BAGANSIAPIAPI (RA) - Saat ini sangat gencar perjuangan dari 2 keinginan untuk pembentukan daerah otonomi baru seperti Rokan Tengah ( Roteng ) dan Kubu.Namun penerapan keinginan penerapan otonomi baru harus ditinjau dari sudut pandang dan etika budaya Melayu.

Salah seorang tokoh Rokan Hilir Drs.H damiri Mpd saat diminta komentarnya oleh wartawan, Rabu (25/5) mengatakan, kita jangan tidak boleh terlalu ambisius sehingga mengesampingkan etika budaya Melayu yang selalu hargai menghargai dan selalu bermusyawarah dan harus mengesampingkan ego sentris.

Menurut tokoh masyarakat Kecamatan Pujud dan sebagai tokoh pendidikan Rokan Hilir bahwa pemikiran itu sebauh konteks merujuh sebuah keiinginan dan tuntutan dari komponen-komponen yang ada dan di perlukan dukungan yang signifikan dari masyarakat yang ada pada daerah otonomi baru yang diinginkan untuk dimekarkan itu.

"Namun keinginan dan tuntutan itu sebagai orang Melayu haruslah memiliki etika yang sangat dijunjung tinggi oleh budaya melayu itu sendiri.Sebab apapun bentuknya Rohil ini adalah satu kesatuan yang utuh yang tertuang dalam undang-undang tentang pemekaran kabupaten/kota tahun 2009,dimana Bupatinya masih H suyatno sampai hari ini,"tegas H Damiri.

Dalam hal ini H damiri minta kepada semua pihak yang tergabung dalam perjuangan otonomi baru melakukan hal yang seharusnya,melakukan koordinasi ( Soan -red) dengan Bupati sebagai kepala pemerintahan Rohil yang syah.

"Jika itu diabaikan maka saya menilai kurang etis,sebab prilaku budaya Melayu itu mengandung norma-norma dan mari jangan dilanggar norma-norma itu,"pintanya.

Dikatakan H Damiri bahwa,sejak awal daerah rohil merupakan satu kesatuan yang sangat penuh dengan rasa persaudaraan yang berawal dari wilayah Kubu,bangko dan Tanah Putih secara Historis satu kesatuan yang utuh dan sulit untuk dipisahkan dari segi budyanya. (ZAI)