TEHERAN (RA) - Tahukah Anda bahwa nama Persia, yang selama ribuan tahun digunakan oleh dunia internasional untuk menyebut negara di Asia Barat ini, telah resmi diubah menjadi Iran sejak tahun 1935? Keputusan perubahan nama tersebut diambil oleh Reza Shah Pahlavi, pemimpin Iran saat itu, sebagai bagian dari strategi nasionalisme modern yang kuat dan untuk mempertegas identitas bangsa Iran di tengah dunia internasional.
Nama "Persia" berasal dari wilayah kuno Pars (atau Fars) di bagian selatan Iran yang menjadi pusat Kekaisaran Achaemenid pada abad ke-6 SM. Nama ini kemudian digunakan oleh bangsa Yunani Kuno sebagai Persis, yang akhirnya dikenal dunia Barat sebagai Persia.
Namun, di dalam negeri, bangsa Iran telah lama menyebut tanah air mereka sebagai "Iran", yang berasal dari kata "Ary?n?m" dalam bahasa Avesta bahasa kuno dalam kitab suci Zoroastrianisme yang berarti "Tanah Bangsa Arya". Istilah ini telah digunakan sejak masa Kekaisaran Sassanid (abad ke-3 Masehi).
Menurut catatan sejarah yang dirujuk dari Encyclopaedia Iranica dan publikasi resmi Iran Chamber Society, Reza Shah pada 21 Maret 1935 secara resmi menginstruksikan kepada semua negara asing agar menggunakan nama "Iran" dalam semua urusan resmi dan diplomatik.
Tanggal ini dipilih bertepatan dengan perayaan Nowruz, Tahun Baru Persia, yang juga menjadi simbol kebangkitan dan pembaruan bangsa.
"Perubahan ini bertujuan untuk menegaskan kedaulatan, menyatukan identitas bangsa, dan menjauhkan citra Iran dari masa kolonialisme serta orientalisme Barat," demikian menurut laporan BBC Persian dalam artikel reflektifnya berjudul Why Persia became Iran.
Namun, langkah tersebut tidak serta-merta diterima dengan mudah. Banyak sejarawan dan kalangan akademik di Barat merasa kehilangan karena istilah "Persia" lebih familiar, terutama dalam konteks seni, budaya, dan sejarah klasik.
Menanggapi kebingungan ini, pada era Mohammad Reza Shah Pahlavi (putra Reza Shah), pemerintah Iran menyampaikan bahwa kedua istilah, "Iran" dan "Persia", boleh digunakan secara bergantian tergantung pada konteksnya.
Saat ini, "Iran" menjadi nama resmi negara dalam konteks politik dan pemerintahan, sementara "Persia" tetap digunakan untuk merujuk pada budaya klasik, puisi, seni rupa, musik, hingga kuliner tradisional yang masih hidup hingga kini.
Perubahan nama ini bukan hanya soal istilah, tapi juga merupakan simbol transformasi identitas nasional Iran di panggung global.
Sebagaimana dikatakan dalam laporan History Today edisi April 2005 oleh sejarawan Michael Axworthy, "Iran adalah wujud kebangkitan harga diri bangsa yang ingin dikenali sesuai dengan apa yang mereka pilih untuk menyebut dirinya sendiri."