EKONOMI (RA) - Wakil Ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) R. Kurnia Syaranie mengatakan bahwa faktor budaya juga turut mendorong terjadinya lonjakan harga komoditas pangan.
Kurnia mengatakan bahwa usaha menurunkan harga komoditas pangan juga membutuhkan campur tangan pemerintah dan masyarakat.
"Para pelaku usaha juga sadar atau enggak bahwa perilaku mereka merugikan masyarakat? Istilahnya mremo. Daging ayam mestinya Rp 16.500 per kg, harganya jadi Rp 40 ribu hingga Rp 50 ribu per kg," katanya.
Mremo merupakan istilah yang mengartikan pedagang oportunis atau musiman yang identik dengan kenaikan harga jual barang pada momentum tertentu dibandingkan dengan hari-hari biasa, seperti hari-hari besar.
Menurut dia, mestinya perlu ada sosialisasi mengenai perilaku mremo yang sebenarnya merugikan masyarakat.
"Di sisi lain, masyarakat juga nrimo (menerima, red.), ya, tetap membeli. Ini yang kemudian dimanfaatkan dengan penyalahgunaan posisi dari pihak yang dominan untuk menaikkan harga," katanya.
Meski demikian, Kurnia mengakui kemungkinan terjadinya permainan harga dari pihak yang kuat, apalagi jika mereka sudah menguasai perdagangan suatu komoditas tertentu dari hulu sampai hilir. (rimanews)
"Jadi, dari hilir hingga hulu dikuasai. Ini sebenarnya undang-undang belum melarang. Namun, kalau sudah terjadi abuse, menyalahgunakan posisi, KPPU bisa menindak," tegasnya.
