BJ Habibie Akan Bangun Pesawat Lewat Tangan Anaknya

BJ Habibie Akan Bangun Pesawat Lewat Tangan Anaknya
illustrasi (int)

MASIH ingat dengan nama Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie, dia adalah mantan Menteri Riset dan Teknologi dan juga Presiden RI ke-3.  Di kancah industri penerbangan nasional, manusia Indonesia paling jenius dan cerdas ini pada zaman pemerintah Orde Baru sukses membuat mata dunia terbelalak dengan mengangkasanya N-250 di langit Indonesia.

Kini, ditangan putra sulungnya, Ilham Akbar Habibie diharapkan industri dirgantara nasioanal mengepak lagi seperti masa jayanya pada 1995 silam. Ilham diharapkan mampu menjadi penerus dari cita-cita sang ayah, yang juga memiliki kesamaan, yakni penyuka teknologi pesawat terbang.

Di bawah komando Ilham Akbar Habibie, yang merupakan buah cinta dari Bacharuddin Jusuf Habibie dan Hasri Ainun, Grup Ilthabi Rekatama yang berdiri sejak tahun 1991 kian menunjukkan tajinya di pentas bisnis nasional.

Lalu, bagaimana sebenarnya hubungan keduanya di luar pekerjaan. Ilham pun tampak malu-malu menceritakan kehidupan pribadinya dan hubungannya dengan sang ayah.

Di mata Ilham, BJ Habibie adalah sosok orang tua, guru dan rekan kerja yang mengasyikan, kebapakan, jenius, santun, berwibawa, tegas, ulet, pekerja keras dan juga humoris.

Sehingga, sulit baginya membandingkan dengan 210 juta lebih masyarakat Indonesia. “Termasuk saya, sulit rasanya bila harus membandingkan dengan beliau yang jauh lebih dari segala-galanya,” ujar Ilham bangga.

Namun, dengan kesamaan hobi, sama-sama penyuka dunia penerbangan, apapun yang menjadi topik pembicaraan di ruang tamu hingga meja makan pastinya klop dan nyambung, apalagi bila berkaitan dengan teknologi pesawat terbang.

Artinya, bicara teknologi pesawat, keduanya selalu hangat membicarakannya. Terlebih berbekal pengalaman BJ Habibie yang sudah malang melintang di dunia penerbangan, membuat Ilham semakin percaya diri mampu membangkitkan kembali industri pesawat yang sudah lama mati suri.

“Dengan pengalaman bapak yang segudang, apalagi bapak pernah jadi menteri dan presiden, tentu saja banyak membantu saya dalam mengembangkan kembali industri pesawat terbang. Ide dan kritik Pak Habibie sangatlah diperlukan,”  ujar Ilham Akbar Habibie.

Bukan itu saja, BJ Habibie juga dikenal sebagai ayah yang demokratis di keluarga, sejak kecil, Ilham tidak pernah dipaksakan harus mengikuti jejak ayahnya harus jadi menteri, presiden atau ahli teknologi sekalipun.

Ayahnya adalah orang yang memberikan kebebasan kepada buah hatinya untuk menentukan masa depan apa yang akan diraihnya. Besar harus menjadi apa, mau seperti apa, itu adalah pilihan anak-anaknya, BJ Habibie tidak pernah memaksa.

“Beliau (BJ Habibie) hanya mengarahkan, semua terserah pada anak-anaknya dan kebetulan saya menggeluti bidang yang sama dengan pak Habibie, sementara adik saya (Thareq Kemal Habibie) memiliki profesi yang jauh dari teknologi, ayah tidak pernah mempersoalkan. Jadi sangat demokrasi sekali,” tutur mantan Direktur Marketing PT DI itu.

Semua itu mengalir lantaran sejak berusia 15 dan masih menuntut ilmu (SMA )di Hamburg, Jerman, Ilham dan adiknya Thareq sudah sering ditinggal BJ Habibie ke Indonesia. Terlebih ketika itu BJ Habibie dilantik sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi (1978 – 1998) dan menetap di Indonesia.

Baru pada tahun 1996, Ilham memutuskan untuk menetap di Indonesia. “Sampai dengan umur 15 tahun, masih tinggal di Jerman, Bapak dari 1974-1978 mondar-mandir Jerman – Indonesia, karena ketika itu bapak (Habibie) menjadi penasihat Presiden Soeharto,” tuturnya.

Selain di Jerman, Ilham juga pernah menimba ilmu di Singapura, mengambil Master of Business Administration (MBA) pada 2001 – 2003. Dia juga pernah merasakan bekerja di Boeing (perusahaan pesawat terbang terbesar Amerika Serikat)  sebagai
insinyur pesawat terbang - aerodinamika. (okz)

Follow WhatsApp Channel RiauAktual untuk update berita terbaru setiap hari
Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index