Riauaktual.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memastikan bahwa wabah Mpox tidak sama seperti Covid-19. Bahkan, mereka mengklaim para pakar telah mengetahui penanganannya. Hal tersebut diungkapkan oleh direktur WHO untuk Eropa, Hans Kluge. Dia mengatakan, sejauh ini, penyebaran Mpox dapat dikendalikan.
Seperti diketahui Mpox adalah nama lain dari monkey pox atau cacar monyet. Dunia internasional sudah mengubah istilah monkey pox menjadi mpox karena kasus-kasus ini tidak selalu berhubungan dengan monyet.
Diperlukan lebih banyak penelitian tentang strain Clade 1b yang mendorong badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menyatakan keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional (PHEIC).
Pada Juli 2022, WHO menyatakan PHEIC atas wabah internasional strain mpox Clade 2b yang tidak terlalu parah. Sebagian besar menyerang pria gay dan biseksual. Lalu, peringatan tersebut dicabut pada Mei 2023.
"Mpox bukanlah Covid baru. Kami tahu cara mengendalikan Mpox dan, di kawasan Eropa, langkah-langkah yang diperlukan untuk menghilangkan penularannya sama sekali," kata Kluge dalam jumpa pers di Jenewa, melansir dari laman CBS News, Rabu, (21/8/2024).
Kluge memaparkan, dua tahun lalu, mereka telah sukses mengendalikan wabah Mpox di Eropa dengan turun langsung ke komunitas yang paling terdampak. Diantaranya, dengan melakukan pengawasan ketat, hingga menyelidiki kontak kasus baru secara menyeluruh.
“Kami menerapkan pengawasan yang ketat, kami menyelidiki kontak kasus baru secara menyeluruh, dan kami memberikan saran kesehatan masyarakat yang baik,” katanya.
“Perubahan perilaku, tindakan kesehatan masyarakat yang tidak diskriminatif, dan vaksinasi Mpox berkontribusi dalam mengendalikan wabah,” lanjunya.
Kluge mengatakan risiko virus Mpox terhadap masyarakat umum cenderung rendah jika dibandingkan Covid-19. Karena itu dia menegaskan, bahwa karantina tidak diperlukan dalam penanganan kasus ini.
"Apakah kita akan melakukan karantina wilayah di kawasan Eropa yang ditetapkan WHO, (seolah-olah) ini adalah Covid-19 lainnya? Jawabannya jelas tidak," tuturnya.
Kluge mengatakan jalur penularan kasus Mpox yang dominan yakni tetap melalui kontak kulit ke kulit. Namun, dia mengatakan ada kemungkinan seseorang dalam fase akut infeksi Mpox, terutama dengan lepuh di mulut, dapat menularkan virus ke kontak dekat melalui droplet, dalam situasi seperti di rumah atau di rumah sakit.
"Cara penularannya masih agak belum jelas. Diperlukan penelitian lebih lanjut," katanya.
Sementara itu, Juru bicara WHO, Tarik Jasarevic mengatakan sejauh ini vaksinasi massal hingga penggunaan masker juga belum direkomendasikan.
"Kami tidak merekomendasikan vaksinasi massal. Kami merekomendasikan penggunaan vaksin di tempat-tempat wabah bagi kelompok yang paling berisiko," tuturnya.
Sebagai informasi, WHO mengumumkan keadaan darurat kesehatan internasional pada 14 Agustus, karena khawatir dengan meningkatnya kasus Clade 1b di Republik Demokratik Kongo dan penyebarannya ke negara-negara tetangga.
Pernyataan WHO tersebut muncul setelah Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika mengumumkan wabah Mpox sebagai keadaan darurat kesehatan masyarakat. Dengan lebih dari 500 kematian yang disebabkan oleh penyakit tersebut, dan menyerukan bantuan internasional untuk menghentikan penyebarannya.
"Ini adalah sesuatu yang seharusnya menjadi perhatian kita semua. Potensi penyebaran lebih lanjut di Afrika dan sekitarnya sangat mengkhawatirkan,” kata direktur jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Sumber: Okezone.com
#Kesehatan