Panglima Kerajaan Indragiri Kebal Peluru, Kalahkan Jenderal Portugis Penguasa Malaka

Panglima Kerajaan Indragiri Kebal Peluru, Kalahkan Jenderal Portugis Penguasa Malaka
Makam Sultan Indragiri pertama Raja Narasinga II

Riauaktual.com - Andi Sumpu Muhammad yang diberi gelar Panglima Jukse Besi, dikenal dengan kesaktiannya. Saking saktinya, panglima perang andalan Sultan Indragiri pertama Raja Narasinga II ini tidak mempan ditembak maupun ditusuk benda tajam jenis apapun.

Makam Panglima Jukse Besi berada di Desa Kota Lama Kecamatan Rengat Barat Kabupaten Indragiri, Riau. Makamnya berada dalam satu kompleks dengan Raja Narasinga II dan keluarganya.

Raja Narasinga II bernama asli Paduka Maulana Sri Sultan Alaudin Iskandarsyah Johan Zirullah Fil Alam itu menyebarkan syiar agama Islam di wilayah kekuasaannya, Kerajaan Indragiri. Saat itu belum terbentuk negara Indonesia dan Malaysia. Dia memerintah sejak tahun 1473.

Wilayah kekuasaan Raja Narasinga II meliputi Malaka Raya termasuk Malaysia dan Riau, yang dibuktikan dengan munculnya kerajaan Sijori (Singapore Johor Riau).

Kisah Panglima Jukse Besi terbukti saat Raja Narasinga II sang pemimpin Kerajaan Indragiri bersama bala tentaranya berperang dan berjuang menyelamatkan kota Malaka (sebuah kota di Malaysia), dari kekuasaan kerajaan Portugis di bawah komando Jenderal Verdicho Marlos sebagai panglima perangnya.

"Konon katanya bulu tangannya saja tidak bisa dicukur benda tajam, apalagi kulitnya. Begitulah kesaktian Panglima Jukse Besi," ujar Staf Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah IV Riau dan Kepri (Tenaga Ahli Cagar Budaya) Kabupaten Indragiri, Saharan, Ahad (12/11).

Perang melawan penjajah ini berlangsung selama 20 tahun, dari tahun 1511 sampai 1531. Perang besar dan sangat lama itu dikomandoi Panglima Jukse Besi.

Panglima Jukse Besi berperang bersama Raja Narasinga II dan bala tentara kerajaan, melawan Jenderal Verdicho Marloce dan anak buahnya tentara Portugis di Selat Malaka.

Selama 20 tahun itu pula perang tiada henti-hentinya. Sebab, tentara Portugis saat itu yang dikomandoi Jenderal Verdicho Marloce terkenal kuat sebagai penguasa lautan, dan menjajah Kota Malaka. Adu kekuatan antara Panglima Jukse Besi dan Jenderal Verdicho pun terjadi di lautan Malaka.

"Karena Malaka juga wilayah kekuasaan Raja Narasinga II, maka raja ikut andil dalam berperang. Panglima Jukse Besi sebagai orang kepercayaannya raja melindunginya, dan memerdekakan kota Malaka dari penjajahan Portugis," jelas Saharan.

Setelah berperang puluhan tahun, akhirnya pada sekitar tahun 1531, Raja Narasinga dan Panglima Jukse Besi bersama bala tentara kerajaan Indragiri berhasil memenangkan peperangan, dan menaklukkan Portugis. Kota Malaka pun akhirnya merdeka dari penjajahan.

Jenderal Verdicho merupakan panglima perang Portugis yang memiliki otak pintar. Namun saat perang melawan Raja Narasinga II di Selat Malaka yang dikenal dengan perang Teluk Ketapang sekitar Abad ke 15, Jenderal Verdicho dan anak buahnya kalah dan menjadi tawanan perang.

"Pada perang itu dimenangkan oleh Raja Narasinga II dan Panglima Jukse Besi, sementara Jenderal Verdicho menjadi tawanan perang raja Narasinga, hingga akhirnya dimanfaatkan menjadi menteri di kerajaan Indragiri karena kepintarannya," kata pria berusia 57 tahun itu.

Setelah perang berhenti, hari-harinya Jenderal Verdicho sebagai menteri kerajaan mendampingi Raja Narasinga II dalam menjalankan kerajaan. Keduanya memiliki beda keyakinan, Verdicho beragama Nasrani sedangkan Raja Narasinga II seorang Muslim.

Awalnya Verdicho Marloce berlawanan dengan Panglima Jukse Besi saat berperang, namun mereka akhirnya menjalin persahabatan karena sesama orang Kerajaan Indragiri. Panglima Jukse Besi sebagai pelindung Sultan Narasinga II, sementara Verdicho sebagai menteri.

Raja Narasinga II bersama istrinya Putri Dang Purnama dikenal sebagai pemimpin yang arif dan bijaksana. Rakyat sejahtera dan hidup tenteram di bawah pimpinan yang berbeda agama.

Seiring berjalannya waktu, Raja Narasinga II meninggal lebih dulu daripada Jenderal Verdicho. Kemudian jenazah Verdicho dimakamkan bersebelahan dengan Raja Narasinga II, sejajar dengan para menteri lainnya.

"Dilihat dari jenis batu nisannya, Raja Narasinga II lebih dahulu wafat, kemudian disusul Jenderal Verdicho Marlos. Sehingga diberikan sebuah penghormatan kepada Jenderal Verdicho dimakamkan di sebelah makam Raja Narasinga II, sejajar dengan para menteri lainnya," katanya.

Artinya, Narasinga II memegang teguh kebijakan kerukunan antar umat beragama, karena tidak pernah memaksakan Jenderal Verdicho untuk pindah agama.

Raja Narasinga II merupakan sultan yang ke IV. Namun, dia merupakan Sultan pertama di Indragiri.

"Tiga sultan sebelumnya posisinya tidak di Indragiri namun tinggal dan menetap di Malaka, sedangkan Raja Narasinga II inilah Sultan Indragiri pertama yang menetap di Indragiri. Makanya disebut Sultan Indragiri yang pertama," jelas Saharan.

Raja Narasinga II juga menyebarkan syiar agama Islam di wilayah kekuasaannya. Saat itu belum terbentuk negara Indonesia dan Malaysia.

"Jenderal Verdicho Marloce beragama Nasrani, namun mengabdikan diri kepada Raja Narasinga II yang notabene beragama Islam. Artinya Jenderal Verdicho mengabdi pada Islam, namun tetap pada agamanya hingga akhir hayatnya," ucap Saharan.

#Inhil

Follow WhatsApp Channel RiauAktual untuk update berita terbaru setiap hari
Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index