Riauaktual.com - Harga tandan buah segar (TBS) sawit tak ada turunnya di Riau bahkan mencapai harga Rp3.400 per kilogram. Hal ini membuat petani yang tergabung dalam Koperasi Sawit Makmur (Kopsa-M) di Desa Pangkalan Baru, Kabupaten Kampar, mulai berbenah.
Sejenak, petani dan pekerja tak ingin larut dalam konflik internal kepengurusan Kopsa-M. Ada ribuan hektare lahan yang terlupakan sejak ada dua versi kepengurusan yang kini butuh perhatian.
"Soal kepengurusan kami kesampingkan dulu, ada sisi ekonomi dari kebun yang harus diperhatikan," ucap seorang petani, Rizal, saat ditemui di kebun sawit Kopsa-M, Kamis siang, (25/11).
"Kami baca berita, harga sawit naik terus, ini harus dimanfaatkan petani untuk mengurus kebun yang sudah tiga bulan tak terurus," tambahnya.
Sebelum panen, puluhan petani dan pekerja sudah berembuk dengan ninik mamak dan kepala desa. Mereka sepakat dengan melakukan pembersihan jalan sebagai akses masuk.
Puluhan pekerja dan petani sudah mengecek kebun. Pohon sawit sudah banyak yang ditumbuhi semak sehingga akan dibersihkan dulu setelah jalan dibersihkan.
"Beberapa hari ke depan kami akan gotong royong membersihkan kebun," kata Rizal.
Ceritanya, petani dan pekerja sudah mendapatkan secercah semangat setelah mendapat dua kali talangan dari PT Perkebunan Nusantara atau PTPN V sebagai mitra Kopsa-M.
Sementara untuk panen nanti, petani berharap PTPN V kembali membuka DO PB (surat pemesanan buah). Hasil penjualannya akan masuk ke rekening bersama.
"Target lahan yang panen 800 hektare, diangsur nanti," jelasnya.
Di sisi lain, petani saat mengecek kebun menemui beberapa jalan utama sudah rusak. Petani curiga ada yang sengaja dirusak karena ada bekas alat berat di lokasi.
Petani sudah tahu orang yang diduga merusak jalan itu. Petani sudah meminta perusak itu memperbaiki jalan lagi karena untuk kebaikan bersama.
"Demi petani dan pekerja juga, kalau tidak mau memperbaiki akan kami laporan ke Polres Kampar," kata Rizal.
Disinggung soal kepengurusan, petani mengakui memang ada rapat anggota luar biasa (RALB). Di sisi lain, ketua Kopsa-M RALB Martius sudah meninggal dunia beberapa hari terpilih. Otomotis hal ini membuat pucuk kepemimpinan kosong.
Terkait Anthony Hamzah yang saat ini tidak diketahui keberadaannya dan telah menjadi Tersangka di Polres Kampar, dimana masa jabatannya akan habis pada 2 Desember nanti.
Mau tidak mau, Kopsa-M harus melakukan rapat lagi. Saat ini, petani tengah membahas bagaimana format rapat, apakah rapat anggota tahunan, rapat khusus dan RALB.
Petani di desa itu, bukannya tak mau menerima Anthony lagi. Namun ada syaratnya, yaitu menyerahkan laporan pertanggungjawaban tahun 2019, 2020 dan 2021 serta menjelaskan kemana-mana saja penggunaan keuangan Kopsa-M selama ia menjabat. Anggota juga mendesak LPJ anthony hamzah segera digelar, karena diduga banyak penyelewengan dana.
"Kami sudah memintanya pulang, sajikan LPJ, harus langsung, tidak pakai zoom karena alasan Covid-19 tidak bisa dipakai lagi. Kita telah persiapkan upaya hukum untuk mengaudit keuangan KOPSA-M," paparnya.
Petani, sambung Rizal tak ingin rapat nanti diselenggarakan di luar desa. Apalagi sampai menyewa hotel karena lebih baik uangnya untuk petani.
"Lebih baik di desa, duduk bersama, makan bersama, bisa menghemat uang koperasi juga," tuturnya.
Sementara usai Anthony Hamzah ditetapkan sebagai tersangka, Rizal mengaku ada oknum dari kubu Anthony yang justru berulah memutus akses vital kebun milik Kopsa-M itu.
"Mereka merusak jalan menggunakan alat berat yang bertujuan menghalangi petani masuk kebun. Hal ini akan segara kita laporkan ke pihak berwajib jika tidak ada itikad baik dari oknum tersebut," tandasnya.