JAKARTA (RA) - Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI menggelar konferensi pers khusus untuk memfasilitasi para pejuang kemanusiaan Indonesia yang baru kembali dari menjalankan misi di Gaza, Palestina.
Agenda ini sebagai bagian dari inisiasi BKSAP sejak tiga bulan lalu yang menjadikan DPR RI sebagai rumah bagi para pejuang kemanusiaan Palestina.
Ketiga pejuang kemanusiaan tersebut adalah Prof. Dr. dr. Basuki Supartono, Sp.OT, FICS, MARS (Spesialis Ortopedi), dr. Prita Kusumaningsih, Sp.OG (Spesialis Obstetri dan Ginekologi), dan drg. Muchamad Sarbini Wahid (Dokter Gigi) yang berasal dari Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI).
Ketua BKSAP Mardani Ali Sera, di Gedung Nusantara II, DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu (7/5/2025) kemarin, mengungkapkan dalam Konferensi Parlemen Negara-Negara Anggota Organisasi Kerja Sama Islam (PUIC) di Jakarta, pada 12-15 Mei 2025 mendatang, Indonesia akan mengajak negara anggota OKI bersama menyuarakan kemerdekaan Palestina.
"Isu utama yang sudah kita draf untuk Senayan Declaration adalah tentang Palestina. Kita bukan cuma mengutuk zionis Israel, tapi kita mengajak kerja sama, kolaborasi dari seluruh negara anggota OKI, dalam parlemen OKI ini, dan membawanya ke forum internasional. Insyaallah Senayan Declaration akan sangat jelas menyuarakan kemerdekaan Palestina," katanya.
Mardani mengatakan pengalaman tiga dokter pejuang kemanusiaan Indonesia tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran lebih jelas mengenai kondisi di lapangan.
"Kisah mereka menjadi masukan berharga dalam penyusunan bantuan yang akan disalurkan melalui Panja Nasional, " ujarnya.
Dalam konferensi pers tersebut, ketiga dokter perwakilan pejuang kemanusiaan Indonesia itu menceritakan langsung bagaimana kisah dan pengalaman mereka saat terjun langsung memberikan bantuan kemanusiaan di Gaza.
Menurut dokter Budi, setiap hari dan setiap waktu mereka mendengar suara drone, ledakan bom dan seringnya ambulans masuk ke kamar jenazah atau ke ruang emergensi rumah sakit.
Selanjutnya mereka bekerja melayani jumlah pasien satu hari bisa mencapai 1000 pasien di IGD dan operasi 24 jam.
"Tak pernah berhenti apa yang kami lakukan sesuai dengan bidang kami masing-masing. Kami hadir di sini bukan untuk kami pribadi tetapi untuk menyuarakan apa yang dirasakan dialami oleh warga Palestina khususnya di Gaza yang ini sangat sulit kondisinya," kata dr. Basuki.