Penipuan penerimaan CPNS

Utang bank demi jadi abdi negara

Utang bank demi jadi abdi negara
ilustrasi simulasi tes cpns online.

Riauaktual.com - Berawal dari kegagalan Selly Amelia Suryana Putri lulus seleksi tes Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia pada 2013. Sang ayah, merupakan abdi negara, kemudian bercerita mengenai hal itu, lalu bertanya kepada teman sekantornya.

"Punya teman yang bisa memasukkan anak saya?" kata Selly menirukan perkataan sang ayah sebagaimana dikutip dari merdeka.com, hari ini.

Teman sang ayah kemudian membalas, "Ya sudah, kalau ada nanti dihubungi."

Tak berapa lama, teman sang ayah menghubungi. Dia mengaku memiliki teman yang bisa menjadikan Selly CPNS. Tapi lewat jalur belakang, pakai uang dan tanpa tes.

"Awalnya, minta Rp 80 juta, tapi ditawar Rp 50 juta," kata mahasiswi tingkat akhir berusia 21 tahun tersebut.

Untuk memenuhi kebutuhan dana tersebut, menurut Selly, orang tuanya harus meminjam pada bank. Namun, dia tak tahu pasti alasan dan jaminan apa yang disampaikan orang tuanya kepada bank.

"Iya buat masuk CPNS itu, makanya kami pinjam ke bank," katanya. "Januari 2014, ngasih Rp 20 juta ke orang namanya Pak Wawan. Disuruh bawa dokumen, seperti ijazah legalisir, KTP dan lainnya."

Beberapa minggu kemudian, lanjutnya, Surat Keputusan CPNS 80 persen diberikan. Namun, Selly belum tahu bakal ditempatkan di instansi pemerintah yang mana.

"Masih umum," katanya. "Sudah itu minta uang nggak tahu buat apa. Kami kasih Rp 30 juta sisanya."

Selepas itu, Selly dijanjikan bakal dikumpulkan dengan CPNS lain untuk diberikan pembekalan. Namun, selalu tertunda dengan berbagai alasan, semisal tanggal merah atau pemilihan kepala daerah. Pertemuan pertama pun terjadi di Cimahi sekitar 2015.

"Kumpul pakai baju hitam putih. Dikasih tahu tanggal sekian penerimaan SK 100 persen, seragam, dan penempatan," katanya.

Tanggal yang dijanjikan tak kunjung terwujud. Sebaliknya, Selly kembali diminta untuk membayar Rp 10 juta.

"Nggak tahu untuk apa dan buat seragam," katanya. "Tawar lagi Rp 5 juta. langsung dikasih bahan untuk dijahit jadi seragam. Seminggu seteah dikasih seragam, katanya bakal ada pertemuan, tapi mundur-mundur lagi."

Hingga akhirnya pertemuan kedua dilangsungkan di gedung pendidikan dan pelatihan Jayagiri, Lembang. Di tempat itu, peserta yang memakai baju hitam putih dites urin untuk memastikan bebas dari pemakaian narkoba. Kemudian, diberi tahu bakal ada pembagian SK pada 15 juni 2016, sehari kemudian bisa cek penempatan, dan hari selanjutnya sudah mulai pelatihan.

"Tapi ngaret lagi. Hingga akhirnya terjadi peristiwa di Gedung Sate, Kamis 12 Januari 2017."

Di kantor pusat pemerintah provinsi Jawa Barat itu, proses rekruitmen CPNS dijalani Selly selama sekitar empat tahun terbukti hanya tipuan belaka. Sedikitnya, 430 orang menjadi korban penipuan yang diotaki oleh seorang pendiri organisasi masyarakat, berinisial BI, dibantu oleh sekitar 30 orang bertugas menjadi koordinator. Seorang diantaranya bernama Lalan Suherlan, 46 tahun, sudah tertangkap dan kini ditahan Polres Cimahi.

"Awalnya, aku curiga kalau ini bohong, tapi kami kayak dihipnotis begitu," kata Selly. "Yang bikin kami yakin itu, dia bilang kalau Pak Aher (Gubernur Jabar) bawa 400 orang lewat jalur belakang untuk masuk CPNS ini. kalau ini bohong, pelaku penipuan itu berani kembalikan 10 kali lipat uang yang kami setor."

Selly menambahkan, rata-rata korban penipuan bergelar sarjana. "Ada yang keluarga anggota TNI-Polri, anak pensiunan tentara, dan anak eks-anggota DPR."

Terlepas itu, Selly masih memendam keinginan untuk menjadi amtenar. Namun, tobat lewat jalur belakang. "Dengan jadi PNS, setidaknya, ada jaminan masa tua."

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index