Menelaah Rendahnya Minat KB Masyarakat di Provinsi Riau

Menelaah Rendahnya Minat KB Masyarakat di Provinsi Riau
Dr. Hetty Ismainar, SKM, MPH

RIAU (RA) - Fenomena unmet need KB (tidak ingin ber-KB) di Riau berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2022 yaitu 11,4%.

Meskipun angka tersebut sudah mulai membaik dari tahun 2021 yaitu 25,6% hanya saja masih belum sesuai dengan target 5% dalam skala nasional.

Persoalannya adalah mengapa cakupan unmet need KB tersebut masih tinggi? Mari kita telaah apa saja penyebabnya.

Penelitian yang kami lakukan dalam rangka hibah riset Program Bangga Kencana antara BKKBN Provinsi Riau dengan Universitas Hang Tuah tahun 2022 menyebutkan bahwa ada tiga penyebab utama Pasangan Usia Subur (PUS) tidak ber-KB yaitu: takut akan efek samping KB, tidak ingin punya anak lagi dan karena alasan kesehatan.

Selanjutnya penelitian dilanjutkan dengan melihat dari aspek ecological approach (Pendekatan Ekologi atau lingkungan), penyebab tingginya unmet need tersebut adalah: pengetahuan, dukungan keluarga, dukungan teman, komunitas dengan kontribusi sebesar 65% penyebab unmet need KB.

Beberapa alasan lain berdasarkan laporan Survei Kinerja dan Akuntabilitas Program (SKAP) BKKBN tahun 2019 terdapat 51% PUS tidak memiliki niat untuk ber-KB di masa mendatang. 

Masih banyak daerah di mana fasilitas kesehatan yang menyediakan layanan KB tidak tersedia, rendahnya pemahaman masyarakat tentang efek samping KB serta adanya kepercayaan masyarakat akan mitos tentang KB.

Apa sebenarnya dampak yang ditimbulkan akibat angka unmet need KB yang masih tinggi ini? Dampak yang signifikan di berbagai bidang, antara lain dampak sosial, ekonomi, dan kesehatan sebagai berikut:

Pertama, Unmet need sering berujung pada kehamilan yang tidak direncanakan. Hal ini bisa menimbulkan stres bagi keluarga bila tidak siap finansial atau emosional untuk menyambut anggota baru.

Kedua, kehamilan yang tidak terencana meningkatkan kemungkinan munculnya komplikasi. Ibu kurang mempersiapkan diri untuk melakukan pemeriksaan kesehatan yang penting selama masa kehamilan, yang berpotensi meningkatkan angka kematian ibu dan bayi.

Ketiga, dampak ekonomi menghadapi tekanan ekonomi yang lebih besar, seperti biaya tambahan untuk merawat anak.

Empat, pengaruh terhadap Pendidikan. Bagi remaja atau perempuan muda, kehamilan yang tidak direncanakan sering mengganggu pendidikan dan kesempatan untuk pengembangan diri.

Lima, memunculkan  stigma sosial, yang menambah beban psikologis bagi perempuan yang menghadapinya.

Dampak lain yang mungkin bisa terjadi adalah stunting (gagal tumbuh). Akibat kehamilan yang tidak direncanakan mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan janin. 

Kondisi ekonomi yang tidak memadai, pengetahuan ibu hamil yang masih kurang sehingga terjadinya gangguan pemenuhan nutrisi dimasa kehamilan.

Kesulitan dalam memenuhi kebutuhan gizi yang cukup melalui ASI atau makanan pendamping ASI dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak, serta berpotensi meningkatkan risiko terjadinya stunting.

Wujud implementasi nyata dari pemerintah adalah program makan siang gratis anak sekolah se-Indonesia yang dimulai tahun 2025 ini. 

Upaya mempersiapkan anak bangsa yang sehat akan mempu menciptakan generasi yang lebih sehat, cerdas, dan produktif dimasa mendatang.

Beberapa upaya pemerintah melalui Program Percepatan Penurunan Stunting (Stunting Prevention Program) dan Program 1000 Hari Pertama Kehidupan merupakan rangkaian program yang sejalan dan berkaitan dengan menurunkan unmet need KB ini.

BKKBN sebagai motor penggerak sudah berupaya optimal dalam mensosialisasikan KB gratis ke masyarakat, mempermudah akses layanan dan konseling KB gratis di pelayanan kesehatan tingkat pertama.

Pemerintah selalu menghimbau masyarakat terutama Pasangan Usia Subur (PUS) agar mengikuti program KB karena slogan BKKBN sendiri adalah "Berencana Itu Lebih Baik”.

Slogan ini menegaskan betapa pentingnya merencanakan kehidupan keluarga, termasuk dalam hal jumlah anak dan jarak kelahiran, demi terciptanya keluarga yang sehat, bahagia, dan sejahtera.

Melalui perencanaan yang matang, kita dapat mengambil keputusan yang lebih cerdas terkait kesehatan, pendidikan, dan masa depan keluarga. 

Selain itu, langkah ini juga berkontribusi dalam mengurangi masalah seperti stunting dan kemiskinan.

 

Ditulis oleh Dr. Hetty Ismainar, SKM, MPH (Dosen Pascasarjana Universitas Hang Tuah Pekanbaru)

#Kesehatan #Pendidikan

Follow WhatsApp Channel RiauAktual untuk update berita terbaru setiap hari
Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Kesehatan

Index

Berita Lainnya

Index