Hantu serdadu di makam Lengkong

Hantu serdadu di makam Lengkong
Taman Makam Pahlawan Taruna Tangerang

RAGAM (RA) - Taman Makam Pahlawan (TMP) Taruna memiliki kesan sama seperti makam pada umumnya. Tak ada pemandangan mencolok selain dua pohon beringin tua di areal pemakaman serta nisan-nisan tertata rapi. Namun, di balik rindangnya pepohonan, terdapat cerita mistis areal pemakaman para pahlawan Tragedi Lengkong yang sudah berusia 70 tahun ini.

Menurut cerita juru makam di TMP Taruna, Jari, 52 tahun, sebelum berdirinya kompleks pemukiman warga dekat dengan makam para pahlawan, tempat itu dulunya dikenal angker. Para warga, kata dia tidak ada yang berani mendatangi kompleks pemakaman selepas magrib. "Ceritanya dulu tempat ini angker, tak ada yang berani lewat ataupun datang ke sini kalau sudah magrib," tutur Jari saat berbincang dengan merdeka.com di kompleks TMP Taruna, Tangerang Selatan, Sabtu pekan lalu.

Menurut Jari, sejak menjadi juru makam tahun 1983, dia kerap mengalami kejadian-kejadian aneh. Pernah suatu waktu Jari mendengar suara para pasukan berbaris. Kejadian itu terjadi beberapa kali menjelang subuh dan magrib. Jari mengaku tak pernah melihat mereka secara kasat mata, namun suara baris-berbaris itu bisa juga terdengar sepintas.

"Saya biasanya keluar subuh untuk mulai menyapu daun-daun di sini. Saya beberapa kali mendengar seperti ada suara sepatu berjalan seperti orang baris-berbaris," katanya.

Tak hanya suara baris-berbaris, Jari juga kerap menyadari kehadiran para serdadu di sekitarnya. Dia mengatakan mereka biasanya tidak mengganggu. Kedatangannya pun sudah dipahami betul oleh Jari, saban kali mau ada penampakan, daun-daun pepohonan kembali berserakan. "Semacam mereka mengganggu saya saja, mungkin karena lupa permisi waktu mulai menyapu," ujar Jari.

Menurut Jari secara batin dia menyadari jika para serdadu itu biasanya berkumpul di sekitar dua pohon beringin. Jari mengatakan dua pohon itulah yang menjadi rumah bagi para arwah serdadu. "Itu rumah mereka, biasa mereka berkumpul di sana," katanya.

Kejadian demi kejadian aneh dialami Jari. Meski demikian, ayah enam orang anak ini mengaku sama sekali tidak mengalami ketakutan melakukan pekerjaannya. Bahkan pernah Jari melihat Daan Mogot berjalan dengan menenteng kepalanya. "Saya tahu itu dia, tetapi saya tidak takut hanya mungkin mau kasih tahu jika mereka dibunuh secara keji pada waktu itu," jelas Jari.

Kerap mendapat kejadian aneh, Jari tetap setia menjalankan profesinya sebagai juru makam. Pun semenjak tiga dari enam anaknya lahir dan besar di rumah berdekatan dengan TMP Taruna, Jari mengaku tak ada kejadian aneh dialami keluarganya. "Saya biasanya duduk di sini malam-malam. Saya merasa sudah dekat sekali dengan makam ini, begitu juga dengan keluarga saya," kata Jari yang merupakan juru makam yang ketiga di TMP Taruna ini.

Kedekatan batiniah inilah rupanya membawa 'berkah' tersendiri bagi Jari. Pada tahun 2000 an, ia mendapatkan sebuah keris di salah satu pohon beringin. Jari mengatakan tidak mendapat wangsit apa-apa ketika mendapatkan keris itu namun dia seperti digerakkan menuju kedua pohon lalu menemukan keris tersebut.

"Waktu itu saya bangun subuh sekali. Tiba-tiba saya seperti diarahkan untuk berjalan ke pohon-pohon itu. Di salah satu pohon saya menemukan sebuah keris itu," kata Jari yang mengaku masih menyimpan keris itu hingga kini.

Setelah mendapat keris, Jari kembali mendapat 'kado' dari makam-makam itu. Di atas makam Daan Mogot, tepatnya di bawah topi serdadu, laki-laki yang masih terlihat bugar ini mendapatkan batu berwarna biru. "Batu itu seperti kerang kecil, kegunaannya untuk kekebalan, tapi saya sudah kasih ke orang. Karena benda-benda seperti itu bisanya hanya dititipkan ke kita," katanya.

Hal yang membuat hati Jari tak urung risau adalah hilangnya dua topi baja dari atas makam. Menurut kabar yang didengarnya, topi baja itu diambil oleh orang gila. Nahasnya, kata Jari, beberapa hari setelah membawa salah satu topi baja, orang gila tersebut dikabarkan tewas.

Namun demikian, Jari melarang keras adanya praktik memberikan sesaji di kompleks pemakaman. Dia hanya membolehkan orang-orang datang untuk berdoa atau mengunjungi TMP Taruna dengan tujuan baik. "Anak-anak pesantren datang berdoa ke sini. Saya melarang jika ada yang membuat sesaji," tegas dia.

Dibalik adanya kejadian gaib di luar nalar dialami Jari ini, mendatangi TMP Taruna seolah-olah menyadari adanya kedamaian di sana. Orang pun boleh duduk dan memandang makam-makam yang berderet rapi, entah mengenang jasa mereka dahulu kala ataupun sekedar berdoa. (merdeka.com)

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index