Puasa Bikin Ngantuk, Berapa Lama Manusia Bisa Bertahan Tanpa Tidur?

Puasa Bikin Ngantuk, Berapa Lama Manusia Bisa Bertahan Tanpa Tidur?
ilustrasi ngantuk. ©2014 Merdeka.com/Shutterstock/HalfbottleSansri

Riauaktual.com - Pernah mendengar ada manusia yang tetap hidup walau tidak tidur lebih dari seminggu?

Dilansir dari Live Science, seorang pria berusia 17 tahun bernama Randy Gardner berhasil tidak tidur selama 11 hari 25 menit. Hal ini dia lakukan untuk proyek pameran sains di salah satu SMA di California, Amerika Serikat pada 1963.

Apa yang dilakukan Gardner ini mendapat pantauan khusus dari dokter. "Prestasi tidak tidur" laki-laki ini pernah tercatat di rekor dunia.

Kini, "prestasi" itu tidak akan lagi dipertandingkan sejak 1997 karena dinilai berbahaya bagi kondisi tubuh manusia.

Di saat bulan puasa ini yang sering membuat orang mengantuk, sebenarnya berapa lama manusia bisa bertahan jika tidak tidur?

"Tidur-terjaga"

Sebenarnya, ahli juga belum bisa menentukan berapa lama manusia bisa terjaga tanpa tidur. Namun yang pasti, tetap terjaga selama 24 jam mengurangi kerja tangan dan mata. Kondisi ini setara dengan adanya alkohol di dalam darah sebesar 0,1 persen.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, manusia membutuhkan enam hingga delapan jam tidur secara teratur, setiap harinya.

Namun, masyarakat masa kini sering begadang. Terutama para pelajar yang bisa terjaga selama 24 jam.

Dr. Oren Cohen dari Rumah Sakit Mount Sinai di New York mengatakan jika seseorang memaksakan diri untuk tidak tidur selama 24 jam, maka otak akan mengirimkan sinyal jika mereka sedang berada dalam posisi "tidur-terjaga", sekalipun mereka tampak terjaga.

Merusak sel-sel otak

Kondisi ini disebut "micro-sleep". Ini merupakan gangguan tidur di mana orang-orang yang tidak tidur selama berjam-jam terlihat terjaga. Namun, otak mereka tanpa sadar masuk ke dalam bentuk tidur abnormal yang dapat mencakup kurang perhatian atau halusinasi.

Tidur diperlukan untuk menjaga agar fungsi utama tubuh dan emosional tetap terjaga. Sehingga, kurang tidur dapat meningkatkan risiko beberapa kondisi kesehatan termasuk diabetes, penyakit jantung, obesitas, dan depresi.

Kekurangan tidur berkepanjangan juga dapat menyebabkan penyakit bawaan langka bernama "fatal familial insomia".

Penyakit "fatal familial insomia" menyebabkan protein abnormal menumpuk di otak dan semakin memperburuk tidur, merusak sel-sel otak, hingga bisa menyebabkan kematian dalam waktu 18 bulan.
 

 

 

Sumber: Merdeka.ocm
 


 

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index