Pemasangan GPS Collar, Strategi Mitigasi Konflik Gajah Dengan Manusia

Pemasangan GPS Collar, Strategi Mitigasi Konflik Gajah Dengan Manusia
Petugas Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau memasang kalung GPS Collar gajah sumatera liar jantan berumur estimasi 15 tahun dengan berat 2 ton di kawasan Hutan konservasi Kecamatan Pangkalan Lesung, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau pada 07 Oktober 2023. (WAHYUDI)

Riauaktual.com - PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) Wilayah Kerja (WK) Rokan terus berupaya menjaga kelestarian alam dan habitat gajah Sumatera (Elephas Maximus Sumatrensis). Salah satunya dengan menggunakan kalung Global Positioning System (GPS Collar).

Kalung GPS Collar yang dipasangkan di leher gajah ini berfungsi untuk memonitor pergerakan kawanan gajah melalui satelit. Sehingga potensi konflik dengan manusia dapat dimitigasi sejak dini.

Manager Corporate Social Responsibility PHR, Pinto Budi Bowo Laksono menjelaskan, program konservasi gajah ini merupakan komitmen dan salah satu tanggungjawab PHR.

"Kami melihat bahwa kita memang hidup berdampingan, sehingga diperlukan upaya untuk mengurangi konflik yang terjadi," katanya.

Pinto menyebutkan pihaknya telah bekerjasama dengan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau dan LSM yang fokus di konservasi gajah yaitu Rimba Satwa Foundation (RSF) untuk melakukan asesmen atau kajian seperti apa yang akan dilakukan.

"Salah satu langkah awal yang kita lakukan adalah dengan melakukan pemeliharaan habitat dan menyediakan GPS Collar. Pemasangan GPS Collar ini adalah upaya early warning system, yang mana kita dapat memonitor pergerakan gajah," katanya.

"Jadi kalau ada gajah masuk ke wilayah tertentu, bisa kita track dimana lokasi gajahnya. Dan selanjutnya akan kita informasikan kepada kelompok petani dan masyarakat sekitarnya agar ada upaya peringatan dini," tambahnya.

Selain untuk upaya pencegahan konflik, pemasangan GPS Collar ini juga mendukung pertanian agroforestri. Yang mana bagi masyarakat tempatan yang berada di home ring gajah, akan diberi tanaman-tanaman yang ramah gajah (tanaman yang tidak disukai gajah tetapi bernilai ekonomi tinggi bagi masyarakat).

"Selama ini kan kita cenderung memikirkan tentang bagaimana gajahnya, tapi bagaimana manusia. Nah itu yang kita carikan solusinya," ucapnya.

Disebutkan Pinto, pihaknya memikirkan bagaimana program TJSL PHR WK Rokan ini memberikan kontribusi tidak hanya dari segi lingkungannya untuk konservasi gajah saja, tetapi juga untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui penyediaan tanaman-tanaman yang ramah gajah, contohnya petai, kopi, jengkol dan lain sebaginya.

Sementara itu, Kepala Balai Besar KSDA Riau, Genman Suhefti Hasibuan mengatakan, tim gabungan dari Balai Besar KSDA Riau yang didukung oleh Pertamina Hulu Rokan (PHR), Hutama Karya, Rimba Satwa Foundation (RSF), Yayasan Tesso Nilo, Balai Taman Nasional Tesso Nilo dan Juga PT Musim Mas serta TNI Polri dan pemerintah daerah berhasil memasangkan satu unit GPS Collar yang keempat.

"Jadi, tiga yang sudah terpasang beberapa waktu yang lalu berlokasi di kelompok kantong gajah Balai Raja dan juga di kantong Giam Siak Kecil," ucap Genman, Senin (9/10/2023).

Dan lokasi keempat berada di landscape Tesso Nilo. Diharapkan dengan terpasangnya 4 unit GPS Collar ini, pihak yang terlibat dapat mengetahui bagaimana pergerakan gajah.

