Memaknai Tahun Baru 1434 Hijriah

Memaknai Tahun Baru 1434 Hijriah
Sarwan Kelana

Sahabat Aktual, untuk menjadi yang terbaik adalah dambaan setiap manusia, tidak ada seorangpun manusia yang mau menjadi buruk. Timbul pertanyaan mengapa masih banyak manusia memiliki sifat keburukan? Pertanyaan ini dapat kita jawab dari sudut pandang manapun yang kita mau. Bisa dari kekayaan, pangkat, jabatan dan kehebatan. Tapi yang jelas hanya diri kita sendirilah yang bisa menjawabnya.

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Hasyr: 18)”

Kita sekarang sudah berada di tahun baru 1434 H, apakah kegiatan yang kita lakukan pada tahun yang dahulu sama dengan tahun yang akan datang, atau malah lebih buruk? Memang, sebagai seorang muslim sudah seharusnya kita senantiasa melakukan evaluasi diri, yang bisa kita lakukan setiap saat. Umar bin Al Khatthab Radhiyallahu ’anhu berkata, “Hisablah dirimu sebelum kamu dihisab dan timbanglah amalmu sebelum kamu ditimbang nanti dan bersiap-siaplah untuk hari menghadap yang paling besar (hari menghadap Allah). Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu), tiada sesuatupun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah).” (QS Al-Haaqqah: 18)

Memasuki tahun baru 1434 Hijrah, hendaknya kita mengevaluasi apa saja yang telah kita lakukan setahun yang lalu. Kesalahan-kesalahan apa sajakah yang telah kita lakukan dan tidak boleh kita ulangi lagi tahun ini? Prestasi-prestasi apakah yang telah kita raih dan harus kita pertahankan bahkan kita tingkatkan tahun ini? Evaluasi semacam ini penting untuk kita lakukan agar kita tidak melewati tahun demi tahun secara datar saja, tanpa ada prestasi-prestasi baru yang bisa kita ukir.

Mengambil pelajaran dari tahun sebelumnya

Kita semua melihat dengan mata kepala kita sendiri betapa banyak bencana yang menimpa bangsa kita mulai dari banjir, gempa, tanah lonsor, lumpur lapindo dan pembunuhan. Bahkan bencana-bencana itu akan terus berlanjut kalau kita tidak mau berubah dari jahat menuju kebaikan. Sebagai orang yang beriman, hendaknya kita mengambil pelajaran (ibrah) dari datangnya semua bencana tersebut. Kita harus sadar bahwa tidaklah satupun dari bencana-bencana itu terjadi kecuali akibat ulah tangan-tangan kita sendiri. Bencana-bencana yang menimpa kita bisa jadi merupakan adzab dari Allah yang layak kita terima, akibat kesalahan-kesalahan yang kita lakukan. Kesalahan-kesalahan itu bisa jadi dalam bentuk tindakan-tindakan kita yang melanggar sunnatullah al-kauniyah, seperti kesalahan dalam mengelola dan memperlakukan lingkungan. Bisa jadi juga dalam bentuk tindakan-tindakan kita yang melanggar syariat Allah, seperti meninggalkan kewajiban-kewajiban agama dan melakukan berbagai bentuk kemaksiatan.

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah membuat mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar Rum : 41).

Bisa jadi pula, bencana-bencana yang menimpa kita merupakan peringatan dari Allah agar kita sadar dan kembali kepada-Nya. Untuk itu, marilah dengan kesempatan waktu yang masih diberikan oleh Allah betul-betul kita manfaatkan untuk bertaubat dan memperbaiki diri. Jangan sampai kita menunggu sampai Allah mencabut masa penangguhan yang Dia diberikan atau sampai Dia memberikan peringatan yang lebih keras lagi! Na’udzu billahi min dzalik.

Beralihlah dengan perubahan yang positif

Sebagai muslim, setiap kita hendaknya bangga dengan keislaman kita. Hal ini bisa kita wujudkan dengan cara menunjukkan jati diri keislaman kita. Salah satu diantaranya adalah dengan lebih mengutamakan penggunaan kalender Hijrah sebagai salah satu identitas umat pengikut Rasulullah Muhammad shallallahu ’alaihi wasallam. Apalagi saat ini, kalender Hijrah seolah-olah sudah tidak begitu diperhatikan oleh kebanyakan umat Islam. Buktinya, tidak banyak orang Islam yang hafal dengan baik nama-nama dan urutan bulan dalam kalender Hijrah. Ini tentu saja ironi yang tidak selayaknya terjadi.

Tahun baru Hijrah mengingatkan kita pada peristiwa Hijrah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Ketika itu beliau melakukan Hijrah dari Mekkah ke Madinah untuk mendapatkan lingkungan yang lebih baik bagi tumbuh berkembangnya agama Islam. Oleh karena itu, memasuki tahun baru Hijrah ini marilah kita berhijrah. Tentu saja hijrah yang kita lakukan saat ini tidak bisa sama dengan yang telah dilakukan oleh Nabi. Yang bisa kita lakukan saat ini adalah menghijrahkan diri dengan sebenar-benarnya dari segala bentuk keburukan menuju kebaikan, dari kemaksiatan menuju ketaatan, dari kebid’ahan menuju kesunnahan, dari kejahiliyahan menuju totalitas Islam dan dari kegelapan memperturutkan hawa nafsu menuju cahaya terang keikhlasan dalam menggapai ridha Allah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Orang muslim adalah orang yang tidak mengganggu orang muslim lain baik dengan lidah maupun tangannya, dan orang yang hijrah itu adalah orang yang hijrah meninggalkan hal-hal yang dilarang oleh Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Di dalam tahun baru Hijriah ini selayaknya, kita sebagai muslim yang taat, mengintrospeksi diri dengan semua apa-apa yang telah kita perbuat. Dan memilih semua bentuk amalan yang baik untuk tetap kita pertahankan dan kita tingkatkan porsi amalan yang baik untuk kita kerjakan. Dan meninggalakan semua perbuatan yang tidak bermanfaat, baik untuk diri kita ataupun orang sekitar kita.

