Riauaktual.com - Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Disdalduk KB) Kota Pekanbaru mengungkapkan jika kasus stunting dan keluarga beresiko stunting terus mengalami penurunan.
Untuk kasus stunting, dari total 303 kasus berdasarkan pendataan tahun 2022 lalu, kini tinggal 243 kasus.
"Dari 243 kasus ini, itu yang baduta (bayi di bawah dua tahun) hanya 57 orang, sisanya (186 orang) di atas dua tahun," kata Kepala Disdalduk KB Kota Pekanbaru Muhammad Amin, Kamis (14/9/2023).
Kemudian untuk keluarga beresiko stunting, terang dia, berdasarkan data terbaru yang diterima pihaknya dari Dinas Kesehatan setempat selaku koordinator penanganan stunting, saat ini tinggal 35 ribu lebih.
"Tahun lalu 70 ribu lebih. Sekarang sekitar 35 ribu lebih. Artinya, keluarga beresiko stunting ini sudah banyak berkurang," ujarnya.
Agar kasus dan keluarga beresiko stunting bisa terus ditekan, lanjut Amin, Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru melalui OPD teknis terus melakukan berbagai upaya.
"Salah satunya melalui program BAAS (Bapak/Bunda Asuh Anak Stunting). Saat ini sudah memasuki bulan kelima. Target kita, masing-masing anak itu didampingi selama 6 bulan," tutupnya.
Seperti diketahui, saat ini Pemko Pekanbaru tengah menjalankan program BAAS. Dalam program ini, Pj Walikota Pekanbaru Muflihun dan para pejabat pemko menjadi bapak asuh anak stunting.
Melalui program BAAS, Pj walikota dan para pejabat memberikan bantuan makanan untuk penunjang pertumbuhan anak stunting senilai Rp500 ribu per bulan selama enam bulan. (Doni)
#Kesehatan