Api Dalam Sekam, Musim Liburan dan Durian

Api Dalam Sekam, Musim Liburan dan Durian
Antrean kendaraan menuju Roro mengular di Bengkalis (ilustrasi)

Pekanbaru - Di Bengkalis, musim libur sekolah kali ini bersamaan dengan musim durian. Keduanya begitu menggoda dan beraroma menyengat kuat. Mengusik para pengelana untuk segera pulang, berjumpa sanak dan kerabat.

Bisa dibayangkan, betapa kuat magnet kedua musim yang datang bersamaan itu. Apalagi bagi mereka yang telah menahan rindu. Sejak larangan mudik Idul Fitri lalu. 

Bengkalis, sebuah pulau yang sebenarnya merupakan ibukota kabupaten kaya raya di semenanjung Sumatera, namun terancam tenggelam akibat abrasi parah di bibir Selat Malaka. Kotanya kecil, bersih, dan rapi. Kota yang selalu menyimpan kenangan dan menampung kerinduan. 

Pun begitu, bagi Rozali dan ribuan lainnya, pulau itu tetap menyimpan pesona. Setidaknya untuk musim durian saat ini, atau dikala Idul Fitri.

Sayangnya, hari raya kemarin ini, pria 40 tahun itu terbelenggu di Pekanbaru. Dia mengikuti anjuran pemerintah untuk tetap di rumah. Mengurungkan niat bertemu kerabat. Menjalin silaturahmi dengan orang tua yang dicintai. 

Belakangan, apa yang Jali lakukan ternyata tidak seluruhnya diikuti oleh ribuan warga Riau lainnya. Akal licik nan cerdik membuat mereka keluar dari tumpukan jerami. Menyebar ke mana-mana sehingga pengorbanan si Rozali sia-sia. Hasilnya usai lebaran lalu, belum lama kemarin, Riau top ranking penyebaran Covid-19. Bahkan cukup lama bertahan di carta paling atas. 

Meski Jali merasa terzalimi, dia tetap ikhlas melapangkan hati. Kini, Rozali telah dua kali menjalani vaksinasi. Dia pun memberanikan diri pulang ke Pulau Terubuk, Bengkalis. Namun, saat pulang Jumat pekan lalu di akhir Juni 2021 itu, dia terkejut bukan main. Antrean panjang mengular di pelabuhan Roro Sungai Pakning. 

Bahkan butuh waktu tiga jam sebelum kendaraan kecilnya itu berhasil menerobos antrean panjang dan masuk ke dalam kapal Roro buatan Jepang, yang sekilas tampak mulai usang.

Apapun itu, Jali senang. Anaknya gembira. Istrinya bahagia. Bertemu kembali dengan orang tercinta. Orang tua yang selalu menunggu kehadiran mereka. Membayangkan menyantap durian bersama. 

Akan tetapi, lagi-lagi pikiran Jali menerawang. Selama menunggu antrean, dia sempat berbicara dengan sesama pengendara. Sebagian besar mereka masih tak percaya Covid-19 itu ada. Buktinya, si Roni, sang sopir travel itu mengaku sehat-sehat saja. Bergonta-ganti penumpang, transaksi fisik tanpa batasan, dia mengaku tetap sehat dan aman. 

Bagai api dalam sekam. Di sejumlah kota, vaksinasi Covid begitu gencar. Namun, ditingkat tapak, masih ada yang percaya cerita konspirasi global. Jali hanya geleng-geleng kepala. Semoga pemerintah dan mereka yang terkait bisa mengatasinya. Bulu kuduk bergidik. Membayangkan musim liburan dan durian, khawatir jadi pemicu gelombang Covid-19 sambungan. Janganlah sampai itu terjadi. 

Memang tidak semua di tingkat tapak enggan ikut vaksinasi. Apresiasi kepada mereka yang membuka diri. Apresiasi sebesar-besarnya juga kepada tenaga medis yang tak kenal lelah menempa diri. Namun bagi mereka yang enggan, cobalah berpikir rasional. Mari dukung dan wujudkan hidup tenteram, aman, damai, yang telah lama kita rindukan. 

 

Penulis: Anggi Romadhoni (Penikmat Durian)

# # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # #

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index