Tegakkan Amar Makruf Nahi Munkar

Kita mungkin bertanya-tanya, bagaimana mungkin di negeri yang populasi muslimnya terbesar di dunia ini berbagai bentuk kemaksiatan bisa merajalela. Sebetulnya, salah satu jawabannya adalah lemahnya semangat dan usaha dakwah serta amar makruf nahi munkar di tengah masyarakat. Padahal umat ini adalah umat dakwah, dimana usaha dakwah seharusnya ditunaikan oleh setiap individu muslim sesuai dengan kemampuan masing-masing. Oleh karenanya mari kita tingkatkan aktivitas dakwah yang berorientasi pada pembinaan generasi umat dan pencegahan serta pemberantasan kemunkaran di muka bumi.

Allah swt berfirman, “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran: 104).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barang siapa diantara kamu melihat suatu kemunkaran, maka hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya, jika tidak mampu maka dengan lisannya, jika tidak mampu pula, maka dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim)

Oleh sebab itu marilah kita isi hidup kta ini dengan memperbanyak amalan soleh, belajar dengan giat, bekerja dengan ikhlas, dan beribadah dengan hanya mengharap ridho Allah SWT semata. Sekarang kita masih hidup, tetapi siapa tahu beso pagi kita akan mati. Sekarang kita masih dapat menikmati tahun baru hijriah, tetapi siapa tahu tahun depan kita akan mati.

Oleh karna keterbatasan tersebut, dan karna rahasia Allah SWT semata, maka marilah kita pergunakan kesempatan hidup ini dengan meningkatkan taqwa kita kepadanya dan menambah semangat beramal ibadah yang lebih besar lagi. Kembali kepada masalah introspeksi diri dalam menyambut tahun baru hijriah, adalah sangat-sangat perlu bagi kita untuk berkaca diri, menilai dan menimbang amalan-amalan yang telah kita perbuat, penilaian dan penimbanagan ini bukan hanya untuk mengetahui seberapa besar perbuatan kita. Tapi itu semua dilakaukan untuk mengendalikan semua bentuk amalan perbuatan yang hendak kita laukakan dengan penuh pikiran, pertimbangan, dan pertanggung jawaban. Sebab dan terkadang manusia yang tidak pernah bercermin diri bagaikan binatang liar yang terlepas dari jeratan, ia akan berlari dengan sekencang-kencangnya dan melompat dengan sekuat tenaga tanpa menghiraukan kalau itu akan mebahayakannya kembali. Manusia yang demikian akan berbuat sekehendak hatinya, tanpa berpikir dan pertimbangan, yang pada akhirnya ia akan terjatuh ditempat yang sama dan meratapi perbuatannya dengan berulang-lang kali, sungguh malang nasibnya jika setiap tahun ia harus terjatuh dan terjatuh lagi ditempat yang sama.

Hasil Dari Tahun Hijriah

Pelajaran penting dari Hijrah luas dan menyeluruh menyangkut berbagai aspek penting kehidupan, diantaranya: Peristiwa Hijrah mengilhami setiap pribadi muslim untuk senantiasa optimis bahwa di mana ada kemauan dalam upaya kebenaran, di situ ada jalan pertolongan Tuhan. Contohnya Rasul SAW dan para sahabatnya (Muhajirin) mendapatkan dukungan dan bantuan dari masyarakat Madinah (Anshar). Lebih dari itu antara muhajiran dan anshar memilki tali persaudaraan (Ukhuwah Islamiyah) yang sangat kuat, lebih dari ikatan keluarga, hal ini juga agar dapat diambil sebagai momentum untuk senantisa memelihara dan meningkatkan ukhuwah Islamiyah antar sesama umat.

Peristiwa Hijrah juga dapat dijadikan momentum untuk segera meninggalkan dan memerangi hawa nafsu. Hijrah tidak hanya berpindah dari satu tempat ketempat lain, dalam makna luasnya Hijrah berarti menanggalkan hawa nafsu syaitan dan kebiasaan buruk dan menggantikannya dengan mengenakan pakaian nilai-nilai akhlak luhur dan mulia, baik dalam kaitan hubungan antara manusia maupun hubungan dengan Tuhan manusia.  Perang terhadap hawa nafsu ini merupakan target utama Hijrah dan jihad dalam Islam.

Namum dari itu kita jugalah yang akan memulai untuk menjadi yang terbaik. Lebih baik berbuat di keritik,daripada tak berbuatpun kita di kritik,teruslah menjadi yang terbaik, Hendaknya***

Penulis: Sarwan Kelana, Mahasiswa Fakultas Ushuluddin UIN Suska Riau.

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index