PEKANBARU - Aroma semerbak seketika menguap saat Sulaiman, pemuda 32 tahun asal Bengkalis itu membuka terpal kendaraan bak terbukanya. Ratusan buah durian dengan warna kuning kecokelatan siap ia jajakan ke para penikmat si raja buah itu di pinggiran jalan.
Pagi sekali, Maman, panggilan akrabnya telah bergegas meninggalkan rumah. Si raja buah yang dikumpulkan dari para petani sehari sebelumnya itu harus segera dijajakan dengan tujuan Kota Pekanbaru untuk menjaga kualitasnya agar tetap baik.
"Alhamdulilah, sekarang lewat jalan tol dah cepat dan mudah. Dulu ke pekan (kota) itu 6 jam. Sekarang dua jam santai tembus. Buah pun tak ghosak (rusak)" kata Maman saat ditemui di salah satu rest area tol Pekanbaru-Dumai, beberapa waktu lalu.
Didampingi seorang kernet yang juga merangkap sebagai juru jual, Maman mengatakan durian khas Bengkalis telah memiliki nama dan penikmat tersendiri di Kota Pekanbaru.
Dalam satu hari, biasanya buah berduri dengan aroma menyengat dan rasa manis pahit itu ludes terjual. Tak kurang dari Rp10 juta berhasil ia genggam.
"Malamnya dah bisa balik. Kalau dulu tak berani malam balik. Jalan sepi, seram. Sekarang gas saja lewat tol," ujarnya menyeringai bahagia.
Lebih dari satu tahun sudah tol Pekanbaru-Dumai beroperasi di Bumi Lancang Kuning. Keberadaan jalan bebas hambatan itu telah membuka beragam potensi yang selama ini terpendam. Menjadi bagian dari "positive trigger" dalam mendukung upaya pemerintah memulihkan ekonomi.
Seperti yang dirasakan Maman, lebih luas keberadaan tol pun berhasil menyolek wajah sebuah kota. Dumai, sebuah kota yang persis berada di bibir Selat Malaka itu kini tak lagi hanya dikenal sebagai daerah yang panas, debu, gersang. Selain kegiatan investasi yang kian menggeliat, daerah itu juga telah menjelma menjadi destinasi wisata.
Keberadaan tol Permai mendekatkan dua pusat ekonomi penting di Riau, Pekanbaru dan Dumai. Macet, jalanan berkelok dan naik turun, aktivitas pasar tumpah yang selama puluhan tahun menghantui masyarakat kedua kota itu sirna seketika. Alhasil, sentra-sentra dan kesempatan ekonomi terbuka dengan sendirinya.
Siang itu terasa begitu terik. Namun, semangat Abdullah tak kalah membara. Salah seorang pedagang di lokasi wisata Pantai Koneng, Dumai, itu begitu sibuk menyambut para wisatawan yang mayoritas dari Riau daratan, mulai dari Pekanbaru, Pelalawan, hingga ujung Tembilahan. Jelang sore, tak ada sinyal volume kendaraan akan berkurang. Justru, semakin ramai tamu berdatangan.
"Alhamdulillah sekali. Kini tempat wisata ini sangat hidup. Sejak ada jalan tol dan pandemi telah berkurang, Dumai tak pernah kehabisan wisatawan," kata bapak dua anak yang biasa menjual kelapa segar itu.
Senada dengan Abdullah, Sani seorang karyawan swasta di Kota Pekanbaru itu mengaku saat ini waktu tempuh menuju ke Kota Dumai yang berjarak 131 kilometer dari Pekanbaru itu lebih jauh seperti dari rumahnya di kawasan Panam menuju Tenayan Raya, tempat dia bekerja.
"Dekat sekali. Biasanya 5 sampai 6 jam, sekarang kurang dari dua jam," ujarnya semringah.
Keberadaan tol Pekanbaru-Dumai juga membuat pilihan lokasi liburan lebih banyak. Selain Dumai, juga terdapat pantai Rupat yang memiliki pasir putih yang memanjang sejauh 15 kilometer dan lebar mencapai 30 meter. Beragam wisata bahari di pesisir Riau itu benar-benar telah membuka beragam potensi wisata bahari di pesisir utara Swarnadwipa itu.
