Ini 5 Makanan Mewah yang Dulunya Dianggap seperti Sampah

Ini 5 Makanan Mewah yang Dulunya Dianggap seperti Sampah
Oyster. (Foto: Instagram)

Riauaktual.com - Dunia kuliner memang berkembang, bahkan beberapa makanan yang dianggap sampah dan tidak berharga kini bernilai mahal. Memang, makanan lezat kerap dicari dan menjadi simbol kemewahan.

Dampak perubahan ekonomi dan budaya pun mengubah bahan-bahan sehari-hari ini menjadi makanan lezat yang sangat mahal. Berikut 5 makanan mewah yang dulunya dianggap seperti sampah seperti dilansir ChefSpencil.

Jamur Ulat

Jamur Ulat 

Jamur ulat dikenal juga dengan nama Cordyceps sinensis atau "yartsa gunbu", merupakan jamur unik yang menginfeksi ulat bulu di alam liar. Berasal dari Dataran Tinggi Tibet dan Himalaya, jamur ini telah dihargai dalam pengobatan tradisional Tiongkok selama berabad-abad karena manfaat kesehatannya, telah digunakan untuk mengobati kelelahan, penyakit ginjal, dan rendahnya hasrat seksual.

Dulunya harga larva relatif murah, namun meningkatnya permintaan akan produk tersebut, kelangkaannya, dan kondisi pertumbuhan unik yang dibutuhkan larva telah menjadikannya jamur yang dapat dimakan termahal di dunia. Ya, harganya lebih mahal daripada truffle putih.

Kaviar

Kaviar

Tiga ratus tahun yang lalu, kaviar memiliki reputasi yang sangat berbeda dibandingkan sekarang. Sangat murah, sering disajikan sebagai minuman gratis di bar, yang secara cerdik meningkatkan penjualan dan meningkatkan popularitasnya.

Bahkan, diekspor dari Amerika ke Eropa hanya dengan harga USD1 atau sekira Rp15 ribu per 450 gram. Namun, awal tahun 1900-an ikan sturgeon terancam punah akibat penangkapan ikan berlebihan dan dampak negatif revolusi industri.

Kini, harganya pun meroket, dan kaviar sturgeon menjadi makanan eksklusif yang hanya dapat diakses oleh orang kaya. Kaviar termahal di dunia bisa berharga USD500 dolar atau Rp7,68 juta per sendok teh.

Wagyu

Wagyu

Wagyu sejauh ini masih menjadi jenis sapi termahal di dunia, dan potongan A5 Kobe Wagyu adalah steak termahal di dunia. Namun, pada awal abad ke-20 Wagyu dianggap kalah dengan bibit sapi impor dari AS dan Eropa. Setelah Restorasi Meiji pada tahun 1868, sapi asing diperkenalkan ke Jepang, menyebabkan persilangan ekstensif dengan sapi lokal Jepang antara tahun 1900 dan 1910. Hibrida ini terdaftar sebagai "sapi Jepang yang lebih baik".

Pada tahun 1983, Asosiasi Promosi Pemasaran dan Distribusi Daging Sapi Kobe dibentuk untuk mempromosikan merek daging sapi Kobe dan menetapkan standar khusus untuk memberi label sapi sebagai daging sapi Kobe. Sejak itu, popularitasnya meningkat. Meskipun daging wagyu memiliki kualitas yang luar biasa, daging wagyu juga merupakan hasil dari pemasasran yang sukses.

Lobster

Lobster

Lobster dulunya melimpah sehingga sering dianggap hanya sekedar sumber daya alam. Lobster sebenarnya disajikan kepada narapidana dan pelayan, merekaa menyebutnya "lobster laut".

Seiring berjalannya waktu, permintaan lobster meningkat, namun penangkapan ikan yang berlebihan dan degradasi habitat menyebabkan ketersediaan lobster semakin berkurang. Saat ini, lobster identik dengan kemewahan dan keanggunan, menghiasi menu restoran kelas atas dan harga kelas atas di pasar makanan laut di seluruh dunia.

Oyster

Oyster

Dulunya merupakan jajanan sederhana gratis, oyster juga dijual sebagai jajanan kaki lima di kota-kota besar seperti London, Paris, dan New York. Namun permasalahan industri kelautan yang rakus dan pencemaran lingkungan menyebabkan produsen oyster menutup usahanya.

Perbudakan pekerja anak juga telah dihapuskan, sehingga memastikan praktik produksi oyster yang ramah lingkungan dan etis membuahkan hasil. Kini oyster telah menjadi makanan mewah dalam dua abad terakhir. Jenis yang paling mahal adalah Coffin Bay King Oysters yang harganya bisa mencapai USD380 (Rs 5,8 juta) untuk 450 gram.

 

 

 

Sumber: Okezone.com

#Ragam

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index