Cara Mudah Bedakan Anxiety dan Depresi: Ketahui Gejala hingga Penanganannya

Cara Mudah Bedakan Anxiety dan Depresi: Ketahui Gejala hingga Penanganannya
Ilustrasi seseorang dalam kondisi depresi. Foto: istimewa

RIAUAKTUAL (RA) - Di tengah ritme kehidupan yang semakin cepat dan tekanan sosial yang terus meningkat, isu kesehatan mental menjadi topik yang kian relevan untuk dibicarakan. Salah satu isu kesehatan mental yang kerap dibahas seperti anxiety dan depresi.

Keduanya kerap disalahartikan sebagai kondisi yang sama dalam permasalahan kesehatan berbeda. Padahal, anxiety dan depresi memiliki karakteristik, gejala, dan dampak yang berbeda.

Apa itu Anxiety dan Depresi?
Dikutip dari Healthline, anxiety atau kecemasan adalah perasaan takut, gugup, dan khawatir yang dialami dari waktu ke waktu. Kebanyakan orang pernah merasakan kecemasan seperti rasa takut, gelisah, dan kekhawatiran, terutama saat menghadapi tekanan hidup. Misalnya, seseorang mungkin merasa cemas sebelum menjalani peristiwa penting, saat membuat keputusan besar, atau mencoba hal baru.

Namun, jika kecemasan itu muncul terus-menerus dan sangat intens hampir setiap hari selama berbulan-bulan, kemungkinan besar Anda mengalami gangguan kecemasan umum (generalized anxiety disorder/GAD) atau jenis gangguan kecemasan lainnya. Gangguan ini berbeda dengan kekhawatiran biasa yang muncul karena situasi tak terduga atau tantangan sesaat.

Orang dengan gangguan kecemasan seringkali merasa takut terhadap hal-hal sehari-hari, seperti kondisi kesehatan, kinerja di sekolah atau pekerjaan, hingga hubungan sosial. Kekhawatiran yang berlarut-larut ini dapat menyebabkan pikiran negatif yang sulit hilang dan mulai mengganggu aktivitas sehari-hari.

Beberapa tanda utama gangguan kecemasan meliputi:
- Kesulitan mengendalikan rasa takut dan gelisah
- Mudah tersinggung, gelisah secara fisik, atau merasa tegang
- Rasa cemas berlebihan yang disertai perasaan akan sesuatu yang buruk terjadi
- Gangguan tidur
- Kelelahan yang terus-menerus
- Kesulitan berkonsentrasi atau perasaan bingung (brain fog)
- Gejala fisik seperti sakit kepala, ketegangan otot, mual, hingga diare

Sementara itu, dinukil dari ayosehat.kemkes.go.id, depresi adalah gangguan kesehatan mental yang membuat seseorang merasa sedih berkepanjangan dan kehilangan minat terhadap aktivitas sehari-hari yang biasanya dilakukan. Kondisi ini bisa berlangsung lama, mulai dari berminggu-minggu hingga berbulan-bulan.

Sayangnya, depresi kerap tidak mendapat perhatian serius karena sering dianggap sebagai stres biasa. Padahal, mengenali gejala depresi sejak dini sangat penting agar penderita bisa memperoleh penanganan dan dukungan yang tepat.

Beberapa gejala depresi yang perlu diwaspadai seperti perasaan sedih dan murung, kehilangan semangat dan energi, menurunnya nafsu makan, gangguan tidur seperti susah tidur atau tidur berlebihan, serta rasa pesimis dan tidak berharga.

Selain itu, penderita sering kesulitan berkonsentrasi dan mengambil keputusan, merasa gelisah dan tidak tenang, hingga muncul rasa bersalah dan putus asa.

Pada kasus berat, pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau mengakhiri hidup juga bisa muncul. Depresi pun dapat menimbulkan keluhan fisik, seperti nyeri punggung dan sakit kepala yang tak jelas penyebabnya.

Berbagai faktor bisa memicu munculnya gejala depresi, misalnya mengalami peristiwa traumatis seperti kehilangan orang tercinta, kekerasan, kebangkrutan, atau kehilangan pekerjaan. Riwayat gangguan mental dalam keluarga, penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan terlarang, serta penyakit kronis yang sulit disembuhkan, seperti kanker, HIV/AIDS, penyakit jantung, atau cacat fisik juga menjadi pemicu.

Selain itu, kepribadian yang cenderung lemah, tidak mandiri, dan terlalu keras menilai diri sendiri juga berperan dalam risiko depresi.

Gejala yang Tumpang Tindih
Ditulis di Healthline, meskipun tidak semua orang yang mengalami depresi, kecemasan, atau keduanya menunjukkan gejala yang sama, kedua kondisi ini sering kali menimbulkan gejala serupa. Beberapa tanda yang umum muncul pada salah satu atau kedua gangguan tersebut seperti perubahan pola tidur, perubahan tingkat energi, mudah tersinggung, kesulitan berkonsentrasi, mengingat, serta gangguan pencernaan atau keluhan nyeri tanpa sebab medis yang jelas.

Selain itu, keduanya kerap ditandai dengan kondisi yang disebut ruminasi. Secara sederhana, ruminasi adalah keadaan di mana pikiran negatif seperti kesedihan, kekhawatiran, atau perasaan putus asa terus berulang tanpa henti di dalam pikiran seseorang.

Meskipun tidak diinginkan, pikiran-pikiran tersebut sulit untuk dihindari.
Pada penderita kecemasan, ruminasi umumnya berupa pikiran yang terus-menerus terperangkap dalam siklus kekhawatiran, terutama mengantisipasi kemungkinan terburuk dalam suatu situasi.

Mereka sulit menghentikan rasa cemas, walaupun menyadari bahwa beberapa hal memang berada di luar kendali mereka.
Sementara itu, pada orang dengan depresi, ruminasi sering berbentuk perasaan bersalah yang terus-menerus karena tidak memiliki energi untuk bersosialisasi atau melakukan hal yang disukai.

Mereka juga kerap mengulang kejadian lama, menyalahkan diri sendiri atas kondisi yang sebenarnya berada di luar kendali, termasuk perasaan depresi itu sendiri. Memahami pola pikir dan gejala seperti ini sangat penting agar kita bisa mengenali dan membedakan antara anxiety serta depresi, sehingga penanganan yang tepat dapat dilakukan segera.

Follow WhatsApp Channel RiauAktual untuk update berita terbaru setiap hari
Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index