Pemerintah Harus Dorong Investasi Masuk ke Daerah

Ang
Jumat, 03 Maret 2023 | 22:22:14 WIB

Riauaktual.com - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, perekonomian Indonesia tumbuh impresif di angka 5,3 persen pada tahun 2022 berkat konsumsi yang kuat serta ekspor dan investasi yang berjalan baik.

Selain ekonomi yang tumbuh positif di tengah tantangan global, Indonesia juga menjadi mesin ekonomi utama di Asia Tenggara yang melingkupi 40 persen populasi Asia Tenggara dan 35 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) Asia Tenggara.

“Akses ke Indonesia berarti masuk di salah satu kawasan paling stabil secara politik dan ekonomi di dunia. Investor harus mempertimbangkan Indonesia sebagai pasar, basis produksi, dan pusat ekspor,” tegas Menko Airlangga Hartarto secara virtual dalam pertemuan Round Table Discussion: Indonesia & Australia Trade and Investment Initiative yang diselenggarakan oleh BDO Indonesia.

Direktur IDEAS (Indonesia Development and Islamic Studies) Yusuf Wibisono mengatakan, agenda menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di masa resesi global ini, sebaiknya difokuskan pada tiga hal. Yaitu perekonomian daerah, insentif pada sektor informal yang menjadi penyelamat saat masa krisis dan menjaga inflasi pangan.

Investasi harus didorong untuk lebih ke daerah, mengembangkan sektor yang lesu karena pandemi maupun menopang perekonomian. Adapun tiga sektor yang terdampak pelemahan ekonomi dunia adalah komoditas, industri manufaktur dan pariwisata.

“Strategi terbaik yang dapat didorong untuk menjaga momentum pertumbuhan daerah di masa resesi global adalah dengan mengarahkan investasi publik yang optimal di sektor-sektor tersebut, dengan diiringi dukungan regulasi dan kelembagaan yang optimal,” kata Yusuf, Jumat (3/3/2023).

Kemudian, pemerintah diminta menjaga inflasi pangan. Menjaga daya beli rakyat dengan mengintensifkan Bansos dan juga menjaga inflasi, terutama inflasi pangan. "Fokus menekan inflasi pangan menjadi krusial karena harga pangan cenderung fluktuatif, sangat mudah melonjak ketika terjadi gangguan dalam produksi atau rantai pasok,” jelas Yusuf.

Mengintensifkan Bansos untuk menjaga daya beli masyarakat menjadi penting, terutama untuk akses rakyat ke pangan.

Inflasi pangan yang tinggi akan memberi pukulan besar bagi daya beli masyarakat terutama kelas menengah-bawah dimana pangan merupakan komponen terbesar pengeluaran mereka. Jika inflasi pangan tidak bisa dikendalikan, maka ke depan angka kemiskinan dipastikan akan melonjak.

“Agenda menekan inflasi pangan yang terpenting adalah mengamankan produksi pangan domestik, terutama dengan menjamin ketersediaan dan stabilitas harga input pertanian di tingkat petani, terutama benih, pupuk dan pengairan,“ ungkap Yusuf.  

Perhatian utama harus diberikan kepada komoditas pangan utama seperti beras, kedelai, jagung, daging ayam, telur ayam, gula dan minyak goreng. "Mengamankan produksi domestik krusial karena surplus pangan kita tipis,” tandas Yusuf.

Terkini

Terpopuler