Riauaktual.com - Harga bahan bakar minyak (BBM) non-subsidi tidak pernah naik sejak lebih dari 2 tahun terakhir. Hal ini membuat harga BBM jenis Pertamax yang dijual Pertamina menjadi paling murah dibandingkan dengan yang sejenis.
Hingga awal Maret 2022, BBM dengan kadar oktan (RON) 92 itu dijual Rp9.000 per liter di sejumlah daerah di tanah Air. Harga ini jauh di bawah harga produk BBM RON 92 lainnya dari pesaing Pertamina di dalam negeri yang berkisar Rp11.900-Rp12.990 per liter.
Sementara, melansir dari data Globalpetrolprices, harga BBM non subsidi di Indonesia ini lebih murah dibanding negara-negara di ASEAN. Misalnya, Singapura Rp30.800 per liter, Thailand Rp20.300 per liter, Laos Rp23.300 per liter, Filipina Rp18.900 per liter, Vietnam Rp19.000 per liter, Kamboja Rp16.600 per liter dan Myanmar Rp16.600 per liter.
Komisi VI DPR menyetujui usulan PT Pertamina (Persero) untuk melakukan penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) nonsubsidi RON 92 atau Pertamax. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir mengatakan keputusan menaikkan harga Pertamax tersebut juga akan diterapkan 1 April 2022.
Berikut sejumlah fakta di balik keputusan kenaikan harga BBM Pertamina yang dilansir dari merdeka.com.
1. Keputusan Tak Naikkan Harga BBM Tak Bakal Lama
Presiden Joko Widodo (jokowi) masih menahan untuk menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di dalam negeri. Meski, gejolak harga minyak dunia terus terjadi belakangan ini.
Presiden Jokowi mengatakan, langkah menahan harga BBM ini jadi salah satu pertimbangan merespons dampak perang Rusia-Ukraina yang masih berlangsung. Diketahui, invasi Rusia ini berimbas pada kenaikan harga minyak dunia yang sempat tembus hingga USD 130 per barel.
Presiden Jokowi menyebut, harga minyak dunia saat ini dua kali lipat lebih tinggi dari harga yang berlaku pada 2020 lalu. Pada 2020, harga minyak dunia masih berkisar USD 60 per barel.
"Hari ini kira-kira USD115 (per barel), itu pun belum seminggu yang lalu sudah di angka USD 130 (per barel), dua kali lipat," katanya dalam Dies Natalis ke-46 UNS.
"Semua negara harga jualnya ke masyarakat sudah naik juga, kita di sini masih nahan-nahan, Bu Menteri (Sri Mulyani) coba saya tanya bu, tahannya sampai berapa hari ini?," imbuh Presiden Jokowi.
2. Pertamax Dilepas, Pertalite Masih Disubsidi
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir mengatakan, pemerintah sudah memutuskan untuk memberikan subsidi BBM jenis Pertalite. Hanya saja, kata Erick, pemerintah tidak lagi akan memberikan subsidi harga Pertamax.
"Pemerintah sudah memutuskan ya Pertalite dijadikan subsidi, Pertamax tidak. Jadi kalau Pertamax naik, ya mohon maaf," kata Menteri Erick di Gedung Rektorat Universitas Hasanuddin Makassar.
Dia mengaku rencananya PT Pertamina akan mengumumkan harga terbaru Pertamax pada 1 April 2022 nanti. Dia mengungkapkan pemerintah sudah mengucurkan triliunan Rupiah untuk memberikan subsidi harga BBM.
"Tetap tunggu 1 April. Subsidi BBM itu mencapai puluhan triliun," bebernya.
3. ESDM: Harga Keekonomian Pertamax Rp16.000 per Liter di April 2022
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerjasama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Agung Pribadi, mengamini ICP per Maret 2022 masih terpantau tinggi. Sejak akhir 2021 lalu, ICP memang merangkak naik, dan makin meningkat sejak akhir Februari saat konflik Ukraina dan Rusia.
"ICP sementara bulan Maret 2022 per tanggal 24 sebesar USD 114,55 per barel. Padahal per tanggal 1 Maret sebesar USD 110,14 per barel. Bahkan ICP rata-rata bulan Februari sebesar USD 95,7 per barel. Jadi masih tinggi trennya," terangnya.
Adapun dalam menghitung harga keekonomian atau batas atas bulan Maret tersebut, mempertimbangkan realisasi perkembangan harga di Februari lalu. Padahal pada bulan itu, harga minyak belum setinggi per Maret 2022.
"Dengan mempertimbangkan harga minyak bulan Maret yang jauh lebih tinggi dibanding Februari, maka harga keekonomian atau batas atas BBM umum RON 92 bulan April 2022 akan lebih tinggi lagi dari Rp 14.526 per liter, bisa jadi sekitar Rp16.000 per liter," papar Agung.
4. Subsidi BBM dan LPG Membengkak Jadi Rp11 Triliun di Februari 2022
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengatakan, realisasi subsidi BBM, LPG dan listrik tahun ini akan lebih besar dibandingkan tahun 2021. Terjadi peningkatan volume BBM dan LPG seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat.
Penggunaan BBM sampai bulan Februari mengalami peningkatan menjadi 1,39 juta kiloliter dari sebelumya hanya 1,18 juta kiloliter. Volume gas LPG juga mengalami kenaikan menjadi 632,7 juta kilogram dari sebelumnya, 603,2 juta kg. Sedangkan jumlah pelanggan listrik bersubsidi ikut naik dari 37,2 juta menjadi 38,2 juta.
Akibatnya, pada periode tersebut terdapat lonjakan pembayaran subsidi sebesar Rp11,48 triliun, dibandingkan tahun sebelumnya pada periode yang sama hanya Rp10,08 triliun.
"Tahun ini ada lonjakan Rp11,48 triliun, ini subsidi reguler kita, tapi masih ada sisa pembayaran subsidi tahun 2021 sebesar Rp10,17 triliun," kata Sri Mulyani dalam konferensi APBN KiTa, Jakarta.
Sejak tahun lalu kata Sri Mulyani sudah ada kenaikan harga komoditas, namun belum ada perubahan tarif pada pada BBM, LPG dan listrik. Artinya, beban pemerintah membayar subsidi energi ini semakin besar.
"Tahun lalu sudah ada kenaikan komoditas seperti BBM yang sudah mengalami kenaikan, tapi tidak ada perubahan harga. Bahkan masih ada yang mendapatkan diskon listrik," kata dia.
Sumber: Merdeka.com
