Ilmuwan AS Deteksi Bintang Tertua, Tercipta 13,6 Miliar Tahun Lalu

Ilmuwan AS Deteksi Bintang Tertua, Tercipta 13,6 Miliar Tahun Lalu
Ilustrasi (Anadolu Agency)

Riauaktual.com - Para ilmuwan di Amerika Serikat (AS) dilaporkan telah mendeteksi sejumlah sinyal dari bintang-bintang tertua di alam semesta. Pendeteksian semacam ini merupakan yang pertama kalinya terjadi. 

Sinyal itu berasal dari bintang-bintang yang tercipta sejak 13,6 miliar tahun yang lalu, atau dalam 180 juta tahun Big Bang -- ledakan dahsyat kosmik yang diyakini para ilmuwan sebagai waktu kelahiran alam semesta ini. 

Pengungkapan ini menjadi bukti bahwa 'bayi' alam semesta saat itu penuh dengan gas hidrogen dan luar biasa dingin. Para peneliti meyakini bahwa alam semesta kuno memiliki suhu udara hingga minus 270 derajat Celsius, jauh lebih dingin dari perkiraan sebelumnya.

Demikian seperti dilansir kantor berita Turki, Anadolu Agency, Kamis (1/3/2018).

Pendeteksian ini dilakukan oleh para peneliti di Arizona State University, University of Colorado dan Massachusetts Institute of Technology. Temuan para peneliti ini dipublikasikan dalam jurnal Nature

Disebutkan dalam laporan ini, bintang-bintang yang tercipta pertama kali berukuran besar, berwarna biru dan berumur pendek. Dengan kondisi ini, sangat tidak mungkin untuk melihatnya dengan teleskop. Untuk menemukan bintang-bintang tertua ini, para pakar astronomi menggunakan sebuah antena berukuran sebesar kulkas untuk mendeteksi perubahan setiap menit dalam radiasi elektromagnetik jauh di luar angkasa. 

"Temuan sinyal yang sangat kecil ini telah membuka jendela baru untuk era awal alam semesta," sebut kepala misi ini, Judd Bowman dari Arizona State University. "Teleskop tidak mampu melihat cukup jauh untuk mencitrakan secara langsung bintang-bintang kuno semacam itu, tapi kita telah melihat saat bintang-bintang itu masuk dalam gelombang radio yang datang dari luar angkasa," imbuhnya. 

Sebagai bagian dari temuan ini, para peneliti juga menemukan petunjuk awal soal elemen hidrogen di alam semesta. Hidrogen merupakan gas yang membakar sebagian besar bintang.

"Ini merupakan sinyal nyata pertama bahwa bintang mulai membentuk dan mulai mempengaruhi medium di sekitar mereka," ujar salah satu peneliti, Alan Rogers, dari Massachusetts Institute of Technology. 

"Apa yang terjadi pada periode ini adalah sejumlah radiasi dari bintang-bintang yang paling pertama (terbentuk) mulai membiarkan hidrogen terlihat. Ini membuat hidrogen mulai menyerap radiasi di belakangnya, jadi Anda mulai melihatnya dalam siluet, pada frekuensi radio tertentu," imbuhnya. (Wan)

 

Sumber: Detik.com

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index