Siapa Setan yang Disebut Fahri Hamzah di Reuni 212? Ini Jawabannya

Siapa Setan yang Disebut Fahri Hamzah di Reuni 212? Ini Jawabannya
Fahri Hamzah dan Fadli Zon hadiri reuni aksi 212 di Monas. (pojoksatu)

Riauaktual.com - Saat Reuni 212, Sabtu (2/12) lalu, Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah bukan saja jadi salah satu tokoh yang turut hadir di Lapangan Monumen Nasional itu.

Fahri pun turut menyumbang orasinya di depan para peserta aksi untuk memperingati satu tahun Aksi Bela Islam 212 tersebut.

Sebagaimana selama ini Fahri yang hobi nyinyir itu pun melempar kritik tajam kepada berbagai pihak, salah satunya Presiden Joko Widodo.

Fahri juga memaparkan tentang sejarah yang membuktikan besarnya peran umat Islam dalam mendirikan Republik Indonesia.

Salah satu yang disinggung Fahri tentang peran umat Islam dalam membentuk dan menjaga Indonesia adalah Mosi Integral yang digagas Mohammad Natsir.

Mosi gagasan tokoh Masyumi itu dibacakan di hadapan Sidang Paripurna DPR Republik Indonesia Serikat (RIS) pada 3 April 1950.

Isinya adalah menghendaki Indonesia kembali ke bentuk NKRI.

Selain itu, ia juga menyebut ‘setan’ yang dianggapnya masih gentayangan di negeri ini.

“Karena itu kita berkumpul kembali di sini dalam rangka mengumumkan permusuhan abadi kepada setan. Dan kita tidak akan berhenti memusuhinya sampai kiamat tiba,” pekiknya di depan peserta reuni 212.

Pertanyaannya, siapa yang dimaksud ‘setan’ oleh Fahri itu?

Berikut transkrip lengkap orasai Fahri Hamzah di depan massa peserta reuni 212:

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillahirobbil’alamin, washolatu wassalamu’ala asrofil ambiya iwal mursalin wa’ala alihi wasohbihi aj ma’in. Amma ba’du

Para kiai, para ulama, para guru-guru kita, para pejabat yang saya hormati. Pak Fadli Zon, Pak Hidayat Nur Wahid dan para pimpinan partai politik dan organisasi massa yang ada.

Saya sebenarnya senang karena istilah Alumni 212 ditiadakan. Karena saya bukan Alumni 212 tapi Alumni 411.

Saya lihat momen 411 dan 212 itu lebih semangat dari hari ini. Mungkin karena dulu setannya masih ada.

Tapi setan itu tidak pernah tidak ada. Dia akan selalu ada. Dia adalah musuh abadi kita.

Karena itu kita berkumpul kembali di sini dalam rangka mengumumkan permusuhan abadi kepada setan. Dan kita tidak akan berhenti memusuhinya sampai kiamat tiba.

Ketika 411 sehabis pidato, saya mendapatkan laporan dari seorang pejabat negara, pejabat tinggi, bahwa saya akan ditangkap karena ujaran kebencian dan menghasut.

Karena pada waktu itu saya memberitahu cara menjatuhkan presiden.

Menjatuhkan presiden itu sebenarnya konstitusional. Apabila seorang presiden melakukan pelanggaran terhadap pasal-pasal impeachment, maka ia layak dijatuhkan melalui mekanisme konstitusional.

Saya tidak tahu kenapa tidak jadi ditangkap. Mungkin itu rezekinya Ahmad Dhani.

Tapi melalui kesempatan ini, supaya pidato saya tidak dianggap menghasut, saya ingin mengutip peristiwa Maulid Nabi Besar Muhammad SAW yang kemarin diselenggarakan di Istana Bogor. Kebetulan Pak Hidayat dan Pak Fadli tidak datang tapi saya datang.

Di dalam peringatan Maulid itu dibacakan dua buah ayat Alquran. Yang pertama Surah Al-Baqarah: 143. Dan yang kedua adalah Surah Al-Fath: 29.

Yang pertama adalah tentang karakter umat Islam. Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.

Kita adalah umat Islam. Syarat dari adanya suatu bangsa adalah adanya umat pertengahan. Dan kita adalah umat pertengahan dan tidak ekstrim.

Ekstrimitas adalah proyek negara-negara Barat. Ekstrimitas adalah proyek pemecahbelahan, bukan merupakan karakter dari umat Islam.

Pak Jokowi saya lihat mendengar ayat tersebut dan mengangguk-angguk kemarin. Dan Pak jokowi adalah Alumni 212.

Kita doakan mudah-mudahan dia menjadi Mujahid 212. Kita tidak berhukum dengan yang tidak tampak. Tapi setahun lalu dia tampak di sekitar kita. Mohon tengok kiri kanan, kalau ada, bawa ke atas panggung.

Jadi kita adalah ummatan washatan. Ummat pertengahan. Tidak akan ada Bangsa Indonesia yang beribu-ribu pulaunya, beribu-ribu budayanya, beribu-ribu bahasanya, kalau bukan karena adanya ummatan washatan. Umat Islam sebagai umat pertengahan.

Dari Sabang sampai Merauke. Kalau kita berjalan dan bertemu dengan kesultanan-kesultanan Islam yang telah menjadi negara sebelum ada Republik Indonesia.

Ada Sultan yang memiliki kerajaan. Ada ulama yang menasihati kerajaan.

Ada musuh datang, sultan dan raja meminta fatwa kepada ulama lalu terjadilah jihad fii sabilillah. Membebaskan negara kita.

Sekarang ini, terminologi-terminologi jihad, takbir, semua ingin dikriminalisasi dan dimasukkan ke dalam kategori hate speech.

Di sebagian pejabat kita alergi dengan bendera seperti ini (Liwa’ dan Rayah, red). Karena mereka menganggap itu ISIS. Otaknya sudah dirusak oleh setan.

Kita kirim lagi nanti selawat dan zikir agar bersih jiwa dan hatinya para pejabat itu dari setan-setan yang terkutuk.

Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud.

Ayat ini dibaca di Istana Bogor di depan Presiden Jokowi, di depan Panglima TNI, di depan Menkopolhukam dan di depan pejabat-pejabat lainnya.

Ayat itu memberi pesan (bahwa) Muhammad adalah utusan Allah. Dan orang-orang yang bersamanya adalah orang-orang yang tegas.

Saya mau tanya, presiden itu mengerti tidak karena saya lihat dari belakang mengangguk-angguk.

Wahai Presiden Jokowi. Anda seharusnya berada di sini. Di sinilah jiwa Bangsa Indonesia. Di sinilah yang akan membela bangsa kita.

Orang-orang kaya yang membantu Anda terbang mencarter pesawat kalau ada apa-apa di negara ini.

Mereka tidak akan bertahan sampai titik darah penghabisan. Yang akan menjaga republik ini adalah kita.

Mosi Mohammad Natsir, Mosi Integrasi itulah yang menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Ada umatnya. Tapi belum ada pemimpinnya. Kita ini bapak ibu sekalian, sedang mencari jodoh bagi umat Islam. Sudah ada kita, umat Islam, sebelum bangsa ini lahir. Yang menjaga republik ini.

Tapi kita jarang ketemu jodoh, jarang ketemu pemimpin yang baik. Semoga hari ini Allah mengijabah doa kita. Sehingga kelak kita akan mendapatkan karakter pemimpin sebagaimana yang disebutkan dalam Surah Al-Fath: 29 tadi.

Demikian. Wabillahittaufiq Walhidayah. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

 

Sumber : pojoksatu.id

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index