Bahaya Tersembunyi di Balik Sayur Goreng: Dari Kol hingga Brokoli, Ini Fakta Ilmiahnya

Bahaya Tersembunyi di Balik Sayur Goreng: Dari Kol hingga Brokoli, Ini Fakta Ilmiahnya
Sayur goreng. (Foto: Freepik)

RIAUAKTUAL (RA) - Sayur merupakan komponen penting dalam pola makan sehat. Kaya akan serat, vitamin, dan antioksidan, sayuran membantu melindungi tubuh dari berbagai penyakit.

Namun, tren mengonsumsi sayur goreng seperti kol goreng, brokoli goreng, hingga terong goreng yang kian populer di masyarakat, menyimpan ancaman tersembunyi yang justru bisa merusak manfaat alaminya.

Secara medis, proses menggoreng, terutama dengan suhu tinggi dan minyak yang digunakan berulang kali, dapat mengubah struktur kimia sayuran.

Akibatnya, terbentuk senyawa berbahaya seperti amina heterosiklik dan nitrosamin, yang telah diklasifikasikan oleh World Health Organization (WHO) sebagai karsinogen, atau pemicu kanker.

1. Kol Goreng: Vitamin Hilang, Risiko Kanker Meningkat

Kol sebenarnya mengandung glukosinolat, senyawa alami yang membantu proses detoksifikasi tubuh. Namun, ketika kol digoreng hingga gosong, senyawa ini justru berubah menjadi amina heterosiklik yang berbahaya.

"Kol goreng tidak hanya kehilangan vitamin C-nya, tapi juga memproduksi senyawa kimia baru yang bisa memicu pertumbuhan sel kanker, terutama di sistem pencernaan," jelas Dr. Tan Shot Yen, dokter ahli gizi komunitas.

Selain itu, penggunaan minyak jelantah dalam proses menggoreng meningkatkan risiko penyakit jantung dan obesitas, akibat tingginya kandungan lemak trans.

2. Brokoli Goreng: Superfood yang Berubah Jadi Pemicu Radikal Bebas

Brokoli dikenal sebagai superfood karena kandungan sulforaphane-nya yang tinggi, yaitu senyawa aktif yang mampu mencegah pertumbuhan sel kanker. Namun, penggorengan menghancurkan sebagian besar kandungan tersebut.

"Menggoreng brokoli dapat menghancurkan hampir seluruh manfaat anti-kankernya. Yang tersisa hanyalah lemak trans dan senyawa yang justru meningkatkan risiko peradangan sistemik," kata Dr. Michael Greger, penulis How Not to Die.

Panas berlebih juga merusak enzim penting dalam brokoli yang berfungsi membantu penyerapan nutrisi di dalam tubuh.

3. Terong Goreng: Lezat, tapi Berbahaya untuk Jantung

Terong yang digoreng menghasilkan senyawa nitrit dalam jumlah tinggi. Ketika nitrit ini bereaksi dengan asam lambung, akan terbentuk nitrosamin, zat karsinogenik yang dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah, meningkatkan tekanan darah, dan bahkan menghambat sirkulasi ke otak dan jantung.

“Sayur goreng bisa menjadi musuh dalam diam. Terlihat sehat dari luar, tapi secara kimiawi sudah berubah menjadi racun jika tidak dikonsumsi dengan bijak,” ungkap Dr. Hiromi Shinya, ahli gastroenterologi dan pelopor kolonoskopi modern.

Mengapa Masyarakat Harus Waspada?

Budaya makan praktis telah menjadikan teknik menggoreng sebagai pilihan utama dalam pengolahan makanan. Namun masyarakat perlu sadar bahwa tidak semua yang tampak sehat tetap sehat setelah proses memasak yang ekstrem.

Menurut riset dari Harvard School of Public Health, konsumsi makanan yang digoreng secara rutin meningkatkan risiko:

- Penyakit jantung hingga 23%

- Kanker kolorektal hingga 30%

- Risiko stroke dan peradangan sistemik

Alternatif Pengolahan yang Lebih Sehat:

- Kukus atau tumis ringan dengan sedikit minyak zaitun
- Gunakan metode panggang tanpa minyak
- Manfaatkan air rebusan sayur sebagai kaldu alami agar nutrisinya tidak terbuang

Dilansir dari Okezone.com, sayur tetap menjadi pilar penting dalam pola makan sehat. Namun, cara mengolahnya menentukan apakah manfaat tersebut sampai ke tubuh, atau justru membawa racun tersembunyi. Bijak memilih teknik memasak adalah kunci hidup sehat jangka panjang.

 

 

 

#Kesehatan

Follow WhatsApp Channel RiauAktual untuk update berita terbaru setiap hari
Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index