Riauaktual.com - Pengamat kebijakan publik dari Universitas Trisakti, Trubus Rahadiansyah, mengkritik Gubernur Jawa Tengah (Jateng), Ganjar Pranowo, karena dinilai belum optimal dalam mengelola distribusi air bersih di provinsi tersebut. Trubus secara khusus menyoroti ketidakmerataan distribusi air bersih ke berbagai wilayah di Jateng.
"Dalam Jateng, ada wilayah yang memiliki pasokan air berlebih. Namun, tantangannya adalah bagaimana mengalirkan air ini ke wilayah-wilayah yang mengalami kekurangan air," ujar Trubus saat dihubungi pada Kamis (31/8/2023).
Trubus berpendapat bahwa masalah krisis air bisa diatasi melalui kolaborasi antara pemerintah daerah di Jateng. Tantangannya adalah bagaimana membuat pemerintah daerah bersedia saling membantu wilayah yang menghadapi kesulitan dalam memenuhi kebutuhan air.
"Kunci solusinya adalah mengalokasikan dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk membangun jaringan distribusi air," jelasnya.
Selain itu, Trubus mengusulkan peningkatan partisipasi masyarakat dalam menampung air saat musim hujan. Namun, pemerintah perlu memberikan dukungan dengan membangun fasilitas penampungan air.
"Kita perlu membuat waduk-waduk atau tempat penampungan air yang dapat mengatasi masalah ini. Ini adalah langkah yang harus diambil di masa depan," tutupnya.
Sejauh ini, setidaknya 310 desa di 130 kecamatan di Jateng menghadapi krisis air bersih sepanjang tahun ini. Desa-desa tersebut tersebar di 27 kabupaten dan kota.
Di sisi lain, Gubernur Ganjar telah mengingatkan warga untuk waspada terhadap potensi kekeringan dan krisis air bersih di beberapa daerah. Dalam rangka mengatasi masalah ini, skema bantuan distribusi air bersih sebanyak 7,1 juta liter telah disiapkan.
"Setiap hari, kami mengirimkan bantuan air ke berbagai daerah. Semua instansi terkait dan kepala daerah telah berjaga-jaga. Sampai saat ini, kami telah memberikan bantuan air," kata Ganjar di Kantor Gubernur Jateng pada Senin (14/8/2023).
Bantuan sebanyak 7,1 juta liter air ini berasal dari berbagai pihak dan hanya merupakan solusi sementara. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih secara berkelanjutan, Ganjar mengidentifikasi dua langkah yang harus diambil, baik oleh Pemerintah Provinsi Jateng maupun masyarakat setempat.
Pertama, menjaga dan merawat mata air dengan lebih banyak menanam pohon di sekitarnya. Kedua, mengelola mata air dengan membangun infrastruktur saluran agar distribusi air menjadi lebih efisien.
"Beberapa titik memiliki sumur bor, dan kami juga dapat menampung air hujan. Pengumpulan air hujan ini harus dilakukan dengan bantuan peralatan yang sesuai, seperti tangki air di rumah," tambah Ganjar.
Ganjar telah aktif memperhatikan masalah kekeringan dan krisis air sejak memimpin Jateng. Pada tahun 2015, ia meluncurkan Gerakan Seribu Embung dengan tujuan mengatasi kekeringan, mencegah banjir, mendukung irigasi pertanian, serta memastikan pasokan air bersih bagi warga. Hingga saat ini, lebih dari 1.135 embung telah berhasil dibangun sebagai bagian dari program tersebut.
#GANJAR