"Harapan kita kedepannya, dapat mensosialisasikan pergerakan gajah ini terhadap semua pihak, sehingga pergerakan gajah itu terpola. Kalau sudah terpola, mudah-mudahan mitigasi untuk interaksi negatif gajah ini bisa dilakukan," kata Kepala Balai Besar KSDA Riau, Genman Suhefti Hasibuan.

Ditambahkannya, pola pergerakan gajah ini merupakan dasar untuk mensosialisasikan dan mengkomunikasikan ke semua pihak untuk mengkonservasi jalur-jalur yang menjadi penting untuk dilewati oleh gajah agar mitigasi interaksi negatif gajah ini terkendalikan. (Wahyudi)

Anggota dari NGO lokal Rimba Satwa Foundation (RSF) dengan menggunakan gajah latih membawa GPS Collar yang akan di pasang pada gajah sumatera liar di kawasan Hutan konservasi Kecamatan Pangkalan Lesung, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau pada 06 Oktober 2023. (WAHYUDI)

Seekor gajah sumatera liar jantan berumur estimasi 15 tahun dengan berat 2 ton yang menjadi target pemasangan GPS Collar telah tertembak bius di kawasan Hutan konservasi Kecamatan Pangkalan Lesung, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau pada 07 Oktober 2023. (WAHYUDI)

Petugas Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau menutup mata gajah sumatera liar yang sudah terbius dengan menggunakan kain sebelum dilakukan pemasangan GPS Collar di kawasan Hutan konservasi Kecamatan Pangkalan Lesung, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau pada 07 Oktober 2023. (WAHYUDI)

Petugas  Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau mengalungkan GPS Collar ke leher gajah sumatera liar jantan berumur estimasi 15 tahun dengan berat 2 ton di kawasan hutan konservasi Kecamatan Pangkalan Lesung, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau pada 07 Oktober 2023. (WAHYUDI)

Anggota dari NGO lokal Rimba Satwa Foundation (RSF) mengunci GPS Collar yang sudah dikalungkan ke leher gajah sumatera liar jantan berumur estimasi 15 tahun dengan berat 2 ton di kawasan hutan konservasi Kecamatan Pangkalan Lesung, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau pada 07 Oktober 2023. (WAHYUDI)

Anggota dari NGO lokal Rimba Satwa Foundation (RSF) melalui mobile application menampilkan monitoring posisi GPS Collar yang telah terpasang pada gajah sumatera liar jantan berumur estimasi 15 tahun dengan berat 2 ton di kawasan hutan konservasi Kecamatan Pangkalan Lesung, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau pada 07 Oktober 2023. (WAHYUDI)

Petugas Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau memeriksa kembali GPS Collar yang telah terpasang pada gajah sumatera liar jantan berumur estimasi 15 tahun dengan berat 2 ton di kawasan hutan konservasi Kecamatan Pangkalan Lesung, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau pada 07 Oktober 2023. (WAHYUDI)

Dokter hewan dan Polisi Kehutanan dari Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau menyiapkan cairan infus untuk gajah sumatera liar jantan berumur estimasi 15 tahun dengan berat 2 ton yang telah terpasang GPS Collar di kawasan hutan konservasi Kecamatan Pangkalan Lesung, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau pada 07 Oktober 2023. (WAHYUDI)

Petugas Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau memberikan cairan infus pada gajah sumatera liar jantan berumur estimasi 15 tahun dengan berat 2 ton yang telah terpasang GPS Collar di kawasan hutan konservasi Kecamatan Pangkalan Lesung, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau pada 07 Oktober 2023. (WAHYUDI)

Dokter Hewan dari Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau menyuntikkan Antidot untuk menyadarkan gajah sumatera liar jantan berumur estimasi 15 tahun dengan berat 2 ton yang telah terpasang GPS Collar di kawasan hutan konservasi Kecamatan Pangkalan Lesung, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau pada 07 Oktober 2023. (WAHYUDI)

Gajah sumatera liar jantan berumur estimasi 15 tahun dengan berat 2 ton yang telah terpasang GPS Collar berlari kedalam kawasan hutan konservasi Kecamatan Pangkalan Lesung, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau pada 07 Oktober 2023. (WAHYUDI)

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index