Heboh Tren Chroming di Kalangan Anak dan Remaja, Bisa Sebabkan Kematian

Heboh Tren Chroming di Kalangan Anak dan Remaja, Bisa Sebabkan Kematian
Tren chroming di kalangan anak dan remaja. (Foto: Freepik)

Riauaktual.com - Tren berbahaya di media sosial bernama chroming berpotensi menyebabkan dampak serius bagi anak-anak dan remaja. Oleh sebab itu, para orangtua diimbau untuk lebih berhati-hati dan memperhatikan anaknya.

Merangkum dari Vt.co Ahad (6/10/2024), pada September 2024, Cesar Watson King, seorang anak berusia 12 tahun, hampir kehilangan nyawanya setelah mengalami serangan jantung diduga akibat chroming. Kasus ini terjadi setelah tragedi yang menimpa Tommie Lee Gracie Billington, seorang anak berusia 11 tahun, yang meninggal pada Maret 2024.

Dia ditemukan tidak sadarkan diri saat menginap di rumah temannya. Menurut laporan The Mirror, Billington ditemukan dalam keadaan tidak sadar di rumah temannya di Lancaster, Inggris, pada 2 Maret 2024. Dia diduga mengalami serangan jantung dan segera dilarikan ke rumah sakit, tetapi sayangnya nyawanya tidak tertolong.

Nenek Billington yang patah hati, Tina Burns, mengatakan bahwa kematian cucunya disebabkan oleh partisipasinya dalam tren viral yang disebut chroming. 

"Dia meninggal seketika setelah menginap di rumah temannya," ujarnya. 

"Anak-anak itu mencoba tren TikTok 'chroming'. Tommie Lee mengalami serangan jantung dan meninggal saat itu juga. Rumah sakit sudah melakukan segala upaya untuk menyelamatkannya, tetapi tidak ada yang berhasil. Dia telah pergi,” katanya.

Apa itu Chroming?

Chroming adalah tren berbahaya, bahkan bisa mematikan, yang umum di kalangan anak-anak dan remaja. Dalam praktik ini, bahan kimia dari kaleng aerosol dihirup untuk mendapatkan sensasi mabuk sementara.

Beberapa metode chroming meliputi huffing, yaitu dengan menaruh bahan kimia pada kain dan menutupkannya ke mulut dan hidung untuk dihirup. Metode lainnya termasuk menghirup bahan kimia dari kantong plastik, atau langsung dari wadah atau menyemprotkan bahan kimia ke hidung atau mulut.

Salah satu metode paling umum adalah menghirup nitrous oxide, atau gas tertawa. Gas ini sering digunakan di acara sosial dengan cara diisi ke dalam balon dan dihirup untuk merasakan euforia. Namun, penggunaannya dapat menyebabkan keracunan dan masalah kesehatan serius, sehingga penting bagi orang tua untuk menyadari bahaya ini.

Gas tertawa ini biasanya dijual dalam tabung sekali pakai, yang kemudian dilepaskan ke dalam balon dan dihirup. Namun, di beberapa negara, penggunaannya untuk rekreasi dilarang.

Menurut American Addiction Center, chroming lebih umum di kalangan anak muda yang tidak memiliki akses ke narkoba lain. Survei Nasional Penggunaan Narkoba dan Kesehatan di Amerika Serikat (AS) juga menemukan bahwa sekitar setengah juta orang yang menggunakan inhalan berusia antara 12 hingga 17 tahun.

Dampak dari Chroming

Jurnal Penelitian Narkoba dan Alkohol menjelaskan bahwa meskipun beberapa orang mencari sensasi sementara, efek samping dari chroming bisa berupa mual, pusing, bicara cadel, muntah, dan kebingungan. Meskipun efek ini bisa bersifat sementara, tren viral ini juga dapat menyebabkan komplikasi yang mengancam jiwa seperti serangan jantung, sesak napas, koma, kejang, bahkan tersedak.

Laporan tersebut juga mencatat bahwa penyalahgunaan inhalan dalam jangka panjang dapat menyebabkan penurunan fungsi kognitif. Nenek Billington menegaskan bahwa keluarganya meminta platform media sosial untuk lebih proaktif melindungi anak-anak. 

"Kedua keluarga kami hancur, tapi kami semua menginginkan hal yang sama. Kami tidak ingin ada anak lain yang mengikuti TikTok atau berada di media sosial," katanya. 

"Kami bahkan ingin TikTok dihapus, dan tidak ada anak-anak di bawah 16 tahun yang boleh menggunakan media sosial," tuturnya.

"Ini benar-benar menghancurkan kami, tetapi kami ingin membantu menyelamatkan nyawa anak-anak lain dan memberikan kesadaran kepada keluarga untuk menjaga anak-anak mereka tetap aman. Saya telah menerima banyak pesan dari orang tua yang berterima kasih karena membuat mereka sadar," kata Tina.

Ibu Billington, Sherri, juga mendesak orangtua untuk menyembunyikan semua deodoran dari anak-anak mereka agar mereka tidak tergoda melakukan chroming.

"Meski saya benci membicarakannya, saya merasa perlu untuk meningkatkan kesadaran tentang apa yang dicoba oleh anak-anak saat ini. Tolong, tolong, sembunyikan semua deodoran dari anak-anak kalian," tulisnya.

“Ini merenggut nyawa anak saya hanya karena mencoba sesuatu yang dilakukan anak-anak lain. Mereka menghirup ini untuk merasakan sensasi mabuk," katanya.

Tren chroming menunjukkan betapa rentannya anak-anak dan remaja terhadap pengaruh negatif dari media sosial. Kesadaran orang tua serta pengawasan terhadap penggunaan media sosial dan produk-produk rumah tangga yang berpotensi berbahaya sangatlah penting untuk mencegah tragedi serupa terjadi.
 

#Kesehatan

Follow WhatsApp Channel RiauAktual untuk update berita terbaru setiap hari
Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index