Geliat Industri Migas Akselerasi Pemulihan Ekonomi

Geliat Industri Migas Akselerasi Pemulihan Ekonomi
Kegiatan eksplorasi sumur minyak baru di Provinsi Riau. PHR menargetkan untuk membangun 500 sumur tajak di Bumi Lancang Kuning sebagai upaya mewujudka

Riauaktual.com - 13 ribu kilometer pipa minyak dan gas bertekanan tinggi mengular menyusuri penjuru Bumi Lancang Kuning, Provinsi Riau. Jalanan halus membentang, pasar-pasar berkembang, ekonomi kokoh berdikari, dan pemukiman menyebar di setiap daerah perlintasan. 

Nyaris seabad minyak dan gas telah mengubah wajah Bumi Melayu, Provinsi Riau. Dari semula hamparan gambut dan rawa, menjadi pusat ekonomi baru di tengah Swarna Dwipa, gerbang emas julukan Pulau Sumatera. Emas hitam yang memoles nama Riau semerbak di bibir Selat Malaka. Sebagai salah salah satu penopang ekonomi bangsa. 

Kini, industri itu telah memasuki babak dan semangat baru. Sebuah semangat yang membuat Riau makin diperhitungkan dalam mewujudkan asa satu juta barel minyak per hari (BOPD) dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari (BSCFD) pada 2030 mendatang. 

Dari Riau, rencana besar diusung untuk mengembalikan kejayaan industri Migas Bumi Pertiwi yang telah lama tenggelam. 

Kembalinya Blok Rokan ke pangkuan Ibu Pertiwi menjadi wajah baru dalam mengakselerasi pemulihan ekonomi. Merdeka menentukan nasibnya sendiri, termasuk dari sektor Migas yang lama agak terabaikan. 

Blok Rokan yang terbentang hingga 6.300 kilometer persegi kini tercatat menyumbang 25 persen produksi minyak mentah nasional. PT pertamina Hulu Rokan (PHR) yang mengelolanya 9 Agustus 2021 kemarin pun mulai memperlihatkan hasilnya.  

Untuk tingkat nasional, tak kurang Rp2,7 triliun setoran berhasil masuk dalam kantong negara selama dua bulan mengelola. Nilai tersebut terdiri dari penjualan minyak mentah sebesar Rp2,1 triliun dan perolehan pajak Rp607,5 miliar. 

Sementara pada tingkat tapak, ekonomi Riau juga makin bergeliat. Setidaknya ada sejumlah hal yang kini menjadi nilai tambah bagi tuan rumah. Pertama, job opportunity. Kedua, job growth. Ketiga, personal income. Keempat, gross domestic product. Dan kelima, government revenue.

Saat ini, 25.000 putra-putri terbaik bangsa menjadi bagian PHR, dengan sebagian besar di antaranya merupakan warga lokal Riau. Selanjutnya, BUMD Riau mendapatkan 10 persen hak partisipasi (PI) di Blok Rokan. Penyertaan 10 persen PI BUMD akan menghasilkan net profit bagi penghasilan kontraktor setelah dikurangi dengan biaya-biaya semasa kontrak Blok Rokan.

Dari sisi bagi hasil migas, Blok Rokan juga menguntungkan Provinsi Riau dan Kabupaten/Kota yang bersangkutan. Kegiatan operasional migas Blok Rokan akan memberikan kontribusi terhadap pendapatan bagi hasil mereka. Dana bagi hasil SDA sektor migas dilaksanakan berdasarkan UU No 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Kegiatan operasional Blok Rokan yang memerlukan keterlibatan perusahaan lokal, baik dari sisi barang, jasa, dan tenaga kerja menjadi lokomotif perekonomian masyarakat Riau.

PHR juga mendukung program local business development (LBD). Melalui program LBD diharapkan dapat meningkatkan kapasitas pengusaha kecil tempatan atau koperasi di wilayah kerja Blok Rokan. 

“Kami sudah berkoordinasi dengan CPI untuk mendapatkan skema dan data 260 kontrak LBD dengan 690 vendor,” kata Direktur Utama PHR, Jaffee Arizon Suardin.

Di luar itu, Blok Rokan yang dikelola PHR juga turut mendukung program tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL). Program TJSL diprioritaskan untuk meningkatkan kemandirian masyarakat di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan pelestarian lingkungan serta penanggulangan bencana alam. 

