Riauaktual.com - Bos raksasa properti Shanghai, Sinic Holdings Group, Zhang Yuanlin kehilangan lebih dari US$ 1 miliar pada Senin (20/9/2021) karena efek domino dari potensi runtuhnya raksasa real estate China Evergrande Group. Selain itu, aksi jual investor menambah kepanikan di seluruh lantai perdagangan Hong Kong.
Kekayaan bersih Zhang tergerus dari US$ 1,3 miliar pada Senin pagi menjadi US$ 250,7 juta pada sore harinya. Menurut Forbes, hal ini terjadi ketika perusahaannya terpaksa menghentikan perdagangan saham di bursa Hong Kong menyusul penurunan saham hingga 87%.
Zhang masuk dalam daftar orang-orang terkaya di dunia versi Forbes tahun ini. Zhang menginvestasikan kekayaannya di apartemen-apartemen bertingkat tinggi. Namun kekayaannya sekarang sangat rentan karena potensi default Evergrande telah memicu kepanikan.
Aksi jual Sinic terjadi secara tiba-tiba, beberapa jam sebelum sahamnya disuspensi. Menurut Bloomberg, Sinic harus membayar obligasi sebesar US$ 246 juta dengan tingkat bunga 9,5% yang jatuh tempo pada 18 Oktober.
Seorang juru bicara Sinic tidak menanggapi permintaan komentar dari AFP.
Virus Evergrande
Sinic adalah salah satu dari banyak perusahaan yang kekayaannya tergerus karena aksi jual investor yang dipicu kekhawatiran akan krisis utang Evergrande. Para pelaku pasar mengkhawatirkan Evergrande akan gagal bayar pada pembayaran bunga yang akan datang minggu ini karena terlilit utang lebih dari US$ 300 miliar.
Sektor properti menyumbang lebih dari 25% terhadap produk domestik bruto (PDB) Tiongkok, sehingga timbul kekhawatiran tentang dampak default Evergrande terhadap sektor properti menular ke ekonomi domestik dan global.
Krisis Evergrande bahkan telah memicu protes oleh investor dan kontraktor yang menuntut uang mereka dikembalikan atau dibayar. Beberapa di antaranya mengklaim Evergrande berutang sebanyak US$ 1 juta.
Menambah kemarahan investor, pada akhir pekan lalu enam eksekutif Evergrande menghadapi sanksi berat karena menukarkan produk keuangan, sebelum memberi tahu investor ritel bahwa perusahaan tidak dapat membayar utang tepat waktu.
Saham Evergrande turun lagi sekitar 17% pada perdagangan Senin, sehingga saham turun sekitar 90% dari harga saham di awal tahun.
Saham perusahaan properti lain juga mengalami hal yang sama. Henderson Land kehilangan 13,2% dan New World Development terkoreksi lebih dari 12%. Selain itu Sun Hung Kai Properties turun 10,3%.
Sementara itu, saham raksasa asuransi Ping An turun hampir 6%. China Minsheng Bank, Bank Pertanian Tiongkok, maupun Industrial and Commercial Bank of China semuanya turun sekitar 3%-6%.
Aksi jual besar-besaran tersebut membuat indeks Hang Seng turun lebih dari 4%.
Menambah Ketidakpastian
Analis mengatakan minimnya reaksi dari pemerintah Tiongkok di tengah masa liburan di Tiongkok telah menambah ketidakpastian.
Philip Tse dari BOCOM International Holdings memperingatkan akan ada penurunan lebih lanjut, kecuali para pemimpin di Beijing memberikan sinyal yang jelas terkait Evergrande atau melonggarkan kebijakan di sektor properti.
Perhatian investor sekarang tertuju pada pembayaran utang Evergrande, dengan bunga pinjaman bank jatuh tempo pada Senin (20/9/2021), sementara dua obligasi jatuh tempo Kamis (23/9).
Untuk sementara waktu, para pemimpin Tiongkok berusaha untuk mengekang pengambilan risiko yang berlebihan. Ada keyakinan umum bahwa Beijing akan mencegah masalah menjadi tidak terkendali dan melakukan intervensi.
"Prioritas pemerintah pusat terhadap stabilitas sosial memungkinkan restrukturisasi dengan pemotongan utang (haircut). Tetapi dampaknya menular ke pengembang properti terdaftar lainnya. Ini berarti kemungkinan akan ada dampak ekonomi nyata di sektor properti," kata Tapas Strickland dari National Australia Bank.
"Sejauh mana Evergrande memperlambat momentum pertumbuhan, masih belum jelas," lanjutnya.
Sumber: AFP, Bloomberg
