Riauaktual.com - Hamparan hijau tanaman cabai tumbuh subur berbaris rapi. Beberapa diantaranya mulai berputik indah dan sebagian lainnya terlihat siap panen.
Di tangan Suwatno, tanaman salah satu komoditas "wajib" bagi masyarakat Sumatera itu mampu tumbuh dengan sangat baik. Sepetak lahan yang dahulunya hamparan kosong berhasil dia disulap menjadi sumber penghasilan menjanjikan.
Suwatno adalah salah satu petani binaan PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP). Selama 15 tahun terakhir, pria periang ini menasbihkan diri menjadi petani di Mill Area PT RAPP Desa Makmur, Pangkalan Kerinci, Pelalawan, Riau.
Dari hamparan seluas seperempat hektare itu, tak kurang Rp4 juta penghasilan bersih berhasil ia kantongi tiap bulan.
"Sudah 15 tahun saya bertani. Saya begitu menikmati hidup sebagai seorang petani, karena saya suka dengan tanaman dan juga punya sedikit pengalaman berkecimpung di dunia pertanian sejak kecil bersama orang tua di kampung," kata pria yang pernah menjadi seorang guru SMP tersebut.
Dia mengaku bersyukur dapat menjadi seorang petani di Pelalawan. Pertama, tidak banyak masyarakat setempat menjatuhkan pilihan hidupnya sebagai petani. Selanjutnya, sebagian besar bahan pangan masih dipasok dari luar kabupaten, bahkan luar provinsi.
"Sehingga jika kita tanam disini jadi lebih menguntungkan. Komoditas yang saya tanam cabai, karena setiap orang atau rumah tangga membutuhkan cabai untuk memasak," ujarnya.
Untuk menghindari hama maupun penyakit, Suwatno menyiasati pola pertaniannya dengan rotasi. Misal, setiap usai panen cabai, maka dia akan menanam komoditas lain seperti jagung, kacang panjang, hingga melon.
PT RAPP, kata dia, sangat berkontribusi dalam pola pertanian yang diterapkan. Saat ini, dia mengatakan lahan pertaniannya telah dilengkapi dengan alat mekanisasi pertanian seperti traktor besar maupun hand traktor ukuran lebih kecil. Kemudian, perusahaan bubur kertas itu juga mendampingi Suwatno dalam menambah ilmu serta wawasan ilmu pertaniannya. Selain itu, perusahaan juga membantu kegiatan pasca panen dengan menyerap hasil panen dengan harga menjanjikan.
"Perusahaan berperan aktif seperti pembinaan, pendampingan, penyuluhan dan memberikan pelatihan juga bantuan Saprodi (sarana produksi pertanian). Selain itu, perusahaan membuka peluang pasar, karna tingkat daya beli lebih tinggi," paparnya semringah.
Saat ini, sebagian besar hasil panen miliknya kerap diserap habis oleh pasar lokal Pangkalan Kerinci. Sementara sebagian kecil untuk komoditas buah-buahan terkadang dikirim hingga ke luar provinsi.
Lebih jauh, aktivitas pertanian yang ia kembangkan berhasil mematahkan fiksi bahwa tanah Riau tidak cocok untuk ditanami komoditas hortikultura karena faktor cuaca yang panas.
"Banyak yang bilang seperti itu. Bagia saya, yang penting itu kita mau mencoba untuk berinovasi dalam pertanian. Buktinya ini kita nanam melon cabai dan lainnya besar juga hasil yang didapat, yang penting itu kemauan utuk bergerak itu ada, apalagi dengan adanya teknologi tepat guna (TPG)," urainya.
Kepada generasi muda, ia pun berpesan agar jangan malu menjatuhkan pilihan menjadi seorang petani. Petani sekarang, kata dia, tidak kalah keren dengan profesi lainnya, terlebih dengan penerapan teknologi tepat guna. "Untuk generasi muda jangan malu untuk bertani, gunakanlah teknologi yang sudah ada dan maju, dan jadilah “Petani berdasi," imbaunya.
Sedikitnya 27 kelompok tani dengan anggota 307 petani aktif binaan program Community Development (CD) PT RAPP di Kabupaten Pelalawan terus berkembang.
Kelompok tani tersebut bergerak di berbagai bidang di antaranya holtikultura, perikanan, OVOC (One Village One Commodity) seperti nanas, semangka, jambu dan durian, peternakan dan padi sawah. Koordinator Agribisnis CD PT RAPP, Zamzuli Hidayat mengatakan keberadaan program agribisnis bertujuan untuk membawa kemandirian bagi para petani.
“Melalui program agribinis ini kita melihat apa yang masih dibutuhkan oleh petani, lalu kita lakukan pembinaan, sampai sekarang programnya berjalan lancar dan rata-rata sudah menjadi penghasilan tambahan bagi petani, contohnya semangka yang telah menjadi komoditas utama Kelompok Tani Catur Bina Karsa di Pangkalan Kerinci Barat, kemudian Kelompok Tani Timbul Jaya ini juga memfasilitasi pelaporan kegiatan proklim ke Kementerian Lingkungan hidup dan Kehutanan (KLHK),” ujar Zamzuli.
Dalam upaya pembinaan dan pendampingan, lanjut dia, tim dari CD Officer dan PMB (Pemantau Mitra Bina) berkunjung secara berkala ke setiap kelompok tani. Di samping itu, para petani juga diberikan pelatihan, saprodi, bantuan pupuk serta pemasaran untuk menjual hasil pertanian.
“Yang paling penting kita latih keterampilannya dulu lalu menyamakan persepsi tentang budidaya yang baik, setelah itu baru kita dukung yang lain,” kata Zamzuli.
Program Agribisnis yang dijalankan oleh grup APRIL ini merupakan salah satu perwujudan komitmen transformatif APRIL2030 untuk mendukung tujuan pembangunan keberlanjutan (sustainable development goals/ SDGs) di tahun 2030. Komitmen tersebut antara lain kemajuan inklusif, pengurangan angka kemiskinan ekstrim dalam radius 50 kilometer dalam wilayah operasional grup APRIL.
