Otak Manusia Ternyata Lewati 5 Usia Penting Selama Hidup, Kamu Fase yang Mana?

Otak Manusia Ternyata Lewati 5 Usia Penting Selama Hidup, Kamu Fase yang Mana?
Ilustrasi saraf otak. Foto: Shutterstock

RIAUAKTUAL (RA) - Dalam As You Like It, Shakespeare pernah menulis bahwa hidup manusia terbagi ke dalam tujuh tahap, mulai dari bayi yang merengek hingga usia renta yang kembali seperti masa kanak-kanak kedua. Itu semua tentu lebih bersifat simbolis ketimbang ilmiah.

Namun kini, para ahli saraf menemukan bahwa otak manusia ternyata benar-benar melalui lima fase besar yang membentuk perjalanan kita seumur hidup.

Diterbitkan di jurnal Nature Communications, temuan ini datang dari analisis pemindaian otak hampir 4.000 orang, mulai dari bayi baru lahir hingga mereka yang berusia 90 tahun. Dari sana, para peneliti mengidentifikasi empat titik balik yang menandai perubahan besar dalam struktur dan cara kerja otak dan membagi hidup manusia menjadi lima era berbeda. Empat titik balik itu terjadi di usia 9, 32, 66, dan 83 tahun.

“Kita tahu bahwa jaringan otak sangat penting dalam perkembangan manusia, tapi selama ini kita tidak punya gambaran besar tentang bagaimana jaringan itu berubah sepanjang hidup dan apa penyebabnya,” kata penulis utama, Dr Alexa Mousley dari University of Cambridge, sebagaimana dikutip IFL Science.

“Penelitian ini menjadi yang pertama memetakan fase besar perubahan konektivitas otak sepanjang hidup manusia.”

Usia 0 - 9 tahun: Pondasi Besar Otak Dibangun

Pada masa bayi dan awal kanak-kanak, otak sibuk membangun ribuan koneksi–synapses– antara neuron, lalu menyaringnya sehingga hanya koneksi paling penting yang dipertahankan. Pada saat yang sama, volume materi abu-abu dan putih meningkat, dan lipatan-lipatan di korteks otak mulai terbentuk dan men stabil.

Usia 9 tahun: Masuk ke Era Remaja

Titik balik pertama pada usia 9 tahun menandai awal fase remaja. Di tahap ini, materi putih terus berkembang dan komunikasi antarbagian otak semakin efisien. Kemampuan kognitif meningkat, tetapi risiko gangguan kesehatan mental juga melonjak. Badai hormon pubertas turut memengaruhi cara otak bekerja.

Perubahan drastis ini mencapai puncaknya menjelang usia 32 tahun, yang disebut tim peneliti sebagai “titik balik topologis terkuat”.

“Jika pubertas punya titik start yang jelas, akhir dari masa remaja justru sulit ditentukan secara ilmiah. Berdasarkan struktur neural, kami menemukan bahwa perubahan khas remaja dalam arsitektur otak berakhir sekitar awal usia 30-an,” ujar Mousley.

Usia 32–66 tahun: Masa Dewasa, Fase Terpanjang

Antara usia 32 hingga 66 tahun, manusia memasuki periode dewasa yang stabil. Kepribadian dan kemampuan intelektual berada pada titik yang paling mantap. Pada usia 66, tidak terjadi perubahan struktural besar, tetapi jaringan otak mulai mengorganisasi ulang dirinya.

“Ini kemungkinan terkait dengan penuaan, ketika konektivitas otak berkurang karena materi putih mulai mengalami degenerasi,” jelas Mousley.

Pada tahap ini, kondisi kesehatan seperti tekanan darah tinggi juga mulai memberi dampak pada fungsi otak.

Usia 83 Tahun: Fase Akhir Otak

Sekitar usia 83 tahun, konektivitas otak semakin menurun. Bagian-bagian otak mulai bekerja lebih terpisah, tidak saling terhubung sekuat sebelumnya.

“Memahami bahwa perjalanan otak bukan hanya perkembangan yang naik turun secara stabil, tetapi terdiri dari beberapa titik balik penting, akan membantu kita mengetahui kapan dan bagaimana struktur otak rentan terhadap gangguan,” jelas penulis senior, Prof Duncan Astle.

Penemuan ini bukan sekadar fakta biologis menarik. Mengerti bagaimana otak berubah dari waktu ke waktu sangat penting untuk memahami berbagai gangguan neurologis dan psikiatris.

“Banyak kondisi perkembangan saraf, gangguan mental, hingga penyakit neurologis terkait erat dengan cara otak terhubung. Bahkan, perbedaan konektivitas otak bisa memprediksi kesulitan dalam perhatian, bahasa, memori, dan banyak perilaku lainnya,” kata Astle.

Menurutnya, seperti halnya hidup manusia yang terasa terbagi ke dalam fase-fase tertentu, otak juga memiliki era yang jelas. Shakespeare mungkin tak memberi angka yang tepat, tapi dari sudut pandang ilmu saraf, pemikirannya ternyata tidak jauh meleset.

Follow WhatsApp Channel RiauAktual untuk update berita terbaru setiap hari
Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index