RIAUAKTUAL (RA) - Generasi Z (Gen Z) menghadapi tantangan unik yang memicu tingkat stres, burnout, dan masalah mental yang lebih tinggi dibandingkan generasi sebelumnya. Kondisi ini dipicu oleh berbagai faktor kompleks, mulai dari tekanan ekonomi hingga dampak media sosial.
Menurut data terbaru, banyak Gen Z yang merasa kewalahan dengan tuntutan hidup modern. Dilansir dari berbagai sumber, beban finansial, persaingan di dunia kerja, hingga tekanan untuk selalu tampil sempurna di media sosial menjadi sumber utama stres mereka. Selain itu, ada beberapa faktor pencetusnya.
1. Faktor Ekonomi dan Keuangan yang Membebani Gen Z
Salah satu penyebab utama stres pada Gen Z adalah ketidakstabilan ekonomi. Inflasi yang tinggi, biaya hidup yang terus meningkat, dan upah yang stagnan menciptakan ketidakamanan finansial yang signifikan. Banyak dari mereka berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti perumahan, makanan, dan pembayaran pinjaman pendidikan.
Beban hutang, terutama pinjaman mahasiswa, menjadi momok menakutkan bagi lulusan Gen Z. Jumlah hutang yang besar ini menghambat kemampuan mereka untuk menabung, berinvestasi, atau bahkan sekadar menikmati hidup tanpa rasa khawatir. Kondisi ini diperparah dengan persaingan kerja yang ketat, membuat mereka merasa tertekan untuk segera mencapai kesuksesan karier.
2. Dampak Sosial dan Budaya: Media Sosial dan Tekanan Akademis
Media sosial memiliki peran ganda dalam kehidupan Gen Z. Di satu sisi, ia menawarkan platform untuk terhubung dengan teman dan keluarga, berbagi ide, dan mengekspresikan diri. Namun, di sisi lain, penggunaan media sosial yang berlebihan dapat memicu perbandingan sosial yang konstan, menyebabkan perasaan tidak percaya diri dan tekanan untuk memenuhi standar yang tidak realistis.
Selain itu, cyberbullying dan pelecehan online juga menjadi masalah serius yang berkontribusi pada masalah kesehatan mental. Tekanan akademis yang tinggi juga menjadi faktor pemicu stres. Tuntutan untuk berprestasi di sekolah dan perguruan tinggi dapat menyebabkan kecemasan, depresi, dan bahkan burnout.
Perubahan norma pengasuhan dan kurangnya dukungan sosial juga turut berperan. Beberapa ahli berpendapat bahwa penekanan yang berlebihan pada perlindungan anak dari ketidaknyamanan dan kegagalan dapat mengurangi kemampuan mereka untuk mengatasi masalah. Kurangnya struktur sosial yang suportif, seperti persaudaraan dan perkumpulan di perguruan tinggi, dapat menyebabkan peningkatan stres dan isolasi.
3. Burnout di Tempat Kerja
Banyak Gen Z melaporkan mengalami kelelahan dan kehabisan energi setelah seharian bekerja. Hal ini seringkali disebabkan oleh beban kerja yang berlebihan, tenggat waktu yang tidak realistis, dan ketidakseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi. Tingkat burnout di kalangan Gen Z sangat tinggi, dipicu oleh tekanan kerja, tuntutan yang tidak realistis, dan kurangnya dukungan dari tempat kerja.