Legislator Provinsi Riau, Ade Hartati, memberikan apresiasi atas kinerja gemilang Pertamina Hulu Riau (PHR) dalam dua bulan mengelola ladang minyak terbesar di Indonesia itu.

Ade meminta keberhasilan itu menjadi pondasi yang baik untuk memperkuat pemulihan kejayaan industri Migas nasional. Harapan besar juga disematkan anggota komisi V tersebut agar wajah baru Industri Migas di Riau dapat memoles denyut ekonomi dan mendongkrak kesejahteraan masyarakat setempat. 

Pengelolaan Rokan ini jelas membutuhkan dukungan maksimal dari seluruh pemangku kepentingan demi kelancaran operasional.

Tak ayal harapan besar digantungkan pada pengelolaan Wilayah Kerja Rokan yang telah menjadi bagian sejarah penghasil utama minyak nasional. Blok yang ditemukan tahun 1941 dan mulai berproduksi tahun 1951 ini berperan penting dalam memenuhi target energi nasional. 

Sejak diambil alih PHR, intensitas kegiatan operasi di WK Rokan meningkat seiring target 161 sumur tajak hingga akhir tahun 2021. Dalam dua bulan terakhir, PHR telah mengebor lebih dari 79 sumur dengan mengoperasikan 16 rig.

Tahun depan, PHR menargetkan 500 sumur tajak sehingga peningkatan aktivitas di WK Rokan akan mampu meningkatkan denyut aktivitas ekonomi di Riau.

Gubernur Riau, Syamsuar, semringah dengan rencana tersebut. Ia bahagia sekaligus bangga ketika Riau akan kembali berperan penting dalam pembangunan bangsa.

Pemprov Riau berharap Blok Rokan akan memberikan kontribusi lebih besar bagi daerah dan pemenuhan energi nasional.

Sebagai kepala daerah yang lahir dan besar di Bumi Lancang Kuning, Syamsuar pun tak lupa mengingatkan akan hak bagi masyarakat setempat. Dia tahu betul bagaimana Migas diharapkan dapat menjadi trigger atau pemicu dalam mengejar ketertinggalan dari bidang pendidikan dan kesejahteraan masyarakat, hingga kesehatan. 

Selain itu, infrastruktur daerah juga masih perlu ditingkatkan. Dia mengatakan, pertumbuhan ekonomi Riau 5,13 persen pada kuartal II 2021 dan berdasarkan PDRB atas dasar harga yang berlaku.

"Kami harapkan adanya sinergi dari stakeholder terkait dalam pembangunan daerah," jelasnya.

Penasihat Ahli Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Satya Widya Yudha menyatakan telah menyiapkan sejumlah strategi penting untuk memaksimalkan ladang minyak Blok Rokan. 

Di antaranya adalah optimalisasi lapangan, optimalisasi metode waterflood, steamflood, serta chemical EOR.

"Memperhatikan potensi yang ada, maka WK Rokan akan tetap menjadi tulang punggung produksi migas nasional dalam kurun waktu yang lama, melalui lapangan existing, optimalisasi lapangan, optimalisasi metode waterflood, steamflood, serta chemical EOR. Jadi wilayah kerja ini juga akan menjadi andalan untuk mendukung target produksi 1 juta barel di tahun 2030," katanya beberapa waktu lalu. 

Ia mengakui bahwa langkah untuk mendongkrak lifting minyak nasional dari Blok Rokan merupakan langkah menantang mengingat badai pandemi COVID-19 masih terus dalam bayang-bayang. 

Namun, kesulitan tersebut akan menjadi lebih ringan kala aturan yang diambil dapat mentransformasi sektor hulu serta mendatangkan investasi hingga USD 250 Miliar. 

Dalam aturan baru disebutkan jika wilayah kerja eksisting dapat langsung melakukan eksplorasi maupun eksploitasi migas nonkonvensional tanpa kontrak baru.

Pemerintah juga akan melaksanakan studi migas nonkonvensional di seluruh wilayah kerja aktif untuk menentukan potensi, lalu melakukan pengeboran produksi.

Sumber minyak nonkonvensional terdiri atas heavy oil atau oil sands dan oil shale, serta sumber gas nonkonvensional yakni tight gas, shale gas, coal bed methane, dan gas hydrate.

Potensi migas nonkonvensional jauh lebih banyak dan beragam ketimbang konvensional. Namun, perkembangan teknologi dan biaya produksi menjadi tantangan untuk mendapatkan migas nonkonvensional yang berkualitas tinggi.

