Riau Berperan Penting dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015

Riau Berperan Penting dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015
illustrasi (int)

RIAU (RA) - Riau punya peran penting dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Dengan letak strategis plus sumber daya alam yang melimpah membuat Riau berpotensi jadi pusat pertumbuhan ekonomi baru di kawasan ASEAN.

”Riau memiliki peran penting karena letaknya yang strategis dekat dengan beberapa negara ASEAN, sumber daya alam yang ada juga besar. Makanya berpotensi jadi pusat pertumbuhan ekonomi baru di kawasan ASEAN,” ujar Deputi Direktur Grup Kerjasama dan Studi Multilateral Departemen Bank Indonesia (BI), Erwin Haryono, saat Sosialisasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 di Kantor Bank Indonesia Pekanbaru, kemarin.

Menjelang diberlakukannya era pasar tunggal melalui Masyarakat Ekonomi ASEAN tahun 2015 mendatang, lanjutnya, sejumlah tantangan masih dihadapi Indonesia. Namun, siap atau tidak, Indonesia yang memiliki daya saing yang rendah dibanding Malaysia, Singapura dan Thailand harus berbenah untuk mengantisipasi persaingan negara tetangga tersebut. Perlunya mengantisipasi hal itu, dari sisi daya saing, karena saat ini Indonesia berada di posisi 50 dari 144 negara di dunia dan posisi ini juga masih di bawah negara Singapura, Malaysia dan Thailand.

Padahal tahun 2011, posisi Indonesia sedikit lebih baik, yakni pada urutan 46 dunia. Rendahnya daya saing juga berimplikasi pada tinkat kemudahan berbisnis yang juga masih rendah, yakni nomor 6 dari 9 negara ASEAN. "Rendahnya daya saing juga karena rendahnya produktivitas tenaga kerja Indonesia yang masih di bawah negara tetangga, namun hal itu juga disebabkan rendahnya tingkat pendidikan," ujar Direktur Grup Kerjasama dan Studi ASEAN, Departemen Internasional, Bank Indonesia, Firdauz Muttaqin.

Karena itu pula, MEA 2015 yang sudah menjadi komitmen pemimpin ASEAN dan sejalan dengan Visi ASEAN 2020, maka MEA yang merupakan pasar tunggal dan basis produksi itu, nantinya diharapkan akan menguntungkan Indonesia. Pasalnya, lanjut Firdaus, MEA akan mampu menekan biaya transaksi dan memaksimalkan perdagangan. Sejalan dengan itu, Indonesia harus mengizinkan aliran bebas barang, jasa, investasi dan tenaga kerja terlatih, serta aliran modal yang lebih bebas antar negara di ASEAN.

"Nanti ada 12 sektor prioritas untuk integrasi ASEAN, yakni produk pertanian, produk kayu, karet, angkutan udara, otomotif, elektronik, tekstil dan produknya, produk perikanan, jasa kesehatan, logistik maupun turisme," jelas Firdaus.

Kesiapan menghadapi tantangan itu juga disebutkan Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Pekanbaru, Hari Utomo, yang menyebutkan, masih adanya disharmoni ketentuan pusat dan daerah, tren surplus perdagangan yang mengecil, dan belum optimalnya implementasi rencana aksi. Tanpa komitmen perbaikan, daya saing Indonesia pasca-MEA akan semakin tertinggal dan besar kemungkinan hanya menjadi target pasar pengusaha asal negara tetangga.

"Hal yang sama juga berlaku di Riau, dengan laju pertumbuhan triwulan III 2012 di luar migas yang mencapai 8,26 persen (year on year), membuat Riau menjadi kawasan yang menjanjikan. Besarnya potensi Riau yang juga tercermin dari SIJORI atau Growth Triangle, besar kemungkinan arus investasi negara tetangga pasca penerapan MEA. Tetapi, tanpa persiapan memadai, pelaku usaha di Riau dikhawatirkan akan terpinggirkan di daerahnya sendiri," ulas Hari Utomo. (rgi)

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index