Kelapa sawit menguntungkan tapi merusak alam

Kelapa sawit menguntungkan tapi merusak alam
ilustrasi

Riauaktual.com - Pemerintah kini mendapat tantangan baru dalam pengolahan industri kelapa sawit karena ternyata pengolahan industri tersebut terkenal tidak ramah lingkungan.

"Ini merupakan tantangan bagi industri dan juga pemerintah untuk bisa mengembangkan suatu industri yang tidak hanya memiliki nilai positif dari sisi ekonomi dan financial, tetapi juga memiliki dimensi kelestarian, Sumber Daya Alam, maupun dari sisi kemampuan untuk menjaga daya beli dari para petani kecil dan pengembangan kelapa sawit yang berkesinambungan," kata Menkeu Sri Mulyani seperti dikutip kemenkeu.go.id, hari ini.

Saat ini  di level internasional, Uni Eropa merencanakan untuk menerapkan kewajiban rantai pasokan berkelanjutan 100% (sustainability supply chain) untuk produk-produk yang berbasis minyak kelapa sawit agar lebih ramah lingkungan.

Bagi Indonesia, memang persoalan ini menjadi hal yang perlu ditanggapi secara serius mengingat negara ini menjadi salah satu produsen sawit terbesar di dunia.

Sebagai informasi, tahun 2016, nilai ekspor sawit mencapai US$17,8 miliar atau Rp 231,4 triliun, dengan produksi mencapai 31 juta ton. Industri ini juga berperan besar dalam penyerapan lapangan kerja, di mana ada 5,6 juta tenaga kerja tercatat berhubungan dengan industri dan perkebunan kelapa sawit.

Sri Mulyani berharap, semua pihak yang terkait bisa duduk bersama untuk membahas kerjasama, koordinasi dan sinergi mencari solusi tersebut.

"Ini tentu sangat berguna untuk kita semua saling mengevaluasi, dengan tujuan untuk membangun suatu masyarakat yang adil, makmur dalam rangka menciptakan keberlanjutan dari daya saing kelapa sawit di Indonesia," kata Menkeu.

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index