Bahkan, pada libur Imlek 2021 kemarin, tercaatat sebanyak 6.800 pelancong mengunjungi Dumai dalam kurun waktu hanya tiga hari. Sementara pada 2020, angka kunjungan wisata Dumai mencapai 140.000 kunjungan, meningkat 460 persen dibandingkan sebelum jalan bebas hambatan Permai resmi digunakan.
Keberadaan tol Pekanbaru-Dumai juga menjadi daya tarik tersendiri dengan keberadaan gajah-gajah liar yang kerapkali terlihat di kanan kiri jalan tol pertama di Bumi Melayu itu. Sani berharap, Hutama Karya dan pihak terkait bisa membuat lokasi khusus untuk menyaksikan keberadaan gajah-gajah yang berada di bawah pengawasan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau itu.
"Anak-anak pasti senang jika hal itu terwujud," ujarnya.
Lebih luas lagi, selain sektor wisata kian menggeliat, keberadaan jalan bebas hambatan itu juga membuat aktivitas angkutan barang kian lancar. Banyak produk khas Dumai, terutama keripik cabai khas Dumai melenggang cepat ke Kota Pekanbaru.
Syahrul, sopir truk yang biasa mengangkut sembako dari Pekanbaru menuju Dumai merasakan benar perubahannya. Kini, dia bisa pulang lebih cepat dibanding sebelum tol selesai dibangun. Bahkan, dalam satu hari dia bisa dua kali bolak balik kedua kota itu.
"Sekarang lebih cepat, aman, nyaman. Tidak perlu lagi harus mengeluarkan biaya ekstra jika terjebak macet selama berjam-jam lamanya yang kadang harus mengeluarkan uang makan dan tambahan solar," ujar Syahrul.
Indonesia Infrastructure Finance (IFF) mengkaji Riau berpotensi mendapat tambahan rerata produk domestik regional bruto (PDRB) hingga Rp132 triliun per tahun dari keberadaan jalan tol tersebut. Angka itu juga sejalan dengan serapan jumlah tenaga kerja yang mencapai 187 ribu orang hingga 2040 serta pendapatan tenaga kerja hingga Rp24 triliun setiap tahun dalam rentang waktu hingga 2048.
Besarnya manfaat yang telah dirasakan, masyarakat menggantungkan harapan tinggi agar keberadaan tol juga segera tersambung di seluruh pulau Andalas.
Tol Permai yang merupakan salah satu tol terpanjang di Indonesia itu merupakan bagian dari proyek jalan tol trans Sumatera (JTTS) yang membentang dari Lampung hingga ke Tanah Rencong, Nangroe Aceh Darussalam dengan panjang mencapai 2.837 km, terdiri dari dari ruas tol utama atau backbone sepanjang 1.913 km dan ruas tol sirip atau feeder 924 Km.
Tol Trans Sumatera backbone yang sudah beroperasi sepanjang 531 Km yakni ruas Tol Bakauheni-Terbanggi Besar (141 km), Terbanggi Besar-Pematang Panggang-Kayu Agung (189 km), Kayu Agung-Palembang (38 km), Pekanbaru-Dumai (132 km), Medan-Binjai (17 km), dan Sigli-Banda Aceh seksi 4 (14 km).
Sedangkan ruas Jalan Tol Trans Sumatera yang masih dalam tahap konstruksi sepanjang 486 km antara lain Jalan Tol Kisaran-Indrapura (48 km), Jalan Tol Binjai-Langsa segmen Binjai-Pangkalan Brandan (58 km), dan Jalan Tol Lubuk Linggau - Curup - Bengkulu sepanjang 95,8 Km
Secara umum, keberadaan JTTS sangat membantu dalam meningkatkan aktivitas ekonomi, mempersingkat jarak tempuh, hingga menurunkan biaya logistik di Sumatera serta mampu menekan harga barang dan secara langsung meningkatkan perekonomian regional.
Sektor properti dan konstruksi misalnya, akan mengalami penurunan biaya hingga 37 persen, sektor pertanian 32 persen, transportasi 30 persen, serta manufaktur juga diuntungkan dengan biaya lebih rendah hingga 29 persen.
Presiden Joko Widodo mengatakan dengan ketersediaan sarana jalan yang baik, maka struktur biaya dan harga komoditas di sekitar wilayah tol akan menjadi lebih kompetitif dan tidak kalah dengan produk import dengan biaya logistik dapat ditekan hingga 75 persen.
