Cara Merawat Gigi agar Tak Kompikasi

Cara Merawat Gigi agar Tak Kompikasi
Gigi sehat

RiauAktual.com - Masalah yang ada dalam rongga mulut ternyata dapat berpengaruh terhadap kesehatan tubuh lho. Infeksi yang ada dalam mulut bisa merupakan sumber infeksi terhadap penyakit lain. Karenanya, menjaga kesehatan gigi dan mulut adalah salah satu faktor terpenting dalam menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan.

Masalah utama yang menyebabkan sakit gigi adalah lubang pada gigi yang dimasuki bakteri. Infeksi yang terjadi pada gusi dan akar gigi dapat menjalar ke berbagai organ vital, dan menyebabkan banyak gangguan kesehatan. Infeksi dari bakteri ini sebenarnya dapat dilawan karena tubuh kita memiliki sel-sel yang berperan sebagai daya tahan tubuh. Bila daya tahan tubuh kita lemah maka infeksi bakteri akan semakin hebat.

Dari infeksi jadi komplikasi

Tahap awal dari gigi berlubang biasanya tidak menunjukkan keluhan. Namun, walau tanpa keluhan pun gigi harus ditambal untuk mencegah perluasan kerusakan gigi. Jika terlambat melakukan penambalan, infeksi dapat meluas ke daerah ujung akar dari gigi yang berlubang. Biasanya akan timbul rasa tidak nyaman atau sakit bila gigi dipakai mengunyah. Pada tahap ini infeksi bisa ditanggulangi dengan perawatan saluran akar gigi dan dilanjutkan dengan penambalan sampai penggunaan antibiotik ataupun pencabutan gigi yang terinfeksi bila gigi sudah tidak bisa dirawat. Bila tidak, infeksi akan menyebar ke daerah sekitar mulut seperti pipi dan leher.

Saat kita berkunjung ke dokter gigi dan memerlukan penambalan pada gigi berlubang, biasanya dokter akan memberikan beberapa pilihan penambalan yang sesuai dengan bahan tambal sekaligus sesuai dengan keparahan lubang. Pengambilan jaringan gigi yang sakit tidak boleh berlebihan karena malah dapat mengakibatkan rasa sakit. Tambalan yang baik harus dapat menggantikan jaringan gigi rusak yang telah dibuang sebelumnya.

Komplikasi yang relatif banyak terjadi akibat infeksi gigi tidak diobati adalah gangguan mata. Mata jadi cepat lelah dan terasa nyeri, khususnya pada bagian atas kelopak mata. Hal itu terjadi karena gigi dan mata memiliki induk syaraf yang sama.

Dalam kasus tertentu, seseorang juga bisa mengalami sakit kepala. Hal itu terjadi bila ada kelainan pada struktur rongga gigi. Kondisi ini sangat mungkin terjadi karena sistem pengunyahan terdiri atas empat komponen, yaitu gigi dan jaringan penyangga, tulang rahang, otot-otot dan sendi rahang. Semua komponen tersebut saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Jika salah satu gigi dicabut dan tidak segera diganti, maka gigi lawannya tidak berpasangan.

Kondisi seperti itu mengganggu proses pengunyahan. Makan jadi tidak enak, dan pengunyahan menjadi tidak sempurna. Akibatnya, orang yang sudah lama hanya mengunyah dengan satu sisi rahang seringkali akan mengalami keluhan sakit di bagian belakang kepala.

Tidak bisa sembarangan

Untuk mencegah kondisi di atas diperlukan pembuatan gigi tiruan. Pembuatan gigi tiruan dimaksudkan untuk mempertahankan fungsi rongga mulut, mengembalikan kenyamanan dan estetika serta memelihara kesehatan pasien. Caranya dengan merestorasi gigi geligi asli, dan atau mengganti gigi-gigi yang sudah tanggal  serta yang sudah rusak dengan gigi tiruan. Oleh karena itu pembuatnya harus memiliki pengetahuan yang cukup mengenai anatomi dan fisiologi yang berhubungan dengan konstruksi gigi tiruan, hubungan rahang serta pengetahuan mengenai alat dan bahan yang digunakan.

Pembuatan gigi tiruan tidak bisa sembarangan. Sebelum perawatan dimulai, rongga mulut harus disiapkan terlebih dulu. Gigi yang rusak atau sisa akar harus dicabut dan luka akibat pencabutan harus dibiarkan menyembuh. Perdarahan dapat terjadi jika pencabutan tidak oleh dokter gigi. Persiapan rongga mulut merupakan hal yang mutlak, karena gigi tiruan tidak boleh dibuat dan dipasang di atas sisa akar dan luka terbuka.

