085/USD.

Sementara seperti dilansir Reuters, dolar naik ke posisi tertinggi enam hari terhadap Yen Jepang saat harga minyak mentah reli mengiringi keputusan Presiden AS Donald Trump yang menarik diri dari kesepakatan nuklir Internasional dengan Iran.

Greenback juga menguat terhadap euro karena kekhawatiran tentang gejolak politik Italia bakal terimbas ke perdagangan mata uang umum. USD naik 0,45% menjadi 109.605 saat berhadapan dengan Yen Jepang setelah sempat melaju ke 109,640 atau tertinggi sejak 3 Mei.

Euro kehilangan 0,15% menjadi 1,1847 saat menghadapi dolar, ketika sebelumnya meluncur ke posisi terendah yakni 1,1838 sejak 22 Desember. Euro telah berada di bawah dalam beberapa hari terakhir dengan indikator ekonomi yang lemah serta perbedaan kenaikan suku bunga zona euro-euro, ditambah kondisi perkembangan politik di Italia.

 

Sumber : sindonews.com

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index