Tantangan teknologi dan biaya produksi dipengaruhi karakter migas nonkonvensional yang memiliki permeabilitas rendah dan viskositas yang tinggi.

Merujuk data Kementerian ESDM, potensi migas nonkonvensional di Indonesia bersumber dari coal bed methane atau gas yang tersimpan di dalam batubara sebesar 453,30 triliun kaki kubik gas (TCF).

Selain itu, terdapat juga potensi shale gas sebanyak 574 TCF. Shale gas merupakan gas yang terperangkap di batu serpih sebagai gas bebas yang mengisi pori-pori atau rekahan atau gas yang tersimpan di fragmen organik.

Sepanjang kuartal I 2021, realisasi lifting minyak bumi tercatat 676.200 barel per hari atau hanya 96 persen dari target APBN 2021 sebesar 705.000 BOPD.

Sementara itu, realisasi lifting gas bumi tercatat 5,53 miliar standar kaki kubik per hari atau 98,2 persen dari target APBN 5,63 BSCFD.

Agresif Pecahkan Rekor

SKK Migas bersama kontraktor kontrak kerja sama dengan didukung kementerian dan lembaga lainnya mulai tahun ini tancap gas mewujudkan produksi satu juta barel minyak per hari pada 2030 melalui pengeboran yang agresif.

Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto mengatakan apabila target 2030 tercapai, maka sektor hulu migas akan mencatat rekor produksi migas terbesar sepanjang sejarah Indonesia.

Menurut dia, pencapaian produksi satu juta barel minyak per hari (BOPD) dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari (BSCFD) pada 2030 itu setara 3,2 juta barel setara minyak per hari (BOEPD).

Puncak produksi sebelumnya terjadi pada 1998 sebesar 2,9 juta BOEPD. Dwi mengatakan pencapaian produksi pada 2030 itu juga akan menjadi tahapan penting untuk memenuhi kebutuhan migas sesuai rencana umum energi nasional (RUEN) pada 2050.

Dalam RUEN, pada 2050 kebutuhan minyak diproyeksikan meningkat menjadi 3,97 juta BOPD dan gas 26 BSCFD.

Pengeboran menjadi kunci penambahan produksi dan cadangan migas di Indonesia. Ke depan, jumlah sumur yang dibor akan terus ditingkatkan 20-30 persen per tahun.

"Harapannya, pada 2025 sampai 2030 jumlah sumur yang dibor sekitar 1.000-1.100 sumur per tahun," katanya.

Keberadaan jaringan Migas di Riau memberikan manfaat secara langsung kepada masyarakat berupa pembangunan infrastruktur jalan di Bumi Lancang Kuning. (Foto: Doni)

Ia optimistis karena potensi peningkatan produksi masih banyak. Dari 128 cekungan, baru 20 cekungan diproduksi dan 68 cekungan belum dieksplorasi.

Para investor juga siap meningkatkan investasi di Indonesia jika mendapatkan insentif dan stimulus yang tepat. Realisasi pengeboran sumur pengembangan pada 2020 sebanyak 268 sumur. Pada 2021, SKK Migas mendorong pengeboran meningkat menjadi 616 sumur pengembangan.

Dwi juga mengatakan SKK Migas telah menyiapkan empat strategi untuk mengejar target produksi tersebut.

Yakni, mempertahankan produksi-produksi yang sudah ada; percepatan sumber daya menjadi produksi; penerapan enhanced oil recovery (EOR); dan kegiatan eksplorasi yang masif.

"Keempat strategi tersebut saling terkait, sehingga semuanya harus memenuhi target yang ditetapkan," katanya.

Sementara itu, Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan pemerintah telah membuat beberapa kebijakan antara lain penurunan harga gas untuk mendorong tumbuhnya industri, pelonggaran perpajakan dan fleksibilitas sistem fiskal untuk meningkatkan daya tarik investasi migas, serta meningkatkan keekonomian pengembangan lapangan.

Kementerian ESDM juga telah mengurangi ketidakpastian investasi dengan penyederhanaan perizinan, penyediaan dan keterbukaan data, dan integrasi hulu-hilir serta stimulus fiskal.

"Pemerintah tidak lagi mengedepankan besarnya bagi hasil untuk negara, tetapi lebih mendorong proyek migas dapat berjalan melalui pemberian insentif beberapa plan of development (POD) yang dinilai tidak ekonomis oleh kontraktor," ujar Arifin.


 

Penulis: N.Doni Dwi Putra

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index