Prosedur selanjutnya adalah pencetakan. Gigi tiruan dibuat oleh tekniker gigi di atas hasil cetakan. Proses pembuatan gigi tiruan melibatkan dokter gigi dan tekniker gigi dengan kompetensi masing-masing. Pembuatan gigi palsu yang dilakukan tanpa dasar ilmu dan asal pasang dapat menyebabkan bau busuk di dalam rongga mulut, bicara tidak jelas, sulit mengunyah, kerusakan tulang rahang, kelainan sendi rahang bahkan penyakit sistemik seperti HIV-AIDS, hepatitis dan TBC akibat prosedur yang tidak steril.

Jangan cuma asal ngetren

Saat ini di kalangan remaja berkembang tren penggunaan kawat gigi. Awalnya, pemasangan kawat gigi dimaksudkan untuk kesehatan gigi, karena dengan gigi yang rapi akan lebih mudah dibersihkan dan pengunyahan lebih sempurna. Disamping untuk memperbaiki kelainan struktur gigi dan struktur wajah. Karena dengan kawat gigi, gigi yang maju alias tongos bisa dimundurkan biar tidak terlihat monyong.

Namun, kini tren pemasangan kawat gigi lebih untuk estetika dan pergaulan. Dengan susunan gigi yang rapi, orang juga semakin percaya diri dalam bersosialisasi, karena penampilan menjadi lebih menarik. Coba perhatikan, orang yang gigi depan atasnya ompong, berlubang atau tidak rapih, jarang sekali mereka tersenyum lebar atau memperlihatkan giginya ketika difoto bukan?

Nah, jika pemasangan kawat gigi dilakukan pada dokter gigi dengan spesialisasi di bidang ortodontik, tidak akan ada efek samping. Pasalnya, sudah ada prosedur baku untuk pemasangan kawat gigi, yaitu mulai dari dilakukan pencetakan untuk membuat model gigi, dilakukan rontgen panoramik dan sefalometrik yang diperlukan untuk analisis kasus, foto digital profil wajah dan gigi. Jadi Anda bisa melihat perubahan sebelum dan setelah selesai perawatan kawat gigi.

Setelah analisis selesai, dokter gigi akan menjelaskan rencana perawatan, baru setelah itu melakukan pencabutan gigi jika diperlukan, dan selanjutnya memasang bracket. Karena itu, jika pemasangan kawat gigi dilakukan di sembarang tempat, tahapan perawatan tersebut tidak akan dilakukan. Sehingga, banyak efek samping yang akan merugikan pasien itu sendiri.

Efek samping tersebut antara lain gigi tidak bisa digunakan menggigit atau mengunyah karena tidak berkontak dengan baik, nyeri gigi akibat pengunyahan yang tidak merata, maupun susunan gigi semakin tidak beraturan yang bisa menyebabkan kelainan pada sendi rahang.

Lebih baik ke dokter gigi

Gigi dan mulut memang satu bagian terkecil dari keseluruhan organ tubuh. Namun, jika terjadi kesalahan dalam penanganan kesehatan gigi dan mulut akan berakibat pada tubuh secara keseluruhan.

Sekali lagi, terkait dengan masalah kesehatan pada umumnya dan kesehatan gigi khususnya, diharapkan masyarakat memahami benar keputusan yang diambil sehubungan dengan upaya perawatan gigi yang akan dilakukan. Hal ini mengingat dampak pengobatan gigi yang tidak dilakukan oleh dokter gigi dapat menyebabkan muncul penyakit baru atau penyakit bertambah parah. Ujung-ujungnya pembengkakan, tidak hanya pada mulut tetapi juga pada kantong si pasien lantaran besarnya biaya yang harus dibayar diluar dari yang direncanakan.

Secara umum dapat diilustrasikan bahwa untuk memperoleh sebuah pelayanan kesehatan yang baik, seseorang harus bijak dalam menentukan fasilitas mana yang akan dipilih. Jangan hanya memilih karena biaya yang rendah namun berakibat buruk ke depannya. Sejatinya, sudah tersedia kok fasilitas yang dapat memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang bermutu dan terjamin dengan harga terjangkau, seperti Puskesmas, RS Pemerintah, Klinik Fakultas Kedokteran Gigi atau Pusat Kesehatan Gigi.

Satu hal yang dapat kita katakan dengan pasti adalah bahwa menjaga gigi dan gusi agar selalu sehat dengan menggosok gigi dua kali sehari dengan pasta gigi berfluor, membatasi makanan manis dan mengunjungi dokter gigi secara teratur berkontribusi penting untuk kesehatan mulut dan kesehatan secara keseluruhan. (ozc)

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index