Dumai Dalam Cengkeraman

Dumai Dalam Cengkeraman
Foto: Harimau (wahyudi)

Riauaktual.com - Dumai tengah dalam cengkeraman. Baik secara harfiah dan juga sebenarnya. 

Ada cengkeraman lama. Bahkan turun temurun. Tak kunjung usai. Mulai dari banjir, rumah warga digenangi air rob saat pasang tinggi, hingga kejahatan penyelundupan. 

Ada juga cengkeraman setengah lama. Meledaknya tangki biodiesel. Belum lama kemarin. 

Tangki biodiesel berukuran besar itu meledak hebat. Bak berita-berita yang muncul di CNN atau Al-Jazeera. 

Api membumbung ke udara. Di malam hari pula. Akibatnya, lima pekerja meninggal dunia. 

Sampai sekarang belum jelas penyebabnya. 

Lalu ada juga cengkeraman baru. Yang kita sama-sama tau. Seorang pria meninggal. Diduga diterkam harimau. 

Mayatnya ditemukan tidak utuh. Ngeri melihat fotonya bertebaran di media sosial. 

Kejadian yang terakhir itu baru saja terjadi. Beberapa hari lalu. 

Masih segar beritanya. Bikin hati warga yang tinggal di sana, di pinggiran kota itu berdebar-debar.

Peristiwa itu sungguh mengejutkan. Mengingat Dumai adalah satu-satunya yang secara administratif adalah sebuah Kota di pesisir Riau. 

Di Riau, hanya dua daerah dijuluki Kota. Selain Dumai, tentu saja Pekanbaru. Ibu Kota Riau itu. Yang panas, dan juga gampang banjir itu. 

Kota Dumai sendiri cukup maju. Meski jalannya banyak debu. 

Kotanya panas. Kalau dibahas "panas" secara harfiah lagi, bakal panjang. Apalagi mantan walikotanya tengah jadi pesakitan di meja hijau. 

Kembali lagi ke harimau. Banyak pertanyaan bergelantungan. 

Bagaimana bisa si raja rimba ada di sana? Dari mana asalnya? Berapa ekor jumlahnya? Kenapa menerkam manusia? Dimana keluarganya?

Mengukil almarhum Bang Haidir Tanjung, wartawan senior detik.com, sekaligus penulis buku Bonita : Hikayat Sang Raja, "Apapun persoalannya, jika berbicara soal konflik satwa dan manusia, pasti manusia yang salah." 

Kalimat itu yang paling saya ingat. Saat membahas buku itu bersama. Untuk terakhir kalinya. Di markas kami, Kopi Bengkalis Pekanbaru.

Bang Haidir meninggal dunia beberapa hari sebelum peluncuran buku itu. Akhir 2020 lalu. Beliau mentor saya. Mentor kami semua, para wartawan muda.

BBKSDA Riau dan tim gabungan kini masih berada di lokasi harimau menjamah manusia. 

Keterangan sementara mereka, lokasi itu termasuk dalam landscape Senepis. Itu merupakan daerah konservasi prioritas harimau sumatra. 

Artinya TKP itu memang "rumahnya" harimau. Banyak yang baru tau di Dumai ada "rumah" harimau. Yang kini bernasib miris. Serupa seperti rumah-rumah lainnya. 

Dengan demikian, artinya korban diserang di lokasi yang menjadi tempat tinggal harimau. 

BBKSDA sendiri adalah instansi yang kaya pengalaman. 

Suharyono, kepala balai itu ahlinya harimau. Atau terpaksa harus ahli harimau. Karena sejak awal bertugas di Riau, harimau yang terus dihadapinya. 

Mulai dari paling ujung Indragiri Hilir, hingga paling pesisir Dumai. 

Sejumlah strategi telah dilakukan. Saya percaya dengan kapasitas beliau. 

Penggemar kopi Bali itu bertangan dingin. Juga berjodoh dengan harimau. Tapi Suharyono tetaplah manusia biasa. 

Untuk melepaskan Dumai dari cengkeraman raja rimba, dia harus mendapat dukungan, terutama dari tuan rumah. 

Ini akan kembali menjadi cerita berseri. Seperti harimau Bonita, Atan Bintang, dan kawan-kawan. 

Tugas Haryono akan berat. Tapi yang jelas. Dia harus melepaskan Dumai dari cengkeraman harimau itu. 

Karena sudah terlalu banyak cengkeraman di sana. 

 

# #

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index