Pelajari Cara Umat Islam Menyambut Tahun Baru Masehi

Pelajari Cara Umat Islam Menyambut Tahun Baru Masehi
Riki Rahmat

UGAL-ugalan, 'ngumpul' bersama sekelompok teman untuk tertawa lepas  menikmati musik, bakar ayam, ajang mesum bagi pasangan muda mudi, berduaan di tempat gelap laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim. Inilah yang terjadi saat Tahun Baru Masehi menjelang karena muda mudi subuhnya baru pulang dengan alasan ingin menyaksikan pergantian tahun baru tepatnya pukul 00.00 WIB. Kebiasaan ini seakan telah melekat ke diri kita umat Islam, bahkan kata-kata yang muncul dalam setiap keluarga ketika tanggal terakhir bulan Desember setiap tahun mengatakan, 'malam ini kita bakar ayam'.

Perlu diketahui, cara-cara tersebut adalah cara seytan yang menjerumuskan umat Islam ke dalam kemaksiatan dan menyimpang dari ajaran yang disyari'atkan Islam. Muda-mudi memaknai Tahun Baru Masehi sebagai ajang berduaan dengan pasangan untuk melewati pergantian tahun, bagi sekelompok anak muda lainnya sebagai ajang menikmati keindahan dunia, bahkan pada malam pergantian Tahun Masehi ini tak jarang wisma dan hotel terjadi peningkatan pengunjung. Dengan demikian, terjerumuslah generasi Islam ke dalam jurang maksiat dan cara-cara orang kafir dalam merayakan pergantian tahun.

Dalam khutbah Shalat Jum'at dua pekan yang lalu di salah satu masjid di Kota Pekanbaru, penulis menangkap hal yang menarik dari khutbah yang dipaparkan khatib saat itu, yakni Tahun Baru Masehi bukan milik orang Kristen saja. Sebenarnya umat Islam juga diperbolehkan merayakan pergantian Tahun Baru Masehi sebagai perhitungan tanggal dalam kalender yang dipakai secara umum selain Tahun Hijrah sebagai perhitungan kalender umat Islam.

Akan tetapi, perayaan seperti apa yang seharusnya dilakukan, ini yang harus kita pahami. Selama ini, umat Islam dalam melakukan perayaan menyambut Tahun Baru Masehi sudah ikut-ikutan cara umat agama lain. Dimana, masyarakat yang bukan Islam lebih dominan dalam perayaan tersebut melakukan hura-hura, berfoya-foya, minum minuman keras, dan lainnya. Kondisi ini yang sebagian besar umat Islam mengikutinya tanpa tahu apa maksud dari itu. Tragisnya lagi, generasi muda saat ini bahkan tak terlalu menghiraukan Tahun Baru Hijrah, tapi kalau masuk Tahun Baru Masehi para remaja negeri ini mempersiapkan segala sesuatu untuk perayaannya bersama teman-teman, ada di cafe, tempat hiburan, lapangan yang gelap dan bakar ayam, banyak lagi cara lainnya yang tidak sesuai dengan ajaran Islam itu sendiri.

Umat Islam seharusnya menyambut masuknya Tahun Baru Masehi 2013 ini dengan mengintropeksi diri, melakukan peringatan dengan mendengarkan ceramah agama, kegiatan Islam seperti perlombaan baca Al Qur'an sehingga dapat diketahui setiap tahunnya bagaimana perkembangan remaja kampung, desa, kelurahan kita. Apakah yang fasih baca Al Qur'an setiap tahun bertambah atau berkurang.

Selain itu, memperbanyak bergaul dengan pendakwa dan selalu menigkatkan rasa takwa kepada Allah Subhannahu Wa Ta'ala sehingga kita terhindar dari perbuatan yang mubazir. Karena dalam kitab suci Al Quran sudah jelas disampaikan kepada kita bahwa Allah membenci orang yang berlebihan dan mubazir. Boleh kita ungkapkan rasa syukur kita terhadap pergantian tahun ini dengan membakar ayam dan berkumpul bersama teman-teman, tapi lakukan dengan lebih yang dilegalkan ajaran Islam, jangan sampai terjebak ke cara sesat yang berujung ke maksiat. Lakukan dengan penuh rasa syukur misalnya dengan bakar ayam bersama anak yatim, pengajian remaja/remaji di masjid, ini jauh lebih baik dari pada menonton aksi-aksi syrik yang dilakukan kaum bukan Islam dalam menyambut tahun baru ini.

Dengan tulisan ini, setidaknya muda-mudi Islam bisa paham bagaimana memaknai Tahun Baru Masehi ini. Memang perhitungan tanggal Masehi milik semua umat, baik Kristen, Hindu, Budha, maupun Islam. Jadi, berbeda agama berbeda pula cara pandangnya dalam menyambut datangnya Tahun Baru Masehi ini. Ada yang mengungkapkan dengan meniup terompet, kembang api, pasang tanduk seperti syetan di kepalanya yang berkerlap kerlip, bakar ayam, pesta dengan minum minuman khomar, dan lainnya. Dalam perbedaan inilah muda mudi Islam dituntut selektif. Untuk menjadi generasi yang selektif tak terlepas dari tingkat penguasaan ilmu agama yang dimilikinya. Maka dari itu, kepada generasi muda Islam, mari terus gali ilmu agama sehingga kita dapat membentengi diri untuk tidak terlena dengan cara-cara umat lain dalam menyambut pergantian Tahun Baru Masehi ini ataupun dalam segala tindakan sehari-hari.***

Oleh : Riki Rahmat S I Kom
Penulis adalah Pemimpin Redaksi Portal Berita RiauAktual.com
Alamat web: www.riauaktual.com Email: [email protected]
Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index