Pakai Lintah, Ilmuwan Ingin Lestarikan Hutan di Papua Niugini

Pakai Lintah, Ilmuwan Ingin Lestarikan Hutan di Papua Niugini

Riauaktual.com - Teknik penelitian ilmuwan menggunakan lintah ini diharapkan membantu konservasi dan penyelamatan hutan di Papua Niugini (PNG).

Ilmuwan dari Australia dan Papua Niugini menganalisa DNA lintah, kumbang tinja dan nyamuk yang menghisap darah mamalia di hutan terpencil di PNG.

Mark Ziembicki dari Universitas James Cook dan Gabriel Porolak dari Universitas Papua Niugini bekerja sama untuk mengungkap jumlah hewan yang terancam punah dan terisolasi di sejumlah hutan di Papua Niugini serta kondisi hutan.

Metode ini khusus digunakan di negara sedang berkembang dan memiliki topografi yang ekstrim, seperti Papua Niugini.

"Papua Niugini memiliki keajaiban alam yang luar biasa dan dari perspektif ilmiah, kita hanya tahu sedikit tentang hal itu. Alasannya karena ini adalah tempat yang sangat sulit untuk bekerja, topografinya menantang, hutan hujannya sangat lebat dan tebal, jadi sangat sulit menemukan banyak binatang di hutan," kata Ziembicki dikutip dari ABC, pada hari Jumat (22/12/2017).

"Salah satu teknik yang baru dikembangkan ini adalah mengamati hewan pengganti untuk mengetahui apa yang terjadi di hutan, termasuk kondisi hewan-hewannya.  Mengamati lintah, kumbang tinja, dan nyamuk dapat menentukan apa yang ada di dalam hutan, karena hewan-hewan tersebut memakan semua apa yang ada di hutan," kata Ziembicki.

Intinya adalah penelitian langsung ke dalam jantung hutan terpencil di PNG sangat sulit dilakukan, dan lintah sudah melakukan pekerjaan berat tersebut, kata Ziembicki.

Penelitian dilakukan dengan cara sederhana. Lintah, nyamuk dan kumbang tinja dikumpulkan dan dibantu penduduk yang berada di dalam hutan. Penduduk lokal di hutan sangat membantu dengan pengetahuannya mengenali karakter hewan semak di hutan.

Setelah itu, peneliti menaruh lintah di etanol untuk dianalisa dan data yang diperoleh akan diteliti lebih lanjut di laboratorium.

"Ada beberapa spesies yang sulit dipahami dengan teknik ini akan membantu mengetahui apa yang hilang dan apa yang masih ada," kata Gabriel Porolak.

Porolak menambahkan penelitian di hutan PNG tepat waktu, seiring keresahan warga Papua New Guinea atas kerusakan hutan milik mereka.

"Itu selalu menjadi bagian dari kehidupan mereka, namun karena bertambahnya jumlah penduduk manusia, maka semakin banyak permintaan lahan dan hasil hutan," katanya.

"Mereka menggunakannya dengan cara yang tidak berkelanjutan, jadi arahan untuk konservasi adalah membantu mereka terus menggunakannya, namun dengan cara yang lebih berkesinambunan,"kata Porolak. Penelitian menggunakan lintah tersebut diharapkan membantu upaya konservasi di sekitar Papua Niugini.

Studi percontohan akan berlangsung selama beberapa bulan dan diharapkan akan menghasilkan sebuah proyek penelitian lengkap yang melakukan survei di berbagai hutan di Papua Niugini. (Wan)

 

Sumber: kompas.com

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index