Harga Anjlok, Petani Enggan Sadap Karet

Harga Anjlok, Petani Enggan Sadap Karet
karet

EKONOMI (RA) - Petani karet di Pangkalpinang, Provinsi Bangka Belitung enggan menyadap dan mengurus kebun karet mereka karena harga komoditas itu terus menurun.

"Harga karet anjlok dan tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga," kata salah seorang petani karet, Danung di Pangkalpinang, kemarin.

Harga karet basah turun menjadi Rp2.000 per kilogram dari sebelumnya Rp4.000.

"Saat ini kami menghentikan sementara menyadap karet, karena hasil penjualan karet tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga," ujarnya.

Hasil karet juga mengalami penurunan, karena kondisi cuaca yang tidak menentu. Terkadang cuaca panas dan tiba-tiba hujan lebat sehingga hasil sadapan di mangkok penampungan tumpah ke tanah.

"Kondisi ini sangat menyulitkan petani, sehingga pada akhirnya kita menghentikan menyadap dan mencari pekerjaan lain seperti menjadi buruh bangunan dan lainnya," ujarnya.

Basri, petani karet lainnya mengaku beralih menjadi buruh bangunan, karena harga yang rendah.

"Upah buruh bangunan lebih tinggi dibandingkan hasil penjualan karet. Upah buruh bangunan Rp90 ribu per hari dibandingkan hasil penjualan karet hanya kisaran Rp150 ribu hingga Rp200 ribu per minggu," ujar Basri.

Ia berharap pemerintah peduli dengan harga yang rendah itu agar bisa memberikan kesejahteraan pada kehidupan keluarga petani kecil yang penghasilannya tergantung dari getah karet. (rimanews)

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index