Riauaktual.com- Tim Rescue gabungan penyelamat harimau sumatera, melakukan penyisiran ke lokasi kejadian (alm) Yusri Effendi (34) di Dusus Danau Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Inhil, Riau, Senin (19/3) kemarin.
Untuk menuju ke tempat kejadian perkara (TKP) terpaksa menggunakan speed boad milik warga setempat.
Perjalanan lebih kurang lima menit menempuh danau yang airnya hitam dipenuhi rumput.
Tim datang ke lokasi bersama seorang saksi pada kejadian, Andre. Disitu Andre menjelaskan kronologi Yusri diterkam harimau sumatera yang diberi nama Bonita itu.
Dari pantauan Riauaktual.com yang turut mengikuti tim, lokasi tewasnya Yusri terdapat dua bangunan sarang burung walet yang dibangun di pinggir danau. Satu sudah terbangun, dan satu lagi dalam tahap pengerjaan.
Bangunan yang baru itulah dikerjakan oleh Yusri dengan tiga orang teman sepekerjanya.
"Kami teriak, pak agar Yusri tidak turun dari bangunan sarang burung walet. Tapi mungkin karena panik mereka berempat turun juga. Dan Yusri terpencar dari kawan-kawannya," kata Yusri menjelaskan kepada tim rescue.
Andre mengatakan, sebelum diterkam, Yusri sempat berduel dengan Bonita pada Sabtu (10/3) lalu itu. Saat bertatap muka, Bonita belum menyerang. Namun tidak begitu lama Yusri hendak lari ke rumah warga, spontan Bonita menerkam dari belakang.
Sehingga, Yusri ditemukan tewas di atas rumput danau dalam kondisi mengenaskan. Satu luka menganga di leher.
"Korban saat itu bawa parang. Sarungnya masih ada di pinggir danau," kata Andre sambil melihatkan sarung parang tersebut.
Usai ke lokasi kejadian, tim rescue yang terdiri dari BBKSDA Riau, Polisi, TNI dan tim medis menuju pemukiman warga Dusun Sinar Danau, yang menempuh perjalanan sekitar 10 menit menggunakan speed boad.
Kedatangan tim disambut oleh warga setempat. Disini ada sekitar 400 kepala keluarga (KK). Mereka tinggal di rumah kayu diatas danau.
Kedatangan tim ini sebenarnya memberikan keamanan dan kenyamanan kepada warga. Sebab lokasi perlintasan Bonita dari rumah warga sekitar 50 meter.
Warga disitu tidak berani memasuki kawasan yang disebut bergaris merah itu. Di lokasi itu terdapat sekolah dasar (SD) tiga kelas. Namun saat ini sedang diliburkan pasca konflik harimau sumatera dengan manusia.
Rahman Thalib, salah satu tokoh masyarakat Dusun Sinar Danau mengaku saat ini sangat waspada terhadap serangan Bonita.
"Kami takut, pak. Kalau beraktivitas di luar rumah kami was-was," ujar Rahman.
Dia mengatakan, anak-anak sekolah diliburkan lebih kurang satu bulan. Karena Bonita sering muncul di sekolah tersebut.
Dia berharap, pasca konflik ini petugas terus memberikan keamanan kepada warga. Dan Rahman meminta Bonita agar secepatnya dapat ditangkap.
"Kami resah disini. Tapi dengan adanya petugas disini bersama kami, kami pun sudah merasa cukup aman. Kalau sekolah belum tentu kapan anak-anak kembali masuk," ungkap Rahman.
Dia mengucapkan terima kasih kepada pihak BBKSDA Riau, polisi dan TNI yang menjaga warga Dusun Sinar Danau dari teror Bonita.
"Kalau mencari ikan di danau, harus lebih dari dua orang. Karena kita kan tidak tau dia (Bonita) datang," akuinya.
Selain warga Dusun Sinar Danau, warga Desa Tanjung Simpang juga cukup resah. Karena sebelumnya Bonita menyerang Jumiati pada 3 Januari 2018 lalu.
Meski demikian, masyarakat tetap beraktivitas seperti biasanya. Namun tetap dalam pengawasan petugas gabungan.
Sementara itu, Ketua Tim Rescue Penyelamat Harimau Sumatera, Zulkifli pada wartawan mengatakan, saat ini situasi sudah cukup aman dari sebelumnya. Karena sebagian tim tinggal bersama warga di areal konflik.
"Untuk di Dusun Sinar Danau ada tim disini seperti Polisi, TNI dan BBKSDA Riau," kata Zulkifli.
Dia mengaku, penangkapan Bonita memang belum berhasil dilakukan. Meski demikian pihaknya masih terus bekerja untuk mengevakuasi si raja hutan tersebut.
"Memang sudah kita tembak bius. Tapi belum rezeki dapat kayaknya. Apalagi setelah ditembak bius kita cukup sulit mencari keberadaan Bonita. Siang malam kami penyisiran," ungkap Zulkifli. (IG)
